11

141 26 3
                                    

"Jadi...kau akan meninggalkanku juga?" -Summer to Ashton

"S-Summer?!" 

-

-

-

-

-

Kini Ashton dan Summer hanya berdua di dalam kamar Ashton, duduk berhadapan dengan suasana hening dan canggung. Summer melipat kedua tangannya menunggu penjelasan Ashton. Terlihat ekspresi kecewa yang sangat jelas menghiasi wajah cantik gadis itu. Ashton menghela napas. Ia benar-benar terkejut dengan kedatangan Summer yang mendadak.

"Jadi kau akan meninggalkanku juga? Salahku apa?" tanya Summer pelan. Ashton menatap Summer yang kini sudah menangis. 

"Aku...tidak...bukan begitu..." ucap Ashton terbata-bata. Ia sangat tidak tega melihat gadis yang ia cintai dan sayangi itu menangis. 

"Aku kira.... kau akan selalu bersamaku Ashy." isak Summer lalu menghapus air matanya dengan kasar. Ashton mendekati Summer dan menahan tangan Summer. 

"Dengar, aku tidak akan meninggalkanmu Summer. Tadi itu... aku... hanya mengalami dilema." ucap Ashton mengusap air mata Summer dan pada akhirnya ia berhasil jujur terhadap Summer.

"Dilema kenapa?" tanya Summer yang kini sudah berhent menangis.

Ashton menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Kalau ia katakan semuanya apakah Summer akan membencinya? Ashton kini menjadi gusar. Rasa gelisahnya kembali menghantui pikirannya. Ia tidak dapat berpikir jernih. 

Bagaimana kalau Summer yang meninggalkanmu ketika kau sudah memilih untuk bertahan? 

Bagaimana kalau ternyata Summer hanya memanfaatkanmu?

Dasar bodoh! mana mungkin Summer sejahat itu?

Bisa jadi kan? Yang dia cintai itu kan Luke, sepupumu sendiri. 

"Ashton? Ashy? ASHY!" teriak Summer. Ashton tersadar dari lamunannya dan melihat Summer.

"O-oh y-yaa? kenapa Summer?" tanya Ashton kikuk.

Summer mendesah lelah. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Tadi juga kau mendadak pucat Ashy. Kau sakit?" tanya Summer khawatir. 

Tentukan pilhanmu sekarang! sebelum terlambat! 

Ashton menghela napas. Apakah ia harus jujur? Tapi ia sangat takut. Terlalu takut. Sejak kapan ia menjadi orang yang gampang gelisah? Sejak kapan ia menjadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Tanpa sadar Ashton memeluk badannya sendiri dan tatapannya sangat kosong.

Ia benar-benar sudah dihantui rasa takut. Ia menenggelamkan wajahnya diantara lengannya yang ditekuk. Ia sudah jatuh ke dalam lubang kegelisahan. Ini pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Sangat sulit baginya untuk keluar dari lubang itu. Kenapa ia dapat terjebak di dalam lubang kegelisahan? Wajahnya menjadi pucat pasi. Rasa takut semakin menggerogoti dirinya.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?" gumam Ashton. 

"Keluarkan aku dari sini. Disini gelap dan dingin." gumamnya lagi. 

Ashton menenggelamkan wajahnya lagi dan memejamkan mata. Ia mencoba menghirup oksigen di ruangannya tapi itu cukup sulit. Sampai sebuah tangan berhasil mendekap Ashton. Kehangatannya menjalar ke tubuh Ashton. 

"Tenanglah, aku disini, aku tidak akan pergi kemana mana. Aku akan selalu disisimu. Aku akan menyelamatkanmu. Aku akan membantumu keluar dari lubang kegelisahan itu. Jangan takut Ashy, kau tidak sendirian. " kata-kata itu terdengar sangat nyaring di telinga Ashton. Suara familiarnya pun menggetarkan hati Ashton.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Only Reason [Sequel of Amnesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang