26

667 55 1
                                    

Jaemin berjalan lesu menuju kelas setelah memarkir motornya. Dia masih kecewa karena kemarin gagal mengajak jeno berkunjung kerumahnya. Sebenarnya jaemin akan mengajaknya lagi besoknya pas hari minggu. Tapi belum sempat jaemin mengatakan, jeno sudah lebih dulu cerita kalau hari minggu itu calon ayah dan kedua saudara tirinya akan menghabiskan hari libur dirumah jeno. Meskipun begitu jaemin masih cukup senang karena sorenya jeno selalu main denganya, yang pertama di kost jaemin dan hari minggunya sore mereka nonton film ke bisokop.

Tapi namanya juga jaemin, dia tetap merasa sedikit kecewa karena rencananya lagi² gagal. Dia ingin sekali mengenalkan jeno pada kedua orang tuanya.

Saat sedang berjalan melewati lorong, mata jaemin melihat jeno yang berjalan tidak begitu jauh didepanya. Jaemin menoleh kekanan dan kekiri, dirasa aman jaemin menpercepat langkahnya.

"Jeno!" Seru jaemin.

Jeno langsung membalik badan begitu mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya. Kepalanya miring kekiri, kemudian bibir serta kedua matanya tersenyum manis pada jaemin yang langsung mematung menatap jeno. Tangan kirinya memegang dada, matanya tidak berkedip dengann bibir sedikit terbuka.

"Jaemin kok malah diem?" Bingung jeno.

Jaemin mengedipkan mata, menarik napas dua kali kemudian melanjutkan langkahnya mendekat pada jeno. Semua rasa kecewa yang semula masih dirasakanya tiba² hilang entah kemana.

"Selamat pagi gemes" sapanya saat sudah berada didepan jeno.

Jeno menatap jaemin tidak suka karena dikatakan gemes.

"Jaemin jangan sebut jeno gemes trus dong" omelnya dengan pipi merona samar.

"Emang jeno gemes kok" jawab jaemin.

"Tapi kan jeno cowok" elak jeno.

"Tau kok" balas jaemin.

"Cowok cantik" ucapnya sambil menekan ringan pipi kiri jeno.

"Ganteng, sama gemes" lanjutnya.

Jeno hendak protes lagi namun keduanya terganggu oleh suara teriakan ryujin.

"JENO!"

Ryujin berlari mendekat pada jeno lalu memegang kedua bahu jeno dan memeriksa tubuhnya.

"Lo diapain sama dia?" Tanyanya.

Jeno dan jaemin kompak menaikan alis mendengar pertanyaan ryujin. Jeno memegang lengan ryujin yang masih memegang bahunya.

"Emang dia bisa ngapain sama gue?"

Tangan kanan jaemin menutup bibirnya yang membulat bersama matanya. Jeno langsung beda ketika ryujin datang, jaemin terpesona.

"Siapa tau aja dia bales lo" felix berucap ketika sudah sampai didekat jeno. Dia hanya berjalan menyusul ryujin bersama seungmin.

Jeno memutar matanya malas.

"Mana mungkin" jawabnya.

"Jangan deket² hush!" Seungmin menggeser jaemin agar semakin jauh dari mereka.

'Hahh.. sabar.. sabar.. disini ada jeno, gue harus jadi anak baik'

Tanpa mengatakan apa² jaemin memasukan tangan kanan ke saku celana dan tangan kiri menarik ranselnya dipunggung agar nyaman, berjalan meninggalkan jeno dan ketiga temanya. Sebelum itu dia sempat menatap jeno sambil mengedip sebelah matanya. Jeno mendelik melihatnya membuat jaemin terkekeh. Wajah jeno kembali merona, berbeda dengan felix ryujin dan seungmin yang mengira kekehan jaemin sebagai ejekan.

"Lo jangan deket² sama dia" ucap felix di angguki dua yang lain.

"Kenapa sih? Dia ga ngapa²in gue kok" jawab jeno.

"Tapi_" ucapan ryujin terputus oleh seruan jeno.

"Udah. Mending kita kekelas"

Mau tak mau ketiganya mengikuti jeno berjalan menuju kelas. Ryujin menoleh kebelakang untuk melihat felix yang mengikuti mereka, memelankan langkah agar sejajar dengan felix.

"Gimana?" Bisiknya.

"Jeno sudah mulai berani belain dia didepan kita" balas felix sama berbisik.

"Lo ga ada rencana?" Tanya ryujin lagi.

"Nanti kita pikirin. Kita harus jauhin dia dari jeno seperti anak² yang lain agar jeno hanya bergantung sama kita seperti sebelumnya" ucap felix sambil memandangi punggung jeno yang lagi berjalan sambil ngobrol bersama seungmin.

Ryujin hanya mengangguk mantap menanggapi ucapan felix. Mereka tidak tahu saja kalau jaemin sudah melangkah didepan mereka. Jeno bahkan tidak menceritakan pada mereka jika orang tuanya sudah bercerai.

FROM BULLY TO BUCIN (MINNO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang