4

979 94 7
                                    

Matahari sudah menyinari bumi belahan selatan. Di atas sebuah bukit dua insan muda tengah bercengkrama di atas rerumputan dengan beberapa cemilan berserakan di depan mereka.

"Hahaha lucu sekali." Ucap Summer terkekeh mendengar cerita Ashton tentang adik-adiknya. Ternyata banyak hal yang ia tidak ketahui tentang Ashton.

"Apalagi Lauren, dia selalu menjabakku dan mengeluh tentang rambutku ini." Keluh Ashton sambil mengusap rambutnya. Summer kembali tertawa melihat Ashton yang sangat menyayangi rambutnya itu.

"Tapi, aku setuju dengan Lauren. Kau lebih keren rambut pendek Ash." Ucap Summer memberi pendapat.

"Be-benarkah itu?!" Tanya Ashton bersemangat. Summer mengangguk mantap.

"Baiklah, kau harus antarkan aku ke barbershop kalau begitu." Ucap Ashton bersemangat.

"Baiklah baiklah." Ucap Summer lalu meminum susu yang ia beli semalam. Ashton membuat suasana hatinya membaik. Melihat bintang, dilanjutkan dengan matahari terbit. Sungguh sangat indah.

Summer memasukkan sampah susu kotaknya ke dalam plastik dan berdiri. "Ayo kita pulang Ashton." Ajak Summer. Ashton mendesah kecewa.

"Tapi aku masih ingin disini."

"Tapi ini sudah pagi dan aku harus mandi dan kuliah. Kau juga harus kuliah tentu saja." Ucap Summer sambil berkacak pinggang.

"Tapi ini hari minggu Ms.Wang kalau kau ingin tau." Ucap Ashton menepuk dahinya sendiri. Summer segera mengambil ponselnya dan hari yang tertera disana adalah hari Minggu. Summer memejamkan mata sebentar.

"Baiklah kau benar, ini hari minggu. Tapi aku tetap ingin pulang. Aku harus beres-beres apartemenku dan aku juga harus menjemur pakaian." Ucap Summer cepat.

Ashton mengerang malas dan akhirnya ia berdiri sambil membawa plastik berisi sampah. Ia berjalan mendekati Summer dan memberikan kantong itu. Summer mengangkat kedua alisnya bingung.

"Tapi nanti kau harus kencan denganku." Ucap Ashton tertawa. Dari awal ia bertemu dengan Ashton, hal yang ia sukai dari Ashton adalah tawanya, senyumnya, dan sifatnya yang selalu ceria.

Summer tertawa. "Apakah itu sebuah pertanyaan atau perintah? Begitukah caramu mengajak seorang gadis kencan? Dengan memberinya sekantong sampah? Oh sangat tidak elit." Ucap Summer mengejek. Ashton tertawa dan menggeleng.

"Pokoknya aku jemput kau jam 4 ya nanti." Ucap Ashton lalu menarik tangan Summer untuk masuk ke dalam mobil.

"Aku belum menjawab Ashton." Protes Summer. Ashton berhenti dan melihat Summer.

"Kau tadi diam dan tidak protes jadi ku anggap kau setuju." Ucap Ashton tertawa. Summer memutar bola matanya.

"Terserah kau saja." Ucap Summer yang sudah mulai risih dengan tubuhnya yang belum mandi.

*****

"Terimakasih." Ucap Summer tersenyum tulus. Ashton membalas senyuman gadis itu. Summer segera keluar dari dalam mobil.

"Tunggu!" Ucap Ashton yang membuat Summer berhenti dan melihat ke arah Ashton. "Aku butuh kepastian." Ucapnya. Summer menghela napas.

"Apa?" Tanya Summer.

"Kau benar-benar mau pergi denganku?" Tanya Ashton ragu. Summer tersenyum samar dan melepas genggaman Ashton dari tangannya.

"Menurutmu?" Ucap Summer tersenyum miring lalu segera turun meninggalkan Ashton yang kebingungan.

Summer masuk ke dalam apartemennya dan segera menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Hari yang melelahkan baginya. Ia belum tidur sama sekali dari malam saat ia menangis dan mengingat Luke.

The Only Reason [Sequel of Amnesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang