Part 2

1K 132 1
                                        

Setelah acara selesai, Zean memutuskan untuk pulang lebih awal. Dalam perjalanan pulang, mobilnya melaju pelan, dan pikirannya semakin kacau. Zean sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan perasaannya sekarang. Biasanya, dia tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal seperti sekarang ini, tapi entah kenapa, ada rasa ingin bertemu lagi dengan Adel.

Sepanjang malam itu, Zean terus memikirkan Adel. Ada rasa penasaran yang muncul, membangkitkan sisi dirinya yang mungkin sudah lama terkubur di balik ambisi dan pekerjaan. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Zean merasa ada yang menarik selain bisnis dan kesuksesan.

Hari berikutnya, meski kembali tenggelam dalam kesibukan kantor, pikirannya nggak bisa lepas dari sosok Adel. Mungkin benar kata ayah dan bundanya, mungkin ini saatnya buat dirinya untuk mengambil langkah yang berbeda dalam hidupnya.

Zean duduk di kantornya, menatap layar laptop tanpa fokus. Raport laporan yang harus dia baca berhamburan di meja, tapi dia nggak bisa berhenti mikirin sosok gadis itu. "Gila," pikirnya. "Gara-gara sekali ketemu, aku bisa terganggu gini?"

Zean menghela napas panjang, merasakan perasaan yang aneh dan asing. Padahal, itu hanya obrolan singkat, hanya percakapan yang tidak terlalu penting. Tapi kenapa rasanya dia seperti tidak bisa berhenti memikirkan itu? Ada yang berbeda dalam dirinya, seperti ada bagian yang hilang dan entah kenapa, hadirnya Adel membuatnya merasa terisi.

Dia mencoba menepisnya, berpikir bahwa mungkin itu hanya perasaan sesaat. Pasti karena sudah lama tidak berbicara dengan seseorang secara ringan, tanpa ada beban. Tapi meski berusaha untuk tidak memikirkannya, bayangan wajah Adel selalu muncul. Bahkan ketika dia mencoba berkonsentrasi pada pekerjaan, saat rapat, atau saat mengatur jadwal bisnis, tetap saja, sosok Adel ada di sana, berlarian di pikirannya.

Beberapa kali Zean mencoba menghubungi rekan-rekannya, berkomunikasi mengenai proyek-proyek yang sedang berjalan. Tapi meskipun tampak fokus, pikirannya tetap saja mengembara. Tidak bisa berhenti berpikir tentang Adel. Dia merasa penasaran. Siapa sebenarnya gadis itu? Apa yang membuatnya begitu menarik di matanya? Dia sudah bertemu banyak orang dalam hidupnya, tapi rasanya tak ada yang meninggalkan kesan seperti ini.

Zean pun membuka ponselnya. Meskipun dia merasa aneh, dia tak bisa mengabaikan keinginan untuk tahu lebih banyak tentang Adel. Pikirannya masih terus berputar. Dengan hati-hati, dia membuka aplikasi media sosial dan mencari nama Adel. Ditemukanlah profil seorang mahasiswi di universitas yang cukup ternama. Foto-foto yang ada di profilnya menunjukkan gadis itu dalam berbagai kegiatan sosial, membantu orang lain, berpartisipasi dalam kegiatan amal, hingga foto-foto dengan teman-temannya. Setiap gambar itu membuat Zean semakin penasaran.

"Keren juga ya. Bukan cuma pintar, tapi juga peduli sama orang lain." gumamnya

Namun, meski menemukan banyak hal tentang Adel, Zean merasa aneh. Dia merasa seperti sedang memeriksa kehidupan seseorang yang bahkan belum dia kenal dengan baik. Itu bukan kebiasaannya. Biasanya dia lebih suka menjaga jarak dengan kehidupan pribadi orang lain, apalagi seseorang yang baru saja dia temui.

Zean kembali meletakkan ponselnya di meja, berusaha untuk fokus. Dia membuka beberapa dokumen pekerjaan, mencoba menyelesaikan satu per satu, tetapi tetap saja pikirannya kembali pada Adel. Wajahnya yang cerah, tawa kecilnya yang lucu, serta cara dia bicara yang ringan, seakan membekas di benak Zean. Bukan hanya soal fisik atau penampilan, lebih dari itu, ada sesuatu dalam diri Adel yang membuat Zean merasa tertarik.

Dia tahu itu bukan sekadar ketertarikan biasa. Biasanya, dia tahu bagaimana cara menanggapi perasaan seperti ini—semuanya cepat berlalu, apalagi jika itu hanya berfokus pada penampilan. Tapi ini berbeda. Ini lebih dalam, lebih personal. Seolah-olah ada bagian dalam dirinya yang terpanggil untuk lebih mengenal Adel, untuk lebih dekat lagi, meskipun hanya sekadar berbicara.

Tak terasa, beberapa jam telah berlalu sejak dia mulai bekerja, dan semakin lama, semakin jelas bahwa dia tidak bisa fokus. Pekerjaan itu tampak membosankan, seolah tidak ada yang lebih penting daripada memikirkan kembali setiap kata yang diucapkan Adel kemarin. Sepertinya, Zean mulai menyadari satu hal yang tak bisa dia hindari, dia ingin bertemu lagi dengan gadis itu.

Namun, Zean segera menepis pemikiran itu. Apa yang sedang dia pikirkan? Mereka hanya bertemu sekali. Itu terlalu cepat untuk menilai seseorang. Dia tidak bisa langsung menarik kesimpulan tentang perasaan ini hanya karena pertemuan yang singkat. Tapi meskipun begitu, Zean merasa aneh, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mendalami perasaan itu, bahkan jika dia harus menghadapi ketidakpastian.

Saat malam tiba, Zean merasa gelisah. Biasanya, dia akan menutup hari dengan evaluasi dan persiapan untuk hari berikutnya. Namun, kali ini, malam itu terasa sepi. Keheningan di rumahnya hanya diisi dengan suara detak jam di dinding, sementara pikirannya terus berputar tentang Adel. Dia bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dirasakannya? Perasaan ini bukan hanya sekadar rasa ingin tahu, kan? Tidak, rasanya ada sesuatu yang lebih.

Zean menghela napas, meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur. Ia merasa semakin risau dan semakin terjaga. Pikirannya terus berputar tentang Adel. Ketika dia memikirkan pertemuan mereka, dia merasa ada kebahagiaan yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Sebuah kebahagiaan sederhana yang datang dari percakapan biasa, tawa ringan, dan senyum tulus yang dihadiahkan oleh seorang gadis yang baru saja dia kenal. Seolah-olah semuanya terasa lebih mudah dan lebih berarti.

Di malam yang sunyi itu, Zean merasa tidak bisa lagi menahan perasaan yang muncul begitu saja. Dia tahu bahwa perasaan ini bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Mungkin perasaan ini akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar. Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang lebih indah. Tapi satu hal yang pasti, Zean merasa bahwa dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk lebih mengenal Adel, untuk lebih mendalami perasaan yang baru muncul dalam dirinya.

My Soulmate (ZeeDel) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang