17

807 74 9
                                    


**

Entah kenapa malam ini hati Haechan terasa gelisah, seperti ada yang sedang mengganggaku pikirannya, dia memakan Kimchi itu sembari menatap kedua putra Jung tersebut. Mereka seperti memiliki indra keenam yang dapat membaca pikiran Haechan.

"Ada apa Chanie?" Tanya Jaemin.

"Ah!" Karena terkejut dengan pertanyaan Jaemin, Haechan tanpa sadar memasukkan Kimchi Jjigae panas tersebut kedalam mulutnya. Gawat lidahnya terasa terbakar sekarang.

"Apa kau tidak apa-apa Chanie??" Jeno segera memberikan segelas kopi kepada Haechan. Tapi memang sering terjadi ketika orang panik dia akan dengan ceroboh melakukan sesuatu. Lagi-lagi Haechan meminum kopi panas itu tanpa meniupnya dahulu.

"WAAAHH!!!!" Haechan segera melemparkan kopi tersebut ke lantai, membuat Jeno dan Jaemin semakin panik. Air mata Haechan mengalir jatuh ke pipi. Lidahnya begitu panas dan mulai mati rasa. Tanpa pikir panjang dulu, segera Jeno melumat bibir Haechan dengan kasar. Jaemin menjilati bibir Haechan agar tidak terbakar lebih parah. Perih dilidah Haechan membuatnya meringis nyeri, tangan Jeno mencengkram erat pinggang dan leher Haechan, membuat dua pedang saling bergesekan satu sama lain.

"Hentikan!" Jaemin yang tidak tahan melihat sikap Jeno yang seakan mencap Haechan miliknya seorang membuat Jaemin sedikit geram. Dia menarik lengan Haechan dengan kuat, Jeno dengan santai hanya melihat ke arah Jaemin.

"Kau tidak boleh egois! Jangan merasa Haechan milikmu.. Dulu siapa yang membawanya pulang untuk diberikan padaku? Sekarang kau mencoba mengambilnya lagi.. Apa kau menjilat ludah sendiri??"

" hei! Kita sudah berjanji akan membaginya. Kau juga mencoba mengambil Renjun dariku, sekarang karma datang padamu, kau marah." Haechan yang masih merasakan rasa terbakar di lidahnya, dengan segera Haechan keluar dari kantor berjalan menuju ruang istirahat karyawan meninggalkan kedua tuan nya yang debat tiada henti.

Setelah sampai di ruang istirahat, Haechan segera membuka lemari es dan mengambil 1 buah es batu guna mengompres lidahnya. Sembari menunggu es meleleh Haechan duduk di meja makan, menatap lurus kedepan. Sebenarnya sudah beberapa hari ini dia terus merasa mual dan sering kehilangan nafsu makan.

"Hukh!!" Rasa mual kembali dirasakan Haechan. Dia berlari menuju wastafel, memuntahkan seluruh Kimchi yang dia makan tadi hingga membuat kedua kakinya gemetar lemas.

"Hhahh... Hhahhh.." Keringat mengucur deras dari dahi Haechan. Sungguh ini pertama kalinya dia merasakan badannya ada yang aneh.

"Tuan? Ada apa?" Sebuah suara memanggil Haechan dengan pelan, didepan pintu tampak sosok Mark yang membawa beberapa berkas ditangannya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

"A-aku tidak apa-apa.. Huukkhh!!" Lagi. Haechan kembali memuntahkan makanannya diwastafel, Mark yang melihat hal itu segera berlari kearah Haechan dan terus menepuk nepuk punggung Haechan agar rileks.

°

°

°

°

°

°

"TUAN!! INI BERITA YANG MEMBAHAGIAKAN!! AKU AKAN SEGERA MENGABARI TUAN JENO DAN TUAN JAEMIN!!" Mark terlihat sangat senang dan segera menggenggam tangan Haechan kuat. Ada setitik air mata yang hampir mengalir di mata Mark.

"Mark-shi, bolehkah aku meminta pertolonganmu?" Haechan menatap mata Mark dengan penuh keraguan dan sedih.

"Ya.. Tentu saja.. Apapun perintah tuan Haechan akan saya kerjakan." Mark mulai merasa ada sesuatu yang ganjil di raut wajah Haechan.

PLEASE DON'T FVCK ME AGAIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang