Soeraandaru; 05 (W)

56 10 0
                                    

"Mas pernah bertemu seorang gadis yang terasa familiar tapi baru pertama kali bertemu tidak?"

"Siapa lagi yang kamu temui?" Adiknya ini selalu bermasalah dengan perempuan dari dulu.

"Saya baru pertama kali bertemu, Mas, bukan menemui. Oh, gadis itu mengenakan melati di rambutnya." Adhinata bercerita semangat sekali, dimatanya pun Devan bisa melihat ada binar khas seorang buaya darat, anggap saja begitu.

"Mungkin dia memang suka."

Adhinata menggeleng tidak sependapat dengan perkataan masnya itu. "Pendapat Raden Mas kados pundi?" (Bagaimana?)

"Mungkin energinipun tabrakan sami energi sampeyan, Nata."

"Kula mboten saestu." (Aku tidak yakin.)

"Jangan-jangan jodoh kamu."

"Masa sih, Mas? Tapi tidak apa-apa, saya ikhlas lahir batin. Dia cantik sekali."

Devan mengangguk saja, biarkan adiknya itu senang. "Bagaimana persiapan di Kedhaton?"

"Lancar, Mas. Sebelum jam 4 sore kita sudah di suruh pulang sama romo."

Devan menghela napas, ada rasa khawatir singgah di hatinya. "Nggih, Mas mangertos."

"Tidak apa-apa. Jika memang sudah ada jodohnya pasti bertemu cepat atau lambat, Mas."

"Ini tahun ke-8."

"Lihat sisi positifnya, Mas. Sekarang Mas sudah siap lahir batin membina rumah tangga. Coba kalau tahun pertama jodoh Mas sudah ada, apa Mas sudah siap? Sedangkan kita dituntut untuk siap kapan saja."

"Hasil photoshoot sudah keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hasil photoshoot sudah keluar. Aku kirim sekarang, langsung di post ya."

"Sekarang banget? Aku lagi di luar padahal."

"Kamu pergi ke mana saja? Harusnya tunggu aku ke sana. Nanti kamu tidak menemani aku kalau sudah pergi ke tempatnya."

"Aku hanya pergi ke rumah makan. Terus sekarang lihat orang Kedhaton rewang. Sepertinya akan ada acara dalam waktu dekat."

"Benarkah?! Apa aku ke sana sore ini saja?"

"Jangan. 2 hari lagi saja kalau mau ke sini. Kata mbok aku tidak boleh keluar rumah malam ini."

"Kenapa tuh?"

"Aku lupa menanyakan alasannya. Nanti pulang aku tanya."

"Iya sudah, 2 hari lagi aku kabari kamu."

"Iya, aku tutup telponnya."

Ingatkan kalau Serena makan di rumah makan dekat Kedhaton, keluar dari rumah makan Serena penasaran dengan keramaian di pendopo bagian luar Kedhaton. Seperti berkumpul akan mempersiapkan pernikahan, karena ada janur yang sedang dirangkai oleh para bapak-bapak sepuh.

(Wonwoo) Kedhaton Soeraandaru Hadiningrat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang