Setelah ujian yang melelahkan, akhirnya waktu yang dinantikan tiba. Seluruh siswa di sekolah ternama itu diberikan libur selama satu bulan penuh. Bagi Louis, ini adalah saat yang sempurna untuk melupakan semua kebodohannya selama ujian dan semua tekanan yang dia rasakan. Minggu pertama liburan, Louis menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah Zayan.
Di rumah Zayan, mereka berdua tergeletak di sofa, bergantian memainkan game di ponsel sambil mengeluh tentang kebosanan.
"Astaga, libur panjang tapi aku bener-bener nggak ada ide mau ngapain," keluh Louis, sambil melemparkan ponselnya ke meja. "Kita udah main game seharian. Besok kita ngapain?"
Zayan tertawa kecil, "Ya ampun, Louis, lo kayak anak kecil. Main game aja udah bosen. Gimana kalo kita nyoba yang lebih seru?"
Louis menoleh, "Seru? Maksud lo apa?"
"Gimana kalo kita jalan-jalan aja keluar kota? Gue udah bosen di rumah mulu. Lo juga kan pasti sama."
Louis berpikir sebentar. Ide Zayan cukup menggoda, tapi dia langsung ingat sesuatu, "Eh, tapi duit gue pas-pasan, Zayan. Kalo keluar kota, pasti ngabisin duit banyak, bro."
Zayan tertawa keras. "Ya ampun, Louis! Lo nggak harus mikir duit terus! Kita bisa ngajak temen yang lebih pinter soal ini... si ketua OSIS yang kaya raya."
Louis mendelik, "Hyeon? Ngajak dia? Udah gila lo? Dia pasti nggak tertarik main sama kita."
"Eitss, jangan langsung pesimis. Coba aja dulu tanya dia. Siapa tau dia punya ide. Siapa yang tau lebih banyak soal tempat liburan di Korea selain orang seserius Hyeon?" Zayan berkata sambil mengeluarkan ponselnya.
Louis masih ragu-ragu, tapi akhirnya menyerah. "Yaudah, coba lo tanyain. Tapi gue gak janji dia bakal setuju, ya."
Zayan langsung mengetik pesan singkat ke Hyeon, bertanya tentang rencana liburan. Tak butuh waktu lama, pesan balasan dari Hyeon muncul.
Zayan: "Yo, bro, lo ada rencana liburan gak? Kita mikir buat jalan-jalan keluar kota, tapi butuh ide. Ada saran?"
Beberapa detik kemudian, Hyeon menjawab.
Hyeon: "Aku cuma di rumah aja."
Louis melirik pesan itu dari bahu Zayan dan langsung menghela napas panjang. "Tuh kan, gue udah bilang dia gak bakal tertarik."
Tapi kemudian ada pesan tambahan dari Hyeon.
Hyeon: "Tapi kalau kalian mau, kita bisa liburan bareng ke luar kota. Aku tahu beberapa tempat yang bagus."
Louis melongo. "Hah? Dia serius?"
Zayan tertawa keras. "Gue bilang apa? Dia pasti punya ide bagus!"
Tanpa ragu, mereka langsung setuju dan mulai merencanakan liburan bersama. Louis masih tidak percaya bahwa Hyeon akan ikut, apalagi mengusulkan ide untuk keluar kota. Tapi dalam hati, dia sedikit senang, meski tidak mau mengakuinya.
Minggu berikutnya, mereka bertiga bertemu di stasiun kereta untuk memulai perjalanan mereka ke luar kota. Zayan sudah membawa koper besar, sedangkan Louis hanya membawa ransel kecil. Sementara itu, Hyeon datang dengan koper yang terlihat rapi dan terorganisir, seperti yang Louis duga dari sosok perfeksionis itu.
"Lo bawa apaan, Louis? Mau camping atau apa?" goda Zayan melihat barang bawaan Louis yang minim.
Louis hanya meringis, "Gue nggak butuh banyak barang. Yang penting gue siap buat bersenang-senang."
Hyeon hanya menatap Louis dengan senyum tipis. "Semoga siap juga kalau hujan di tengah jalan."
Louis hanya memutar matanya, "Yah, lo bawa payung, kan? Tenang aja."
Kereta melaju menuju tempat liburan mereka, dan selama perjalanan, suasana di antara mereka cukup tenang. Zayan terus bercanda dan menggoda Louis yang tampak gelisah duduk di samping Hyeon.
"Kok lo kayak nggak nyaman, Louis?" tanya Zayan sambil tertawa.
Louis berpura-pura menguap, "Ah, gue cuma ngantuk aja. Udah lama nggak tidur nyenyak."
Hyeon hanya tersenyum kecil dan berkata, "Tenang aja. Perjalanan ini pasti bakal seru. Aku udah rencanain semuanya."
Louis diam-diam terkesan dengan sikap tenang Hyeon. Meski selama ini dia sering berselisih dengan ketua OSIS itu, ada sisi lain dari Hyeon yang mulai terlihat. Mungkin Hyeon nggak seburuk yang dia kira, meski Louis masih tetap waspada.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka menginap di sebuah vila kecil yang nyaman di pegunungan. Pemandangan alam yang indah membuat Louis dan Zayan langsung melompat keluar dan berlari ke luar untuk menghirup udara segar.
"Wah, gila keren banget tempat ini!" seru Zayan dengan mata berbinar-binar.
Louis mengangguk setuju, "Serius, gue nggak nyangka tempat kayak gini ada. Bagus banget!"
Hyeon berjalan pelan ke arah mereka sambil memandang ke arah pegunungan di kejauhan. "Aku bilang juga kan, tempat ini bagus. Kita bisa hiking besok pagi kalau kalian mau."
Louis memutar bola matanya lagi, "Hiking? Kayaknya terlalu serius buat liburan, deh."
Zayan tertawa dan menepuk punggung Louis, "Santai aja, bro! Ini bakal seru. Lo jangan lemah gitu."
Hari-hari berikutnya mereka habiskan dengan berbagai aktivitas, dari jalan-jalan di sekitar vila hingga mencoba makanan lokal. Louis dan Zayan terus saja bercanda sepanjang waktu, sementara Hyeon kadang tertawa kecil melihat tingkah mereka yang konyol.
Suatu malam, saat mereka sedang bersantai di ruang tamu vila, Louis tiba-tiba merasa penasaran. Dia melihat Hyeon yang duduk diam di pojok, memegang buku.
"Lo nggak bosen apa, Hyeon? Lo dari tadi baca buku aja," tanya Louis.
Hyeon menutup bukunya dan tersenyum tipis. "Nggak, aku menikmati suasana ini. Kalian yang ribut terus malah bikin aku terhibur."
Zayan tertawa keras, "Hahaha, tuh kan, Louis. Bahkan Hyeon aja bilang kita lucu. Lo harusnya bangga!"
Louis hanya cemberut, tapi kemudian tertawa bersama mereka. Meski awalnya dia ragu dengan liburan ini, pada akhirnya dia merasa senang bisa menghabiskan waktu dengan teman-temannya, bahkan dengan Hyeon yang selama ini dianggap musuhnya.
Di hari terakhir liburan, mereka duduk bersama di balkon vila, menikmati pemandangan matahari terbenam. Louis melihat ke arah Hyeon, yang kali ini tampak lebih santai daripada biasanya. Dia masih tidak percaya bahwa mereka bisa berlibur bersama tanpa ribut-ribut seperti di sekolah.
"Gue nggak nyangka lo bakal ngajak kita liburan, Hyeon. Gue pikir lo nggak suka kegiatan kayak gini," kata Louis dengan jujur.
Hyeon hanya tersenyum, "Kadang-kadang, aku butuh waktu untuk istirahat juga. Dan kalian berdua cukup menghibur."
Zayan mengangguk dengan bangga, "Haha, gue tahu kita bakal bikin liburan ini jadi seru!"
Louis menatap pemandangan di depan mereka, merasa lebih rileks dari sebelumnya. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa liburan ini bukan hanya tentang kabur dari kebosanan, tapi juga tentang menemukan teman-teman yang benar-benar peduli padanya, bahkan Hyeon, yang selama ini dia anggap musuh.
"Ayo, kita lakukan ini lagi kapan-kapan," kata Louis, tersenyum lebar.
Hyeon mengangguk pelan, dan Zayan, seperti biasa, berteriak penuh semangat, "Setuju! Let's go!"
Liburan ini mungkin menjadi awal dari perubahan hubungan mereka, terutama antara Louis dan Hyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
RomanceBE MINE bercerita tentang Louis, murid baru yang tidak terlalu beruntung, baru saja pindah ke sekolah elit di Korea. Di hari pertama, Louis langsung kena sial. Dia berurusan dengan ketua OSIS, Hyeon, yang terkenal galak, dingin, dan tidak punya tole...