Basket

1 1 0
                                    

Louis menatap lapangan basket dengan semangat menggebu. Sejak hari pertama di sekolah ini, dia sering melihat para pemain basket berlatih dan menarik perhatian banyak orang, termasuk cewek-cewek yang biasanya berdiri di pinggir lapangan sambil tertawa dan menyemangati mereka. Ini kesempatan gue buat keren di depan mereka. Cewek-cewek pasti terpesona lihat gue main basket, pikir Louis sambil senyum-senyum sendiri.

Zayan, yang berada di sebelahnya, melirik Louis dengan heran. "Lo ngapain senyum-senyum sendiri gitu, bro?"

"Gue bakal daftar ekskul basket," jawab Louis penuh percaya diri. "Ini waktunya buat gue tunjukin skill gue. Siapa tau nanti gue bisa jadi bintang di sekolah ini."

Zayan tertawa kecil. "Lo serius? Gue kira lo bakal milih ekskul yang lebih santai, kayak nonton film atau klub buku."

Louis menggeleng cepat. "Nggak! Basket adalah jalan gue buat dikenal di sekolah ini. Lagipula, cewek-cewek pasti suka anak basket." Matanya melirik sekelompok cewek yang sedang asyik mengobrol di pinggir lapangan.

Zayan hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. "Ya udah, gue tunggu aksi lo."

---

Sore itu, Louis langsung menuju ke lapangan basket untuk latihan pertama. Dengan penuh semangat, dia memasuki ruangan dan disambut oleh sekelompok cowok berbadan tegap yang sudah siap berlatih. Kapten tim basket, seorang cowok tinggi dengan otot yang terlihat jelas, berdiri di tengah lapangan sambil mengatur posisi para pemain.

Louis melangkah mendekati kapten tersebut dan dengan gaya sok akrab, dia berkata, "Bro, gue mau gabung tim basket. Gue jago, lo nggak akan nyesel."

Kapten tim menatap Louis dengan tatapan dingin, lalu tertawa kecil. "Kita lihat aja nanti. Nama gue Seojin, kapten tim ini. Siap-siap aja buat latihan keras."

Louis tersenyum penuh percaya diri, meskipun sebenarnya dia mulai merasa sedikit gugup melihat betapa seriusnya latihan di sini. "Nggak masalah, gue siap!"

---

Latihan pun dimulai. Louis mencoba menunjukkan kebolehannya dengan berlari cepat dan melempar bola ke arah ring. Tapi bukannya masuk, bolanya malah memantul jauh keluar lapangan. Cewek-cewek yang menonton di pinggir lapangan tertawa kecil, dan wajah Louis langsung memerah.

Sial, harusnya tadi masuk! pikir Louis. Tapi dia tidak mau menyerah. Dia terus mencoba, meski beberapa kali bolanya tidak akurat, dan akhirnya kapten Seojin menghela napas panjang. "Lo yakin pernah main basket sebelumnya?" tanya Seojin dengan nada meremehkan.

Louis mencoba tersenyum, meskipun dalam hati mulai sedikit panik. "Y-ya, gue cuma lagi pemanasan aja."

Namun, kesialan Louis belum berhenti sampai di situ. Tiba-tiba pintu masuk gym terbuka, dan sosok yang sangat dia kenali melangkah masuk. Hyeon, dengan wajah dinginnya yang khas, berjalan masuk bersama beberapa anggota OSIS.

Jantung Louis langsung berdegup kencang. Kenapa dia harus muncul sekarang? pikir Louis panik. Dia yang tadinya mau pamer, kini malah merasa seluruh tubuhnya kaku. Tatapan dingin Hyeon langsung mengarah ke lapangan, dan Louis merasa seperti sedang diawasi.

Seojin, yang juga melihat kedatangan Hyeon, langsung mengerutkan kening. "Hyeon..." gumamnya dengan nada penuh kebencian.

Louis menangkap perubahan ekspresi Seojin. Wait... mereka musuhan? pikir Louis sambil mulai merasa tidak enak. Tapi dia tidak sempat berpikir lebih jauh karena Seojin tiba-tiba menepuk bahunya.

"Dengerin gue, lo harus buktiin kalau lo pantas ada di sini. Jangan sampe bikin gue malu di depan orang itu," kata Seojin dengan nada serius.

Louis menelan ludah. Sekarang bukan hanya harus tampil keren di depan cewek-cewek, tapi juga harus menghadapi situasi yang nggak pernah dia bayangkan. "Y-ya, gue bakal buktiin," jawab Louis, meski suaranya sedikit gemetar.

---

Pertandingan latihan dimulai, dan Louis berusaha sekuat tenaga untuk tampil keren. Tapi kali ini, dia benar-benar tidak bisa fokus. Setiap kali dia melihat ke arah Hyeon, pandangan dingin itu seakan menusuknya. Akibatnya, Louis terus membuat kesalahan, dari bola yang terlepas dari tangan hingga salah oper ke lawan.

Seojin, yang sudah mulai kesal, akhirnya berteriak. "Louis! Apa yang lo lakuin?! Fokus, jangan kayak amatir gitu!"

Louis, yang sudah sangat gugup, malah semakin kacau. Dalam satu momen, dia mencoba melempar bola ke arah ring, tapi bolanya meleset jauh dan malah mengenai salah satu cewek yang sedang menonton. Wajah Louis memerah seketika, sementara cewek itu hanya tertawa kecil.

Dari pinggir lapangan, Hyeon hanya menonton dengan ekspresi datar, tapi Louis bisa merasakan tatapan dingin itu menusuk. Astaga, gue malu banget! teriak Louis dalam hati.

Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti seabad bagi Louis, latihan berakhir. Seojin menatap Louis dengan kecewa. "Gue harap lo bisa lebih baik dari ini di latihan selanjutnya. Kalo nggak, gue nggak yakin lo bisa bertahan di tim ini."

Louis hanya mengangguk, terlalu malu untuk berkata apa-apa. Ketika dia berjalan keluar lapangan, Zayan datang menghampirinya sambil menahan tawa. "Gue liat lo dari tadi, bro. Lo kacau banget!"

Louis hanya bisa mendesah panjang. "Sial, gue malu banget. Gue cuma pengen keliatan keren..."

Zayan tertawa lagi. "Gue udah bilang, lo nggak bisa menang lawan Hyeon. Bahkan cuma liat dia dari jauh aja udah bikin lo kacau."

Louis menggeleng lemas. Kenapa setiap kali Hyeon muncul, gue selalu gagal total? pikirnya dalam hati.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang