44 || Bukan yang Terakhir

9 1 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Jangan pernah menyia-nyiakan keberadaan seseorang, sebab maut bisa kapan saja menjemput. Namun jika ia benar-benar dijemput oleh maut, tolong ikhlaskan kepergiannya, ya?

🌹

Tiga bulan kemudian, 19 april 2024

Tak terasa, detik jam berjalan begitu cepat. Tiap-tiap detik telah Angkasa lalui dengan Bulan yang terus berada di sisinya--dan dia harap Bulan akan berada di sisinya selamanya. Tiap langkah Angkasa lalui dengan penyakit gagal ginjal kronis yang terus mengiringinya, memaksanya untuk cuci darah paling minimal satu minggu sekali.

Ya, sudah tiga bulan Angkasa melakukan kegiatan menyakitkan itu, pun sudah tiga bulan ia membohongi Bulan supaya ia bisa pergi ke rumah sakit.

Bukan tanpa alasan. Sejujurnya Angkasa muak harus terus berbohong kepada Bulan setiap minggunya. Selalu mencari-cari alasan agar dapat ke rumah sakit: Aku pergi ke luar dulu ya, mau ngumpul sama anak-anak, atau, Mami Clay suruh aku ke rumahnya, mau ngomong mata ke mata, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tidak mungkin ia akan sepenuhnya jujur kepada Bulan yang akan membuat wanita itu khawatir.

Angkasa selalu ditemani oleh Ken sahabatnya. Ken tidak pernah mengeluh, meski harus menunggu Angkasa cuci darah selama beberapa jam. Ada sedikit rasa bersalah dalam lubuk hati Angkasa. Dia membiarkan Ken yang lelah menunggunya cuci darah, tiap minggu dan hal itu akan berlansung hingga ia mati suatu saat nanti.

Sabtu depan, kelas XII IPA 2 dan kelas seangkatannya akan wisuda. Dan hari ini, adalah hari terakhir ujian kelulusan dengan mata pelajaran kimia yang mengisinya.

Setelah membagikan lembaran soal, guru kimia yang bernama Bu Yati itu berkata dengan tegas, "Kerjakan dan isi yang benar. Kalau ada yang nyontek, kertas kalian saya ambil dan kalian harus pulang tanpa sedikit pun nilai pada pelajaran kimia kalian."

Arthur mengedikkan bahunya tidak peduli. Tangannya lugas mengisi tiap-tiap soal yang tersedia di lembaran itu. Sudut bibirnya membentuk senyuman tipis, perlahan menjadi senyuman manis yang jarang sekali ia perlihatkan sebelumnya.

Kimia bukanlah hal yang sulit bagi seorang Arthur. Tak membutuhkan waktu lama, lelaki itu beranjak, lalu mengumpulkan lembaran ujiannya.

"Yang sudah selesai, diharapkan untuk keluar dari kelas. Boleh pulang," kata Bu Yati menginstrupsi dengan ketus. Ketelitian matanya tak lepas dari aktivitas siswanya.

Tentu saja Arthur tak ingin pulang terlebih dahulu, dia memilih untuk membawa buku sejarahnya dan pergi meninggalkan kelas. Entah ke mana tujuannya.

Gila tuh anak, batin Angkasa yang tak habis pikir. Meskipun tak lama, laki-laki itu mengumpulkan kertas soalnya, kemudian menyusul Arthur setelah berpamitan dengan Bulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZEVANGKA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang