Hari-hari setelah pengakuan Hyeon membuat Louis merasa canggung setiap kali mereka bertemu. Kini, tidak hanya Hyeon yang membuatnya berdebar, tetapi juga perasaannya yang baru ditemukan terhadap Hyeon. Louis berusaha untuk bersikap normal, tetapi sulit sekali untuk tidak teringat akan pernyataan Hyeon yang menggetarkan hatinya.
Di sekolah, Louis berusaha menghindar dari tatapan Hyeon, bersembunyi di balik tumpukan buku saat mereka berada di kelas. Namun, Hyeon tampak tidak peduli dengan sikap Louis yang canggung. Malah, Hyeon semakin sering mengajaknya makan bersama dan jalan-jalan setelah sekolah.
Suatu siang, saat waktu istirahat, Hyeon mendekati Louis yang sedang duduk di kantin bersama Zayan.
"Eh, Louis! Ayo makan bareng. Gue udah pesan makanan." Hyeon berkata sambil tersenyum.
Louis yang awalnya ingin menolak merasa tidak bisa berkata tidak, apalagi dengan senyuman Hyeon yang memikat. "Yah, yaudah deh," jawab Louis dengan ragu, berusaha menyembunyikan rasa malunya.
Zayan yang duduk di samping Louis tidak bisa menahan tawa. "Wah, sepertinya ada momen romantis di sini! Louis jadi anak pemenang ya!"
Louis menatap Zayan dengan sinis. "Lo jangan sok tahu, Zayan. Ini bukan apa-apa." Namun, hatinya berdebar-debar saat mengikuti Hyeon ke meja makan.
Sesampainya di meja, Hyeon menaruh piring berisi makanan di depan Louis. "Ini buat lo. Gue tahu lo suka yang ini."
Louis merasa pipinya memanas. "Terima kasih," ucapnya pelan, sambil mengambil sendok dan berusaha fokus pada makanannya.
Zayan, yang melihat situasi ini, tidak bisa menahan diri untuk menggoda. "Wah, lihat! Hyeon bisa baca pikiran Louis, ya? Satu poin buat Hyeon!"
Louis melirik Zayan dengan kesal. "Kalo lo nggak mau diusir dari meja ini, lo lebih baik diem!"
Hyeon tertawa kecil, membuat Louis semakin gugup. "Gak apa-apa, Zayan. Louis emang suka yang manis-manis."
Louis merasa malu, dan langsung menyantap makanannya lebih cepat agar tidak terlalu terlihat canggung. "Iya, yaudah makan saja. Kenapa jadi ngebahas gue?"
Setelah makan siang, Hyeon mengajak Louis berjalan-jalan di sekitar sekolah. "Lo mau ke taman? Ada sesuatu yang mau gue tunjukin."
Louis berusaha bersikap santai, meskipun hatinya berdebar. "Mau ngapain di taman?" tanyanya.
"Tenang saja. Ini seru kok. Gue janji," jawab Hyeon sambil mengedipkan mata.
Zayan yang mengikuti mereka dari belakang berusaha menahan tawanya. "Duh, ini jadi kayak film romcom. Louis, lo harus baper!"
Louis menoleh dan memberi Zayan tatapan tajam. "Lo jangan ganggu, Zayan. Ini serius!"
Mereka bertiga akhirnya sampai di taman, dan Hyeon langsung menuju sebuah bangku yang terletak di bawah pohon rindang. "Sini, duduk. Gue mau tunjukin lo sesuatu."
Louis duduk dengan hati-hati, berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan Hyeon. "Apa sih?"
Hyeon mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kamera. "Lihat! Ini foto yang gue ambil pas kita liburan kemarin. Keren, kan?" Ia memperlihatkan foto-foto mereka saat liburan, banyak momen lucu dan bahagia.
Louis tidak bisa menahan senyum saat melihat foto-foto itu. "Iya, ini lucu banget. Zayan jadi pengganggu terus, ya?"
Zayan yang mendengar namanya langsung beraksi. "Eh, siapa pengganggu? Gua hanya ingin mengabadikan momen-momen berharga!" Dia berpose dengan gaya konyol di depan kamera, membuat Louis dan Hyeon tertawa.
"Zayan, lo ini emang gila!" Louis berkata sambil menahan tawa.
"Tapi kalo ada yang ngedeketin Louis, gue harus hati-hati. Biar bisa terus jadi pengganggu!" Zayan menjawab sambil melirik Hyeon, membuat suasana semakin ceria.
Louis merasa sedikit lebih nyaman dengan kehadiran Hyeon, tetapi tetap saja, perasaannya yang dalam dan canggung membuatnya sulit untuk bersikap normal. "Tapi serius, Hyeon. Lo nggak usah terlalu baik sama gue. Nanti gue baper, lo tahu?"
Hyeon tersenyum, menatap Louis dengan tatapan lembut. "Gak apa-apa. Gue suka bikin lo baper."
Louis merasa panik. "Jangan, deh! Lo jangan bikin gue kayak gini!"
Zayan yang melihat interaksi ini tidak bisa menahan tawa. "Hahaha, ini lucu banget! Louis, lo baper! Gak bisa dipungkiri!"
"Gak baper! Lo semua ini hanya bikin masalah!" Louis berusaha menyangkal sambil terlihat jelas kemerahan di pipinya.
Hari itu berakhir dengan banyak tawa dan canda. Meskipun Louis merasa sedikit malu, dia juga merasakan kenyamanan yang semakin mendalam saat bersama Hyeon. Setiap momen yang dihabiskan bersama Hyeon dan Zayan seolah menghapus semua rasa canggung yang sebelumnya ada. Louis menyadari bahwa mungkin, menjadi dekat dengan Hyeon tidak seburuk yang dia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
RomanceBE MINE bercerita tentang Louis, murid baru yang tidak terlalu beruntung, baru saja pindah ke sekolah elit di Korea. Di hari pertama, Louis langsung kena sial. Dia berurusan dengan ketua OSIS, Hyeon, yang terkenal galak, dingin, dan tidak punya tole...