**Usia kandungan Haechan kini mencapai 9 bln, sudah waktunya dia untuk tinggal di rumah sakit sampai proses persalinan tiba. Jaemin sengaja meliburkan hari ini supaya bisa membantu Haechan berbenah dan juga mengantar Haechan hingga sampai dirumah sakit.
"Chanie, aku rasa vitamin daya imun tubuh belom cukup.. Apa aku harus beli lagi?" Jaemin menatap koper obat dihadapannya dengan ragu.
"Jaemin-shi.. Baru kemarin dokter bilang aku tidak boleh mengkonsumsi obat secara berlebih.. Itu bisa berpengaruh pada bayi.." Haechan menatap Jaemin sambil melotot, senyum girang Jaemin tunjukan agar Hati Haechan kembali tenang.
"Aku hanya khawatir kau tidak kuat saat proses persalinan nanti.. OH!! Apa kita perlu pergi ke tempat GYM sekarang?" Jaemin terlihat antusias.
"Untuk apa?" Bulu kuduk dileher Haechan mendadak berdiri tegak. Dia merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi beberapa saat ini.
"Tentu saja untuk olah raga! Kau perlu angkat beban berat supaya proses persalinanmu lancar tanpa hambatan." seketika sebuah sandal rumah melayang dan menyambar kening Jaemin begitu kerasnya.
"KA-KAU!!!! KENAPA KAU BISA JADI DIREKTUR DENGAN OTAKMU DIBAWAH RATA RATA!! APA KAU INGIN AKU MELAHIRKAN DI TEMPAT GYM???!!!! KA-KAUUU... KAUU!!!!! ΑΚΚΚΗΗ!!!!!" Haechan mengacak rambutnya frustasi, Dia tidak bisa berkata apapun saat ini, dia sedang hamil tua, bagaimana bisa calon suaminya malah memintanya untuk olah raga angkat beban. Kalau bisa dan kuat pun Haechan akan melemparkan besi beserta anaknya yang sudah terlanjur keluar nanti ke arah Jaemin.
Kepala Haechan seakan mau pecah, dengan perut buncitnya Haechan tidur menyamping diatas kasur. Jaemin yang menatap kondisi Haechan semakin khawatir dan berbenah keperluan Haechan seadanya dulu, jika ada yang kurang Jaemin akan kembali dan membawanya ke rumah sakit lagi.
Setelah menyuruh bawahannya memasukan barang ke bagasi, Jaemin dengan sabar menuntun Haechan hati hati juga waspada, memang benar.. Orang yang panik dan gugup biasanya lebih teliti terhadap sekitar. Haechan sebenarnya tidak berniat marah pada Jaemin, bagaimana pun Jaemin ingin yang terbaik untuk Haechan. Dia tidak ingin Haechan terluka atau bahkan terjadi sesuatu yang buruk mengancam nyawa, tapi Haechan hanya tidak percaya saja.. Seorang yang terkenal memiliki Gen Genius mendadak bisa menjadi seorang idiot hanya perkara cinta.
"Chaniee.. Apa kita perlu pakai helikopter?" Jaemin menggenggam tangan Haechan yang berada di sampingnya, dia takut kursi mobil membuat Haechan tidak nyaman.
"Lalu kau akan menjadikan aku pusat perhatian dan membuat Jeno-shi mengetahui keberadaanku?" Haechan menatap Jaemin heran.
"Tapi-"
"Jaemin-shi.. Ini hanya proses persalinan.. Tidak ada yang perlu ditakutkan, baby boy juga sudah kuat dan akan membantu persalinanku nanti..." Tangan mungil Haechan memegang pipi Jaemin, mata yang begitu dia puja sedang menatap penuh kepercayaan.
"Kau tidak perlu khawatir, bukan kah kau yang sudah mengatur semuanya? Mulai dari rumah sakit, dokter, perawat, kamar, bahkan kasur kau yang memilihnya bukan? Lalu kenapa kau masih ragu??"
"Kau benar, aku terlalu takut sehingga tanpa sadar aku seperti orang bodoh."
°
°
°
"Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan Bayinya lahir sekitar 3 Minggu kedepan." ucap sang dokter sembari menatap sebuah lembar kertas ditangannya.
"Dok.. Keperluan apa saja yang perlu saya siapkan?" layaknya seorang calon ayah yang berpengalaman Jaemin menanyakan segala hal yang dilarang juga hal yang wajib dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE DON'T FVCK ME AGAIN
FanfictionREMAKE STORY FROM PLEASE DON'T FUCK ME AGAIN BY @ReixAki WARN BXB AREA🔞⚠️❗ • Jeno x Haechan • Jaemin x Haechan • Jeno x Renjun • Jaemin x Renjun