Part 14

590 61 0
                                        

Sementara itu, hari-hari yang Adel lewati di kampus mulai dipenuhi persiapan untuk tugas akhir. Tak terasa, semester akhirnya sudah semakin dekat, dan Adel mulai disibukkan dengan proyek-proyek besar. Meski begitu, ia tetap berusaha membagi waktu antara tugas kampus dan pertemuannya dengan Zean. Hubungan mereka semakin kuat, terutama setelah momen pertunangan yang menyatukan mereka lebih erat.

Pada suatu sore, Zean mengajak Adel bertemu di kafe favorit mereka. Zean tahu betul betapa sibuknya Adel di kampus dan berusaha untuk menyemangatinya sebisa mungkin, termasuk dengan mengajaknya rehat sejenak dari padatnya rutinitas kampus.

Setibanya di kafe, Adel melihat Zean sudah menunggunya di meja pojok. Ia melambai dengan senyum hangat, dan Zean membalasnya dengan anggukan kecil.

"Hai gimana hari kamu Del? Capek ya kelihatannya?" Zean membuka pembicaraan sambil menuangkan air mineral ke gelas Adel.

Adel mengangguk, menghela napas panjang. "Lumayan capek Kak. Tugas akhir bikin aku sedikit stres, tapi ya... mau nggak mau harus dihadapi."

Zean tersenyum lembut, kemudian mengusap tangan Adel yang berada di atas meja. "Aku bangga banget sama kamu. Kamu nggak pernah ngeluh, meski tugas kuliah banyak banget. Kalau butuh bantuan atau sekadar temen buat cerita, aku selalu ada buat kamu."

Mendengar dukungan dari Zean, beban Adel terasa lebih ringan. "Makasih Kak. Aku seneng banget punya kamu yang selalu nyemangatin aku, apalagi sekarang tugas-tugas makin numpuk."

Percakapan mereka berlanjut dengan canda dan tawa. Zean selalu punya cara untuk membuat Adel merasa nyaman dan lepas dari tekanan. Baginya, hubungan mereka bukan hanya soal rasa sayang, tapi juga menjadi tempat di mana mereka saling mendukung satu sama lain.

Sambil menyeruput minuman mereka, Zean mengangkat topik yang lebih serius. "Del, setelah kamu selesai kuliah, aku pengen kita mulai menyiapkan rencana pernikahan. Aku tahu kamu masih sibuk sekarang, jadi aku nggak mau buru-buru. Tapi aku mau kamu tahu kalau aku serius dengan hubungan kita."

Adel tertegun, lalu tersenyum kecil. "Iya, Kak. Aku juga pengen setelah lulus langsung nikah sama kamu."

Mereka berbicara panjang lebar tentang rencana masa depan, mulai dari konsep pernikahan hingga bagaimana mereka ingin menjalani kehidupan rumah tangga nantinya. Meskipun masih banyak yang harus dipikirkan, mereka berdua optimis bahwa semuanya akan berjalan sesuai harapan.

Hari-hari berlalu, dan akhirnya Adel berhasil menyelesaikan tugas akhirnya dengan baik. Ia merasa lega, dan satu beban besar pun terlepas dari pikirannya. Zean, yang selalu mendukungnya sepanjang perjalanan tugas akhirnya, mengajak Adel merayakannya dengan makan malam romantis.

Malam itu, mereka pergi ke sebuah restoran mewah yang sudah lama ingin mereka kunjungi. Zean tampak lebih perhatian dari biasanya, memastikan bahwa Adel merasa nyaman dan bahagia setelah melewati masa-masa sulit di kampus.

"Kak, makasih ya buat semuanya. Kalau bukan karena dukungan kakak, mungkin aku bakal kesulitan menyelesaikan tugas akhir ini," kata Adel dengan mata berbinar.

Zean tersenyum dan meraih tangan Adel di atas meja. "Del, aku bangga sama kamu. Kamu berhasil melewati semua ini dengan usaha keras dan semangat. Aku cuma bantu sedikit, yang utama ya kamu sendiri."

Malam itu, mereka berbicara panjang lebar tentang banyak hal, termasuk rencana pernikahan yang kini semakin nyata di depan mata. Mereka berdua saling berbagi impian dan harapan, membangun bayangan masa depan yang penuh cinta dan kebahagiaan.

Setelah makan malam, mereka berjalan-jalan sebentar di sekitar restoran yang memiliki pemandangan kota yang indah. Adel merasa bahwa segala sesuatu dalam hidupnya sekarang telah berjalan dengan baik, dan ia tidak sabar untuk memulai hidup baru bersama Zean.

My Soulmate (ZeeDel) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang