***
Kamu adalah cinta pertama dan terakhirku. Jika tidak denganmu, maka tidak dengan yang lain.
🌹
Bandung, 20 Januari 2024 pukul 20.12.
Dua pasang kaki jenjang Angkasa dan Bulan melangkah santai menuju sebuah rumah besar yang pintu utamanya terletak sedikit jauh dari halamannya yang cukup luas itu. Saking luasnya, halaman itu bisa jadi tempat parkir beberapa mobil dan beberapa sepeda motor.Tangan Angkasa meraih kenop pintu, membukanya seraya mengucap salam, "Assalamu'alaikum."
"Assalamu'alaikum," ucap Bulan juga yang ikut masuk bersama Angkasa. Kepalanya menoleh ke sana ke mari, kedua mata cantiknya menatap setiap pajangan di dinding rumah megah itu, tanpa sadar kedua kakinya mendekati dinding, tangannya terulur untuk mengelus sebuah foto yang terpajang.
Angkasa, yang mulai sadar dengan Bulan yang hilang dari sisinya, lantas berhenti. Ah, ternyata perempuannya itu sedang melihat sebuah foto dengan kenangan manis... yang... tak akan pernah terulang.
"Mama lo cantik, Asya juga," ucap Bulan lalu menyunggingkan senyuman manisnya.
Helaan nafas pelan lolos dari bibirnya begitu saja. Hatinya yang retak itu merindukan sosok ibu di sisinya, merindukan tawa adiknya yang hilang lima belas tahun yang lalu.
Sorot teduh Angkasa perlahan berubah, menjadi sorot yang terlihat sangat hancur. Ya, dia hancur, hancur karena kepergian ibu dan adiknya.
Mama, Akasa kangen...
Adek, Kakak kangen...
Bisakah kita bertemu? Kalau Akasa mati, kita bisa nggak ketemu di surga?
Tanpa Angkasa sadari, ia telah terbawa arus lamunannya yang dalam, membawanya kembali menyelam ke dalam lautan kesedihan penuh luka. Hingga lamunannya terpecah karena Bulan yang melambaikan tangan di depan wajahnya.
"Lo melamun kenapa? Lo... kangen Mama sama Asya ya?"
Angkasa mengedipkan matanya beberapa kali, dengan cepat sorot matanya kembali berubah, kini terlihat lebih semangat seolah tak memiliki luka. "Iya, gue kangen. Tapi nggak apa-apa, liat foto Mama dan foto Asya aja gue udah senang."
Sedetik kemudian, Bulan menubruk tubuh tinggi Angkasa lalu melingkari pinggang Angkasa dengan kedua lengannya. "Maaf, Sa... Gara-gara gue, lo jadi sedih."
"Enggak apa-apa, Sayang. Kok jadi lo yang merasa bersalah? Ini semua udah takdir, Tuhan udah menggariskan hidup gue kayak gini."
Bulan melepas pelukannya. Dia menatap Angkasa dengan mata yang berkaca-kaca. Angkasa yang melihat itu, mencubit pelan hidung perempuannya gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEVANGKA [On Going]
Teen Fiction"Cintaku telah habis di orang lama." 🌹 Perjodohan merupakan hal yang sangat-sangat berat bagi dua remaja yang masih duduk di bangku SMA--Angkasa dan Bulan. Perusahaan ayah Bulan yang hampir bangkrut merupakan alasan utama yang menyebabkan Bulan te...