11. I want you to show me

213 11 0
                                    

Airlangga


Jika Dirga sengaja membuatku cemburu, maka selamat. Dia sudah berhasil.

Aku yang dibutakan cemburu, sekali lagi, melewati batas. Seperti ada kilatan cahaya di depan mataku, aku hilang akal dan mencium Pita -lagi. Cemburu dan kesal berpadu membangkitkan sisi liarku yang selama ini mati-matian kutahan. Aku seperti pesakitan ketika mencumbunya. Perempuan itu sudah menghantui pikiranku sejak pertemuan pertama dan menanamkan pengaruhnya kepadaku selama satu bulan ini. Aku mengatakan dengan lantang perasaan dan nafsuku padanya melalui cumbuanku yang begitu buas.

Dengan tidak tahu malunya, aku juga menggesekkan penisku ke perutnya. Melihatnya saja sering membuatku keras, apa lagi menyentuhnya dan menciumnya. Aku mencari pelampiasan di tubuhnya yang masih suci.

Dia belum pernah disentuh dan penisku menakutinya.

Tetapi, dia tidak menolakku. Dia membalas cumbuanku. Dia menyentuhku. Aku mengerti, dia juga menginginkanku begitu bibirnya berusaha mencari-cari bibirku.

Aku sangat sadar akan seluruh tatapannya kepadaku. Matanya yang menatapku seolah memujaku. Seluruh perhatiannya ketika aku berada di dekatnya, di ruangan yang sama dengannya. Seluruh senyumnya yang malu-malu ketika aku menatapnya. Perasaan ini mutual. Kami memiliki perasaan yang sama kepada satu sama lain.

Tapi, ini semua salah. Aku memang menyukainya, aku tertarik kepadanya, tetapi aku tidak layak untuknya.

Aku sudah melonggarkan kendali diriku. Jika saja logikaku tidak bekerja saat itu, jika saja aku tidak ingat bahwa dia tidak pernah disentuh oleh siapa pun, mungkin aku sudah menelanjanginya. Dia begitu rapuh dan murni. Aku tidak bisa mencorengnya dalam keadaan dirinya yang tidak berdaya.

_____

Aku merasa bersalah karena sudah menyentuhnya -untuk kedua kalinya. Di pagi hari, kami bertemu di foyer. Kami hanya bertemu mata dengan canggung. Aku ingin meminta maaf, namun urung karena kutahu bahwa Pita tidak suka akan hal itu -meski dia sangat berhak mendapatkan permintaan maaf dariku. Dia juga terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun begitu bibir merah mudanya terbuka, ia mengatupkannya lagi.

Pagi ini tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun sampai kami tiba di kantor dan memasang topeng seolah tidak pernah terjadi apa pun di antara kami.

Di sore hari, aku sengaja meminta Pita pulang lebih dulu dengan alasan bahwa aku akan lembur. Meskipun sebenarnya tidak ada hal genting yang mengharuskanku lembur, namun ini lebih baik dibandingkan bersama dengannya dalam rasa bersalah.

Aku mengulur-ulur waktu sampai melewatkan jam makan malam. Melakukan pekerjaan apa pun dengan harapan dapat mengenyahkan perempuan itu dari pikiranku. Sedikit berhasil setidaknya sampai waktu sudah begitu larut dan aku yakin bahwa Pita pasti sudah tidur.

Sudah tengah malam begitu aku tiba di apartemen. Tubuhku lelah, pikiranku juga sama lelahnya. Aku sudah pusing memikirkan beban pekerjaan, ditambah nafsuku kepada Pita yang selalu mengusik pikiranku.

Aku tidak berharap untuk bertemu dengannya malam ini. Namun, di sana dia, menungguku dengan mata bulatnya yang menatap ke arahku.

Pergerakanku sampai terhenti sebab aku perlu memikirkan apa yang harus kukatakan kepadanya. Dia tidak terlihat seperti baru bangun tidur, maka dari itu aku yakin dia memang sengaja menungguku sampai selarut ini. Membuat dadaku terasa sakit. Kenapa dia harus menungguku?

Aku akan seperti brengsek jika melengos pergi tanpa mengatakan sesuatu kepadanya. Namun, aku juga sedang tidak dalam keadaan yang mampu berpikir lurus jika dia terus menatapku seperti itu, seolah aku menggenggam bulan di tanganku. Aku ingin menciumnya lagi

The Boss is My Roommate [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang