Summer membuka pintu apartemennya yang masih gelap gulita. Ia melepas sepatunya dan memakai sandal kesukaannya. Summer menyalakan lampunya dan duduk di sofa. Hari yang cukup melelahkan pikirannya.
Summer mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mulai memainkan alat itu. Ia menempelkan ponselnya ke dekat telinganya.
"Hey, I'm sorry i'm so busy hanging out with Summer. Call me later okay?" Summer menggigit bibir mendengar suara dari ponselnya. Ia menjauhkan ponselnya sebentar, lalu kembali mendekatkan kembali ke dekat telinganya.
"Hey Luke, I really miss you. It's been 5 months without you. Honestly i can't move on from you. Remember today is your birthday! I Celebrate your birthday with your family. Oh your parents are healthy." Summer terdiam, menggigit bibirnya sebentar.
"Sebenarnya, aku masih belum bisa melupakanmu Luke. Maksudku bukan benar-benar melupakanmu. Tapi ya kau mengerti maksudku kan? Luke, Ashton sangat baik padaku. Dia memang sosok seorang kakak yang berarti bagiku."
"Aku...aku merindukanmu Luke. Seandainya kau masih disini. Aku tidak perlu menderita. Rasanya aku ingin ikut denganmu. Aku lelah dengan semua ini. Aku lelah dengan perasaan sakit ini. take me with you."
Summer melempar ponselnya ke atas sofa dan mulai terisak. Ia jatuh, ia sangat jatuh. Seorang Summer Wang tidak dapat lepas dari bayang-bayang Luke Hemmings. Summer menangis cukup keras. Ia berharap semoga air matanya ini dapat membuatnya lebih baik.
Buliran demi buliran air mata jatuh membasahi pipinya. Ia meringkuk menahan perihnya rasa rindu yang ia rasakan saat ini. Summer merindukan pelukan Luke, genggaman tangan Luke, mata birunya, suaranya, tingkah lakunya, semua tentangnya. Malam ini, ia berharap tuhan membiarkannya menangis dan melepaskan semua bebannya.
******
Ashton sedang duduk di luar balkon rumahnya. Ia memandang langit-langit bertaburan bintang yang sedang berkelap-kelip menggoda. Pikirannya mengarah pada gadis yang membuatnya jatuh hati, Summer.
"Seberapa banyak aku mencoba, dia tetap menganggapku sebagai kakaknya." Gumam Ashton.
Summer masih terjebak dalam bayang-bayang Luke. Memang berat melupakan orang yang kita sayangi. Ashton mendesah frustasi, menyerah dengan pikiran negatifnya.
Ashton mengeluarkan ponselnya, mencoba untuk menelpon Summer. Ia tau waktu menunjukkan pukul 11.30 malam. Tapi ia hanya sekedar ingin mengecek apakah Summer sudah tidur atau belum.
Ia menekan beberapa tombol di ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya. Ashton menepuk-nepuk pahanya menunggu sambungan telpon itu berubah menjadi sebuah suara indah yang ia rindukan.
"H-halo?" Ucap suara di seberang sana. Raut wajah Ashton kini berubah menjadi khawatir.
"Summer? Are you okay?" Tanya Ashton khawatir.
"I'm fine." Ucap Summer parau.
"Aku tau kau berbohong, aku akan pergi ke apartemenmu sekarang. Tunggulah di rumah."
"Tidak perlu Ash." Gumam Summer.
"Jangan membantah." Ucap Ashton yang sudah masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankan mobilnya.
"Ashton? Kau sudah di jalan?" Tanya Summer. Nada terkejut terdengar jelas.
"Iya begitulah. Tunggu aku oke?" Ucap Ashton lalu memutuskan sambungannya tanpa menunggu jawaban dari Summer.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin Summer melakukan hal-hal yang nekat. Ashton hanya ingin gadisnya itu kembali tersenyum seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Reason [Sequel of Amnesia]
FanfictionSummer Wang, gadis yang sedang terjatuh karena kehilangan seseorang yang berarti untuknya. Kehilangan hidupnya, Luke Hemmings yang pergi karena penyakit jantungnya yang sudah tidak bisa tertolong lagi. Setelah lelaki itu pergi sudah beberapa kali ga...