Bab 18: Jejak Kenangan di Setiap Momen

154 8 0
                                    

Selamat membaca




Beberapa bulan telah berlalu sejak piknik di taman, dan kini Gracie sudah mulai belajar berjalan. Setiap hari bagi Zee dan Marsha dipenuhi dengan momen-momen baru yang penuh kebahagiaan dan kekaguman melihat perkembangan Gracie. Zee semakin rajin mengabadikan setiap momen, bahkan ketika Gracie melakukan hal-hal kecil seperti belajar mengucapkan kata pertama atau tersenyum lebar saat bermain dengan mainan barunya.

Suatu sore, Zee, Marsha, dan Gracie sedang duduk bersama di ruang keluarga, menikmati waktu santai. Gracie tampak antusias berusaha berjalan dari Marsha ke Zee. Walaupun kadang masih sedikit terhuyung, ia selalu berhasil mencapai mereka dengan tawa riang.

Zee tersenyum bangga, lalu dengan sigap mengambil kameranya dan mulai merekam video. "Lihat, Marsha! Gracie benar-benar cepat belajar. Aku nggak sabar lihat dia bisa berlari suatu hari nanti."

Marsha tertawa kecil, menatap Gracie dengan penuh kasih sayang. "Iya, Zee. Dia tumbuh begitu cepat. Rasanya baru kemarin kita pulang dari rumah sakit, dan sekarang dia sudah bisa jalan."

Zee menggenggam tangan Marsha erat. "Aku berjanji akan selalu ada untuk mengabadikan setiap langkahnya, dan juga setiap momen bersama kalian berdua."

Malam itu, setelah Gracie tertidur lelap di kamarnya, Zee dan Marsha kembali melihat foto-foto dan video-video yang sudah Zee ambil. Setiap foto adalah cerita, sebuah jejak kenangan yang mengingatkan mereka pada perjalanan indah yang telah mereka lalui bersama.

Marsha memandang Zee dengan mata berkaca-kaca. "Makasih, Zee. Kamu benar-benar selalu membuat hidup kita penuh warna dan kenangan."

Zee memeluk Marsha dengan lembut, menepuk punggungnya dengan penuh kasih. "Kita akan terus menciptakan kenangan, sayang. Setiap hari bersama kalian adalah hadiah terindah dalam hidupku."

Dan malam itu mereka berdua merasa sangat bersyukur, menyadari bahwa di setiap momen kecil yang mereka lewati, tersimpan kenangan yang berharga dan akan terus mereka bawa seumur hidup.

Marsha melihat layar kamera sambil tersenyum, tetapi tiba-tiba ia melihat sebuah video yang membuatnya terkejut.

"Eh, ini video apa, Zee?" tanyanya sambil tertawa kecil dan mengangkat alis penasaran.

Zee menggaruk kepala, tersipu. "Oh, itu waktu kamu lagi tidur siang, dan Gracie tiba-tiba merangkak naik ke samping kamu. Aku nggak tahan buat nggak mengabadikannya. Lihat, Gracie kayaknya cuma mau memastikan kamu ada di situ."

Marsha tersenyum haru, melihat video itu dengan mata berbinar. Di video tersebut, terlihat Gracie yang mungil, dengan raut penasaran dan tangan kecilnya berusaha menyentuh wajah Marsha yang tertidur. Marsha tertawa kecil melihat dirinya yang tertidur pulas sementara Gracie tampak begitu perhatian dan penasaran.

"Aduh, kamu ini, Zee, semua momen kayak gini selalu kamu rekam, ya?" ucap Marsha sambil menggelengkan kepala namun tetap tersenyum lebar.

Zee mengangguk. "Iya, aku ingin kita punya kenangan sebanyak mungkin. Suatu saat nanti, kita bisa melihat semua ini bersama-sama, termasuk Gracie. Momen kecil ini yang menurutku paling berharga."

Marsha terus menggulir video-video di kamera dan tiba-tiba berhenti pada salah satu yang tampak menarik perhatiannya.

"Eh? Ini video Gracie ngapain?" tanyanya sambil menunjuk layar.

Zee tertawa, tampak sudah tahu video yang dimaksud. "Oh, itu waktu dia ketemu bayangan sendiri untuk pertama kalinya di kaca! Lucu banget, dia kelihatan bingung dan malah ngambek karena bayangannya nggak mau ikut pergi."

Di video itu, Gracie tampak menatap bayangannya dengan raut serius, lalu mengulurkan tangan, seolah ingin menyentuh "teman baru" di dalam kaca. Ketika bayangannya tidak membalas, Gracie merengut, mengeluarkan suara kecil kesal, dan akhirnya berusaha merangkak menjauh, tapi tetap menengok ke belakang untuk melihat apakah bayangannya masih di sana.

Kita dan SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang