10

106 24 5
                                    

Summer dan Greyson kini berada di pemakaman. Ia melihat beberapa buket bunga yang baru saja disimpan di atas makam Luke. Summer tau itu pasti Calum, Michael, dan Ashton. Greyson meletakkan buket bunga yang ia bawa di atas batu marmer itu. Summer pun melakukan hal yang sama dan mengusap nisan dihadapannya. 

"Lukey~ kami datang berkunjung." ucap Summer tersenyum. 

"Ya, kali ini aku datang juga. Sudah berapa tahun ya semenjak kau pergi?" tanya Greyson pada dirinya sendiri. 

"Aku disini baik-baik saja, ya walaupun aku masih resah kalau sudah tanggal keramat ini datang." ucap Summer terkekeh pelan. 

"Oh, apakah tadi Calum, Michael, dan Ashton datang? Aku mengirim pesan pada Ashton, tapi ia tidak membalas pesanku. Aku.... rindu padanya." ucap Summer. 

Greyson yang mendengar ucapan Summer tersenyum dan mengusap bahu adiknya itu. Summer kembali mengusap batu nisan dihadapannya. Ia merindukan sosok Luke, tapi ia juga sudah bisa merelakan kepergian Luke. Walaupun hal yang tidak diduga (seperti kejadian semalam) terjadi dan Summer kewalahan sendiri serta tidak bisa menahan diri. 

"Ne~ Lukey~ Kalau aku suka Ashton apa kau mengizinkanku? Oya soal suratmu.. sebenarnya aku belum baca." ucap Summer lagi. Kali ini ia menghela napas. "bukan berarti aku tidak peduli dengan suratmu. Hanya saja aku belum ingin membacanya kemarin-kemarin." Lanjut Summer. 

"kau serius belum membaca surat itu?!" tanya Greyson tertegun. Adiknya memang keras kepala tapi tidak separah itu.

"Belum hehe." ucap Summer terkekeh. Greyson menghela napas pelan. 

"makanya dibaca dong :)" ucap Greyson menjitak kepala adiknya pelan. Summer meraung kesakitan dan mengusap kepalanya. Ia memukul Greyson dan kembali memfokuskan diri pada nisan pria yang ia cintai di hadapannya itu.

"Oiya Lukey, Lusa aku mau ke China! Sudah lama aku tidak mengunjungi keluargaku. Semenjak kau pergi. Entahlah, rasanya sangat berbeda ketika kau tidak ada disisiku. Oh tapi sekarang aku punya Ashton yang selalu menemaniku. Bahkan dia juga membantuku ketika aku terpuruk." ucap Summer tersenyum dan mengusap nisan Luke. Greyson hanya memandangi adiknya yang terlihat menyedihkan baginya.

"Aku merasa, aku bisa mencintainya. Apa aku bisa Lukey? Tenang! kau tetap dihatiku, dan akan selalu berada dihatiku!" ucap Summer tersenyum lebar. Greyson pun ikut tersenyum, kini tidak ada sendu dimatanya. Kali ini Summer sudah keluar dari zona Lukeynya. 

"Kau tau, Luke? dia itu meraung-raung menangis seperti anak kucing yang kehilangan induknya." ucap Greyson terkekeh. Summer menatap Greyson tajam dan berkacak pinggang.

"Koko jangan jahat!" protes Summer. Greyson hanya menatap Summer dengan tatapan -apa? aku hanya mengatakan yang sebenarnya- Summer menggerutu pelan.

"Jangan dengarkan dia! aku kan tidak akan menangis lagi. Ya... walaupun kadang-kadang ketika aku rindu berat denganmu tanpa sadar aku menangis. Aku akan baca suratmu okay? Kalau begitu aku pulang ya, aku juga ingin menghubungi Ashton." ucap Summer mencium pelan batu nisan dihadapannya. 

"sudah?" tanya Greyson melihat jam tangannya. Summer mengangguk.

"ayo kita ke rumah Ashton!" ucap Summer tersenyum riang.

"Oh? 20 Menit kau disini wow, rekor baru." ucap Greyson. "Kalau begitu ayo kita ke rumah Ashton."

Summer hanya mengangguk mengikuti kakaknya itu. Kali ini Summer pergi dari tempat pemakaman dengan senyuman di wajahnya. Ya, Summer Wang benar-benar sudah memutuskan bahwa ia akan masuk zona Ashton Irwin dan keluar dari zona Luke Hemmings.

****

"Katakanlah jika kau merindukannya Ash, aku tau kau bukan dirimu saat ini." ucap Calum yang asik bermain ps4 dengan Michael. Ashton hanya mendesah pelan dan menggulingkan badannya sendiri di atas kasur. Sesekali ia melihat ponselnya, kalau-kalau ada pesan dari Summer. Sayangnya tidak ada sama sekali. Ia merasa sudah gagal untuk membuka hati Summer. Ia tidak akan pernah bisa masuk.

"Oy, Kau dengar aku tidak?" tanya Calum sedikit protes. Ashton hanya mendesah pelan.

"Ya aku dengar." ucap Ashton datar. 

"Bro, kau kenapa sih? Aku pikir Summer jelas-jelas menyukaimu juga, dari gerak-geriknya." ucap Michael tanpa melihat Ashton. 

"Kau tidak tau serapuh apa dia ketika sudah ingat pada Luke." ucap Ashton pelan. "Ternyata benar aku tidak bisa membuat Summer jatuh cinta padaku." 

Calum dan Michael kini melihat sahabatnya yang sedang berduka itu. Mereka menjeda permainan mereka dan mendekati Ashton. "Ash, kau tau kan Luke sendiri yang bilang. Kalau ia tidak ada, maka kau yang menggantikannya. Bahkan ia tidak membiarkan aku atau Michael mendekati Summer." ucap Calum mencoba mengingatkan Ashton.

"Kau juga ingat saat menemukan Summer yang penuh darah karena ia menyayat tangannya sendiri? Kau ingat kalau kau yang selalu membuatnya tertawa dan tersenyum tulus." ucap Michael. 

"Kau ingat ketika Summer sangat senang dengan kedatanganmu dan ia langsung berlari memelukmu. Aku dapat membedakan mana semangat Summer ketika bersama orang yang ia sayangi." ucap Calum lagi. 

Seperti sebuah film, Ashton mengingat kejadian kejadian yang disebutkan Michael dan Calum. Apa ia harus menyerah sekarang? Apa ia salah memilih? Ia benar-benar sedang dihadapi dua pilihan yang sulit. Satu sisi dia lelah dengan semua ini, ia sudah cukup menunggu terlalu lama. Disisi lain, ia terlalu sayang dengan Summer  sampai-sampai ia tidak bisa meninggalkan Summer begitu saja. Tapi, ia ingin tau apakah dengan ia menghilang Summer akan mencarinya?

"Aku...." ucapan Ashton terhenti. Ia mengigit bibir bawahnya pelan, menghela napas. "Aku bingung." lanjutnya.

"Kau mau menyerah begitu saja? membiarkan Summer pergi?" tanya Calum.

"Tidak!" ucap Ashton cepat. 

"Jadi?" tanya Michael kini mengambil satu bungkus potato chips dan memakannya.

"Aku hanya... lelah. Sudah terlalu lama aku menunggu Summer. Aku tau move on itu tidak mudah." Hela Ashton.

"Jadi...kau akan meninggalkanku juga?" sebuah suara yang tidak asing di telinga Ashton muncul. Kini Ashton terkejut melihat seseorang yang ia kenal dan sangat ia rindukan berdiri di hadapanya. Calum dan Ashton mengikuti arah sumber suara dan ikut terkejut.

"S-Summer?" Gumam Ashton terkejut.


-

-

-

-

-

--

-

-

-

-

-

-



-

-

-DAMN So sorry fanfict ini ga keurus dan ga dilanjut-lanjut. Bener-bener sibuk kuliah aku. (efek mau skripshit). Ini aku kasih update tapi pendek :( maafkeun. semoga suka yaawww~ 


vomments jangan lupa ><

The Only Reason [Sequel of Amnesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang