Hari Terakhir

1 1 0
                                    

Hari terakhir liburan di luar kota pun tiba. Zayan, yang selalu bersemangat dan ceria selama liburan, terlihat sangat sedih. Namun, berbeda dengan Louis, yang justru merasa trauma setelah malam-malam yang dilaluinya, terutama karena dia harus tidur di tengah-tengah Hyeon dan Zayan.

Louis bangun pagi-pagi dengan wajah lelah dan mata merah. "Gue gak akan lupa malem itu... Jangan sampe ini keulang lagi." Dia mengeluh pada dirinya sendiri sambil duduk di tepi tempat tidur, mengingat kejadian yang membuatnya merasa... tak nyaman.

Flashback semalam, Hyeon yang biasanya menjaga jarak justru tiba-tiba melingkarkan lengannya ke tubuh Louis di tengah malam. Louis yang tengah terlelap langsung terbangun dengan perasaan kaget dan bingung. "Apa-apaan ini?! Kenapa dia meluk gue?! Gue nggak salah kamar kan?!" pikir Louis panik.

Namun, lebih parahnya lagi, Zayan yang tidur di sebelah mereka terbangun dan melihat semuanya. Dengan senyuman jahil, dia langsung mengambil ponsel dan memotret momen tersebut.

"Klik!" Suara kamera HP terdengar sangat jelas di kamar yang gelap. Louis yang baru saja melepaskan diri dari pelukan Hyeon langsung terkejut dan menatap Zayan.

"Zayan! Apa yang lo lakuin?!" Louis berteriak pelan dengan nada penuh kepanikan. "Hapus fotonya sekarang juga!"

Zayan hanya tertawa, "Hahaha, sorry Louis, ini momen berharga banget buat koleksi pribadi gue! Kapan lagi bisa liat ketua OSIS meluk lo dengan begitu mesra? Hahaha!"

Louis langsung melompat dari kasur, berusaha meraih ponsel Zayan, tapi Zayan dengan cekatan menghindar sambil terus tertawa keras. "Seriusan, Zayan, hapus sekarang atau gue nggak bakal maafin lo seumur hidup!"

Hyeon, yang sepertinya terbangun mendengar keributan itu, hanya tersenyum setengah sadar. "Sudah-sudah, jangan ribut. Ponsel itu seharusnya disimpan dengan aman."

Louis melongo. "Seharusnya? Serius, Hyeon? Lo malah nyuruh Zayan nyimpen foto ini? Anjing!"

---

Keesokan paginya, Zayan masih dengan senyum lebar sementara Louis terlihat sangat marah. Mereka sarapan di penginapan, namun Louis tak banyak bicara, hanya menatap makanannya dengan kesal.

"Kenapa mukanya manyun terus, Louis? Kurang tidur, ya?" Zayan mencoba menggodanya lagi sambil menyeruput kopinya dengan puas. "Atau karena tadi malem... aduh-aduh, malu banget ya diluk Hyeon? Wih, nih fotonya masih ada lho, mau liat lagi?"

Louis langsung berdiri dari kursinya dan mendekati Zayan dengan ekspresi marah. "Serius, Zayan. Gue gak bercanda. Hapus fotonya!"

Zayan terus tertawa, tidak peduli dengan wajah Louis yang memerah. "Eh, lo jangan marah-marah gitu dong, Louis. Lucu juga liat lo kayak gini. Lagi pula, gue nggak akan nyebarin kok, cuma buat koleksi pribadi gue aja. Tenang..."

Louis mulai frustrasi, wajahnya memerah. "Lu nih bener-bener cari masalah, Zayan! Gue sumpah... Gue gak kuat lagi sama kelakuan lo!" Louis sudah hampir menangis karena kesal. Dia memukul meja dan berjalan keluar kamar sambil menggumamkan berbagai kata-kata marah.

Zayan yang merasa sudah keterlaluan pun merasa sedikit bersalah, namun masih tak bisa menahan tawa. "Ihihih... lucu banget sih lo, Louis!"

Hyeon menatap Zayan, kali ini dengan sedikit teguran di matanya. "Zayan, cukup sudah. Jangan buat dia marah lebih dari ini."

Zayan hanya mengangkat bahu dan tetap tertawa kecil. "Oke, oke, gue bercanda kok, nanti gue hapus fotonya. Tapi gak bisa janji sekarang, hehe."

---

Louis, yang sudah tidak tahan dengan kelakuan Zayan, memilih menghabiskan waktu sendirian di luar. Ia berjalan tanpa arah, mencoba menenangkan dirinya dari rasa malu dan marah.

Tidak lama kemudian, Hyeon menyusul Louis. Ia berjalan pelan di samping Louis yang sedang duduk di bangku taman penginapan. "Kamu marah sekali," kata Hyeon dengan suara tenang.

Louis hanya mendengus. "Lu serius nanya itu? Gue gak cuma marah, Hyeon, gue malu banget! Itu kejadian semalam... Ahh, gue nggak ngerti kenapa lo bisa meluk gue. Trus si Zayan itu... dia bener-bener babi!"

Hyeon tersenyum kecil dan duduk di sebelah Louis. "Aku minta maaf soal itu. Aku tidak sadar kalau aku meluk kamu. Mungkin aku terlalu lelah."

Louis menatap Hyeon. "Lelah sampai meluk orang? Beneran?" Matanya melotot penuh keraguan.

Hyeon tertawa kecil, sesuatu yang jarang terjadi. "Ya, mungkin. Aku juga tidak terlalu ingat. Tapi Zayan pasti akan menghapus fotonya. Jangan khawatir."

Louis merasa sedikit lebih baik mendengar Hyeon tertawa, meskipun dia masih canggung. "Ya semoga aja... Gue nggak akan pernah hidup tenang kalo foto itu sampai bocor."

Setelah beberapa saat hening, Hyeon menatap Louis lagi. "Malam ini, bagaimana kalau kita jalan-jalan? Sebelum kita pulang besok. Ini hari terakhir kita di sini."

Louis tersenyum tipis. "Jalan-jalan? Kedengerannya bagus. Tapi jangan ajak si tolol, dia udah cukup nyebelin hari ini."

Hyeon mengangguk. "Baik. Kita berdua saja."

---

Malamnya, Louis dan Hyeon pergi berjalan-jalan di sekitar kota kecil tempat mereka menginap. Lampu-lampu jalan yang redup dan suasana yang sepi membuat segalanya terasa tenang dan damai. Louis merasa jauh lebih baik daripada pagi tadi, terutama karena bisa menghabiskan waktu tanpa Zayan yang terus menggoda.

"Gue nggak nyangka lo bisa ngajak jalan-jalan kayak gini," kata Louis, mencoba memulai percakapan.

Hyeon menatap langit yang gelap. "Aku juga tidak menyangka, tapi aku merasa ini kesempatan yang baik sebelum kita pulang."

Louis tersenyum kecil. "Yah, liburan ini ternyata nggak seburuk yang gue kira. Walaupun ada beberapa kejadian aneh, sih."

"Aneh, ya?" Hyeon tertawa lagi, membuat Louis merasa sedikit canggung tapi juga nyaman. "Ya, aku akui, ini liburan yang cukup... unik."

---

Keesokan paginya, mereka bersiap untuk pulang. Zayan, yang merasa sangat sedih karena liburan mereka sudah berakhir, terus merengek sepanjang waktu di mobil. "Ah, kenapa liburannya cepet banget sih? Gue nggak rela pulang sekarang!"

Louis, yang sudah mulai tenang, hanya menatap Zayan sambil menggelengkan kepala. "Lu drama banget, Zayan. Gue malah bersyukur liburan ini akhirnya kelar. Tidur di tengah-tengah kalian berdua tuh trauma, tau gak?"

Zayan hanya tertawa keras. "Haha, trauma apaan? Jangan-jangan lo seneng ya, diluk Hyeon semalem? Duh, sayang banget ya, liburannya udah abis..."

Louis memukul pundak Zayan dengan pelan tapi kesal. "Sumpah, Zayan! Gue beneran mau cekik lu."

Hyeon yang duduk di depan hanya tersenyum tipis, menahan tawa mendengar keributan mereka. "Kalian berdua benar-benar... lucu."

Louis hanya bisa mendesah panjang. "Liburan yang aneh, tapi seru juga."

Dan dengan itu, mereka pulang, membawa kenangan liburan yang penuh tawa, godaan, dan tentu saja... sedikit kecanggungan.

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang