Ashton menggenggam tangannya erat. Ia ingin berada disana, memeluk Summer dan menenangkannya. Tapi ia tidak bisa, ia tidak sanggup. Ia bukan siapa siapa.
"Hey Ashton kau sedang apa?" Tanya Jack dengan suara yang keras. Ashton terkejut dan segera menutup mulut Jack dengan cepat.
"Jangan berisik! A-aku...aku sedang-"
"Hey Ashton, kau di sini ternyata." Ashton melompat kaget dan melihat ke belakang. Summer memandang Ashton dengan wajahnya yang merah karena habis menangis, matanya yang memiliki kantung menatapnya. Ashton melepas tangannya dari mulut Jack dan mengalihkan pandangannya.
"Y-ya, aku baru saja tiba disini." Ucap Ashton. Jack tertawa dan meninggalkan kedua insan muda itu.
"Ayo masuk Ash." Ajak Summer lalu kembali masuk ke dalam kamar meninggalkan Ashton. Ashton menyusul Summer masuk ke dalam lalu duduk di atas kasur tepat di sebelah Summer.
"Kau menangis lagi." Gumam Ashton. Summer tersenyum kecil dan mengangguk.
"Aku merindukan Luke, tapi aku sudah membaik." Ucap Summer. Suaranya masih serak karena habis menangis tadi.
Ashton terdiam dan mengusap rambut lembut. Summer tersenyum dan memeluk Ashton.
"Kau ingat pesan Luke?" Tanya Ashton kini merangkul Summer tetapi masih mengusap rambutnya.
"Ya, aku ingat." Gumam Summer.
"Aku ingin kau bahagia Summer." Ucap Ashton.
"Terima kasih, aku cukup bahagia dengan adanya kalian. Aku juga senang walaupun tidak adanya Luke disini, tapi kalian masih mau menemaniku. Kalian mau membantuku berdiri ketika aku terjatuh." Jelas Summer. Ashton tersenyum.
"Tapi aku sangat sedih melihatmu menangis." Gumam Ashton.
"Maaf, tapi terima kasih. Kau memang kakakku yang terbaik." Ucap Summer mengeratkan pelukannya. Ashton tersenyum dan ia membalas pelukan Summer.
Kakak yang terbaik. Terjebak di brotherzone pikir Ashton dan ia menghela napas.
"Oiya aku penasaran, apa isi scrapbook itu?" Tanya Ashton. Summer melepas pelukannya dan tersenyum. Ia memandang scrapbook yang masih ia pegang dan tersenyum.
"Ini kenanganku dengan Luke." Ucap Summer. Ashton mengangguk mengerti.
Summer meletakkan scrapbook itu di atas meja. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Ashton ikut melakukan apa yang dilakukan Summer.
"I'm so sleepy." Gumam Summer meringkuk membelakangi Ashton.
"Go sleep then." Ucap Ashton tersenyum.
"I need cuddle." Gumam Summer lagi. Ashton tertawa kecil dan memeluk Summer. Gadis itu menutup wajahnya. Ashton menghela napas. Hal yang ia pikirkan saat ini membuat Summer nyaman.
Tak berapa lama ia mendengar dengkuran lembut dari Summer. Ashton mencium belakang kepala Summer
"You know what Summer? Aku harap kau dapat menerimaku di hatimu." Gumam Ashton. Ia kembali menghela napas dan memutuskan untuk memejamkan matanya. Masuk ke dalam alam mimpi.
*****
"Kalau kita punya anak? Kau akan memberi nama siapa?" Tanya Summer sambil bersandar pada dada Luke.
"Anak? Sejauh itu kah kau berpikir tentang hubungan kita?" Tanya Luke
"Tentu saja! Aku ingin kita dapat bersama selamanya!" Ucap Summer antusias.
"Hmm.... baiklah aku akan menjawab pertanyaanmu. Jawabanku adalah entahlah, tapi mungkin nama Spring cukup bagus. Aku suka musim semi." Ucap Luke.
"Aku suka nama itu. Terdengar lucu."
"Kau pasti memiliki nama idaman untuk anakmu kan?"
"Tentu saja!" Pekik Summer bersemangat. "Aku ingin memberi nama anak kita Lucas atau Ashton atau Michael bahkan Calum juga nama yang lucu, tapi jika anak itu laki-laki. Jika perempuan aku akan memberi nama Sophie, Melani, atau Stephanie!"
Luke tertawa melihat Summer yang tidak henti-hentinya mengoceh dan berdeham, membuat Summer berhenti berbicara.
"Ada apa?" Tanya Summer mengangkat sebelah alisnya. "Apa kau...bosan? Maafkan aku kalau perbincangan ini membosankan."
Luke kini malah tertawa. Summer semakin bingung dengan Luke. Ia tidak mengerti apa yang Luke inginkan.
"Sorry, aku hanya..." ucapannya terpotong dengan suara tawanya sendiri. Summer mendengus kesal.
"Apa salahnya dengan nama-nama itu?" Omel Summer.
"Hanya saja, kenapa harus nama teman-temanku?" Tanya Luke yang kini sudah tenang.
"Hmm, agar aku dapat mengingat mereka?"
"Ayolah yang benar saja."
"Aku serius Lukey."
"Baiklah, baiklah." Gumam Luke dan melanjutkan tawanya. Summer tersenyum hangat pada Luke tapi tiba-tiba semua menjadi gelap. Summer tidak dapat melihat apapun. Ia meneriakkan nama Luke namun tidak ada jawaban. Summer berlari di dalam kegelapan mencari Luke. Tapi tidak ada respon dari lelaki itu. Ia terjebak dalam kegelapan, sendirian. Ia berteriak histeris dan menangis sambil membungkuk. Terlalu gelap baginya, rasanya keheningan dan kegelapan itu menusuk tepat di jantungnya.
"Summer? Summer? Summer?! Wake up!"
Summer terbangun dengan keringat bercucuran dan matanya basah oleh air mata. Ia melihat sekitar, tepat di depannya Ashton yang sedang memandangnya khawatir.
"Ayo minum dulu." Ucap Ashton memberikan satu gelas air mineral. Summer menerimanya dengan tangan bergetar dan meminum air itu. Ashton mengambil tisu dan menghapus keringat yang keluar dari kulit mulus Summer.
"Sudah baikan?" Tanya Ashton yang di jawab anggukan oleh Summer. Ashton menatap Summer dengan pandangan menunggu. Summer menghela napas dan mulai membuka suara.
"A-aku mimpi Luke....lagi." gumam Summer parau. "Ceritanya sangat singkat, kami berbincang-bincang tentang nama yang akan diberikan pada anak kami nanti. Sangat indah, kami terlihat bahagia, tapi tiba-tiba semua berubah menjadi gelap. Luke menghilang, sekeras apapun aku berteriak ia tidak mendengarnya. Aku terjebak dalam ruang yang gelap, seperti luar angkasa yang hampa."
Ashton mengangguk mengerti dan menghela napas. Ia menatap Summer dan mengulas sebuah senyuman tulus pada gadis itu. Summer tertegun sejenak melihat senyuman yang sangat tulus. Lain dari biasanya. Senyuman yang hangat.
"Aku mengerti, it's okay. Lain kali kalau kau mimpi seperti itu aku akan datang dan membawamu keluar dari.kegelapan." ucap Ashton. Summer tersenyum dan menggumamkan kata terima kasih. Ashton tersenyum dan mengajaknya makan malam bersama keluarga Hemmings.
Part 3 posted! Enjoy
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Reason [Sequel of Amnesia]
FanfictionSummer Wang, gadis yang sedang terjatuh karena kehilangan seseorang yang berarti untuknya. Kehilangan hidupnya, Luke Hemmings yang pergi karena penyakit jantungnya yang sudah tidak bisa tertolong lagi. Setelah lelaki itu pergi sudah beberapa kali ga...