Sorry

936 215 21
                                    

pendek aja gapapa ya guys...

___________________________________

✧ ✧ ✧

Angin siang berhembus pelan memainkan dedaunan yang mulai berguguran di taman belakang sekolah. Shani dan Gracia duduk gelisah di bangku taman, sesekali melirik jam di ponsel mereka.

"Apa mereka bakal dateng, Ge?" tanya Shani pelan. Jemarinya tak berhenti memainkan ujung seragamnya.

Gracia mengangguk, berusaha meyakinkan sahabatnya meski ia sendiri tidak yakin. "Dia udah bilang iya kok. Dia bakal bawa Zee kesini."

"Tapi udah lewat lima belas menit..."

"Itu mereka." Gracia menggenggam tangan Shani yang dingin. "Lo udah latihan kan apa yang mau lo omongin?"

Shani mengangguk lemah. Dua bulan terakhir ini ia berusaha memperbaiki diri, kembali menjadi dirinya yang dulu. Gracia selalu ada di sampingnya, mendukung setiap langkahnya. Tapi ada satu hal yang belum selesai—permintaan maaf pada Zee.

keduanya menoleh. Freyan berjalan mendekat, Zee di sampingnya. Gadis itu menunduk, setengah bersembunyi di balik tubuh Freyan.

"Zee..." Shani bangkit, tapi Freyan mengangkat tangan, menyuruhnya tetap di tempat.

"Lima menit," ujar Freyan tegas. "Ngga lebih."

Shani menarik napas dalam. "Zee... gue... gue minta maaf. Buat semuanya." Suaranya bergetar. "Gue tau kata maaf doang ngga cukup buat semua yang udah gue lakuin ke lo. Gue... gue bener-bener nyesel."

Zee tetap diam, matanya terpaku pada tanah. Tangannya mencengkeram lengan Freyan erat.

"Gue tau sekarang kenapa semua orang suka sama lo," Shani melanjutkan. "Lo... lo bisa jadi diri lo sendiri. Lo ngga pernah pura-pura jadi orang lain. Sedangkan gue... gue terlalu sibuk bikin image palsu sampe lupa siapa diri gue sebenernya."

Gracia maju selangkah. "Zee... gue juga minta maaf. Gue tau gue salah udah bantu Shani selama ini. Harusnya gue sadar." Air mata mulai menggenang di matanya. "Lo ngga pantes dapet perlakuan kayak gitu."

Zee masih membisu. Bahunya sedikit bergetar, tapi ia menolak mengangkat wajahnya.

"Please say something..." Shani memohon.

Hening.

Freyan menghela napas. "Udah cukup." Suaranya tenang tapi tegas. "Zee udah denger permintaan maaf kalian. Urusan dia mau maafin atau ngga, itu haknya dia."

"Tapi—" Shani mencoba protes.

"Ga semua luka bisa sembuh secepat itu," Freyan memotong. "Dan kadang, beberapa luka ngga akan pernah sembuh total."

Freyan merangkul Zee yang masih gemetar. "Gue rasa udah cukup."

Mereka berbalik pergi, meninggalkan Shani dan Gracia yang masih terpaku. Air mata akhirnya jatuh di pipi Shani.

Gadis Populer & bodyguardnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang