Selamat membaca
Sudah satu bulan berlalu sejak malam penuh kebahagiaan itu, dan hidup Zee serta Marsha kembali berjalan dengan ritme yang sama, penuh cinta dan kebersamaan. Namun, ada hal yang berbeda kali ini—sesuatu yang tak pernah mereka duga sebelumnya, yang akan mengubah kehidupan mereka selamanya.
Pagi itu, seperti biasa, Marsha bangun lebih awal, tetapi kali ini ada sesuatu yang aneh. Ia merasa sedikit mual dan pusing, sebuah gejala yang sangat tidak biasa baginya. Setelah mencoba untuk menenangkan dirinya, ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, berharap akan merasa lebih baik. Namun, saat ia berdiri di depan cermin, rasa mual itu semakin kuat.
"Kenapa rasanya nggak enak banget?" gumam Marsha pada dirinya sendiri.
Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk mengambil tes kehamilan yang ia simpan di laci. Meskipun perasaan ragu itu ada, ia ingin memastikan apakah ada sesuatu yang benar-benar berbeda. Ia menunggu beberapa detik dengan jantung berdebar, dan ketika hasil tes itu muncul, ia terdiam. Dua garis merah yang jelas muncul di alat tes itu—menunjukkan bahwa ia sedang hamil.
Marsha terkejut, dan ada campuran perasaan antara kebingungan, kegembiraan, dan sedikit cemas. "Ini... beneran?" pikirnya, berusaha menerima kenyataan baru ini. Ia keluar dari kamar mandi dengan sedikit gemetar dan langsung mencari Zee.
Zee sedang duduk di ruang tamu, membaca berita pagi, ketika Marsha masuk dengan wajah yang tak biasa—ragu, tapi ada senyum yang tak bisa disembunyikan.
"Sayang, ada apa? Kamu kelihatan cemas," kata Zee, menatap Marsha dengan khawatir.
Marsha berjalan mendekat, masih sedikit ragu. “Zee… aku harus ngomong sesuatu sama kamu.”
Zee langsung berdiri, mendekat dengan penuh perhatian. "Ada apa, sayang? Kok kelihatan nggak enak?"
Marsha menggenggam tangannya, mengambil napas panjang sebelum akhirnya mengeluarkan kata-kata yang telah menggelisahkan hatinya. “Zee… aku… aku hamil.”
Zee terpaku sejenak, matanya membesar mendengar kalimat itu. Ia menatap Marsha seolah tidak percaya. “Kamu… hamil?” ulang Zee dengan suara bergetar.
Marsha mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Iya, sayang. Aku baru tahu pagi ini, dan aku… aku nggak tahu harus gimana.”
Zee tersenyum lebar, tetapi juga terlihat sedikit terkejut. "Marsha, ini... ini luar biasa! Aku... kita akan jadi orang tua!" Ia mendekati Marsha, meraih tangannya erat-erat, mencoba menenangkan keduanya.
Marsha merasa campuran emosi yang sangat kuat—rasa takut, cemas, tapi juga kebahagiaan yang tak bisa ia bendung. “Aku nggak tahu, Zee. Aku cemas. Kita baru saja menikah, dan ini semua datang begitu cepat. Apakah kita siap?”
Zee menatapnya dengan penuh keyakinan. “Sayang, kita akan siap. Kita punya satu sama lain, dan kita bisa melewati apa saja bersama. Aku nggak pernah lebih siap dalam hidupku untuk menjadi seorang ayah, apalagi kalau itu denganmu. Kita akan lakukan ini bersama-sama.”
Marsha merasa sebuah rasa lega mengalir dalam dirinya saat mendengar kata-kata Zee. “Kamu yakin, Zee?”
Zee mengangguk mantap. “Tentu, aku yakin. Kita akan menjalani perjalanan ini bersama, sayang. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu mendukung satu sama lain.”
Dengan air mata yang mulai mengalir, Marsha tersenyum, merasakan ketenangan yang selama ini ia cari. “Terima kasih, Zee. Aku merasa jauh lebih tenang setelah mendengarmu. Aku senang sekali kalau kamu di sisiku.”
Zee memeluk Marsha dengan penuh kasih sayang. “Kamu nggak perlu khawatir, sayang. Kita akan jadi orang tua yang hebat. Aku janji.”
Dan di saat itu, keduanya tahu bahwa hidup mereka telah berubah untuk selamanya. Mereka tak hanya akan menjalani perjalanan sebagai pasangan, tetapi juga sebagai orang tua, membangun keluarga mereka dengan penuh cinta dan harapan baru yang penuh tantangan dan kebahagiaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Samudra
Ficción GeneralKita dan Samudra adalah kisah tentang dua jiwa yang dipersatukan oleh takdir tetapi dipisahkan oleh perbedaan dan luka masa lalu. Zee, seorang perwira muda Angkatan Laut yang penuh dedikasi, tumbuh di bawah didikan keras ayahnya, Jenderal Sean I Nat...