Elano : 14

3.7K 125 4
                                    

Malam ini Elano dan Zora pergi jalan-jalan untuk mencari udara segar. Mereka sangat bosan jika berada dirumah terus. Apalagi mereka masih remaja, sudah pasti tidak betah dirumah yang isinya monoton semua.

"Nonton hantu ya"

"Gak! ... Emm.. rencana awal kesini kan mau nonton film ini kak" Elano tidak sengaja membentak Zora saat mereka sedang memutuskan film yang akan ditonton.

Elano yang pada awalnya takut hantu. Ia sangat menolak ajakan untuk menonton film bergenre horor itu. Ia lebih suka film romantis atau film komedi.

Zora sedikit terkejut mendengar bentakan Lano. Ia lupa kalau bocah ini penakut. Alhasil Zora membiarkan Elano sendiri yang memutuskan untuk menonton film apa.

"Yang ini yaa kak?" Tanya Lano pada Zora. Ia harus mendengar kesetujuan dari gadis itu. Dirinya tidak mau kalau hanya ia yang menikmati filmnya nanti.

Zora mengangguk mengiyakan. Mereka kemudian memesan dua tiket dengan makanan dan minuman untuk menemani mereka sambil menonton nanti.

Bioskop ini belokasi didalam mall dikota ini. Malam ini sangat ramai, apalagi ini malam minggu. Jadi banyak pasangan yang keluar untuk kencan.

Selesai menonton Zora memutuskan untuk makan disuatu tempat. Kali ini Elano yanh membiarkan Zora memutuskan tempat makannya.

"Pecel lele? Keknya enak"

"Lele? Apa tu?" Tanya Lano.

Zora mengerutkan keningnya. Masa manusia ini tidak mengerti ikan lele?.

"Ya ikan lah"

"Emang ada ya?"

"Ck.. lupain. Nasi goreng aja mau?" Saran Zora.

"Kakak ingin makan di warung pinggir jalan?"

"Iyalah, di tempat itu enak-enak tau makanannya"

"Nggak, Lano mau di restoran"

"Dih katanya terserah gue"

"Di resto kak, jangan di pinggir jalan kek gitu, kek gak punya uang aja"

Zora menghembuskan nafasnya kasar. Mulut laki-laki ini benar-benar mengundang sendalnya untuk mendarat disana.

"Yaudah terserah ngikut aja" Zora tidak mau berdebat lagi dengan bocah baru lahir ini. Ia lebih baik membiarkan Lano sendiri yang menentukan tempat makannya. Toh bocah itu juga yang akan membayar kan? Ia sama sekali tidak punya uang.

Sampai di restoran pilihan Lano. Mereka lsngsung memesan makanan. Karena Zora masih kenyang jadi ia memilih makanan yang ringan saja disini. Sementara Elano memilih untuk makan ramen.

Pesanan datang, mereka begitu menikmati rasa yang sangat enak menyentuh lidahnya. Tidak ada obrolan disana. Zora yang malas mengobrol dan Elano yang terlalu menikmati makanannya.

Elano juga memesan dessert untuk gadisnya. Zora yang dirasa perutnya akan meledak tidak sanggup menghabiskan dessert itu.

"Gak mau, kenapa pesen lagi si?"

"Biar kamu gendutan dikit, kamu kurus banget kak kek kurang gizi"

"Tapi udah kenyang Lano, lo makan aja"

"Aku pesen buat kakak, aaa dulu aku suapin"

"Lo paham bahasa manusia ga si?"

Lano menaruh kembali sendok yang sudah berisi kue itu ke atas piring. Ia hanya menatap Zora. Zora yang ditatap pun sedikit takut apalagi mata Elano yang tajam. Zora menunduk sambil menutupi wajahnya dengan selembar tisu.

Begitulah jika anak pertama saling disatukan. Apalagi mereka masih remaja dan belum sepenuhnya berpikir dewasa. Zora anak tunggal dan ia hidup sebatang kara. Dulu gadis itu sangat dimanja dengan ayahnya. Namun saat orangtuanya pergi, sifat manja itu juga menghilang digantikan dengan emosi yang tidak stabil.

Elano pun sama. Ia juga di manja oleh ibunya. Ayahnya pun selalu memberikan apa yang Elano mau. Elano masih remaja bahkan lebih muda satu tahun di bawa Zora. Hanya badan nya saja yang besar seperti super hero besar yang berwarna hijau.

>>>

Berbulan-bulan berganti. Hubungan mereka lumayan dekat. Elano yang awalnya pemarah dan selalu memaksa Zora kini menjadi anak laki-laki manja dan penakut hanya untuk Zora.

Sedangkan gadis itu sendiri merasa aneh pada tubuhnya. Entah kenapa saat Lano bermanja kepadanya ia suka dan sedikit malu. Zora rasa hatinya sedikit terbuka untuk bocah itu. Asalkan Lano tidak kembali menjadi pemaksa saja.

Hari ini hari libur. Minggu depan mereka harus mengikuti ujian kenaikan kelas. Tapi bukannya belajar mereka malah pergi bersenang-senang untuk melihat ikan.

"Lihat tuh ikannya cubby kek kakak" ucap Elano.

Zora yang di ledek mirip ikan buntal pun memukul bahu laki-laki itu. Dan di luar ekspektasi nya, Elano malah bereaksi berlebihan hingga membuat semua orang melihat ke arah mereka.

"Aaaa, enggak, sakit tau kak huhu..." Renggek bocah itu.

Zora yang melu langsung membungkam mulut Lano supaya tidak berteriak. Ia pun membisikan sesuatu tepat di telinga Elano yang membuat laki-laki itu langsung diam.

"Janji gak gini lagi, tapi kakak jangan ninggalin Elano ya" ucapnya lirih.

Melihat Elano kembali jinak karna ancamannya. Zora tersenyum lalu kembali melihat-lihat aquarium bawah tanah ini.

Terdapat banyak sekali ikan. Salah satunya ada ikan hiu juga. ketika ikan besar pemangsa itu bergerak ke kaca di arah mereka. Elano mendekatkan diri di kaca itu sambil mulutnya yang ternganga lebar karena mengagumi hewan buat itu.

Zora menahan tawanya. Ia bergegas mengeluarkan ponsel pemberian Elano lalu memotret laki-laki itu diam-diam. Pose itu lucu sekali dimana Elano yang ternganga dengan hiu tepat di depannya.

Zora kembali menyimpan ponselnya sebelum Elano menyadri kalau ia memotretnya diam-diam.

"Kak, liat ke sana yuk ada mermaid" ajak Elano. Sebenarnya ia belum puas dengan hiu tadi, tapi berhubung hiu itu sudah nerenang menjauh. Elano berganti mengajak Zora untuk melihat putri duyung.

Putri duyung yang aslinya karyawan yang bekerja disini pun melambai ke arah mereka tak lupa seperti jobdesk nya, ia juga memberikan kiss bay kepada semua pendatang sambil tersenyum.

Elano memposisikan tubuh mungil Zora disamping putri duyung itu. Keduanya terlihat sangat cantik walaupun foto itu asal ambil. Elano memang tidak ahli dalam mengambil gambar, meskipun begitu ia berharap Zora tidak marah kalau hasil gambarnya jelek.

Setelah melihat putri duyung itu, Elano mengajaknya keluar untuk melihat pertunjukan lumba-lumba dan anjing laut. Baju mereka pun dilapisi oleh jas hujan, jaga-jaga kalau lumba-lumba atau anjing laut itu mencipratkan air pada penonton.

Elano dan Zora menikmati waktu mereka sambil tertawa karena aksi lumba-lumba itu yang lucu. Elano tak mau lepas kala melihat tawa Zora yang begitu candu baginya.

Senyuman gadis itu sangat manis hingga mampu melelehkan hatinya. Gigi rapi putih bersih dengan pipi yang cekung saat bibir kecil itu menarik kesamping.

Elano selamanya tidak akan pernah membiarkan Zora pergi. Ia akan mempertahankan hubungan ini demi hati Zora yang terisi oleh namanya. Tak apa prosesnya lama, Elano akan selalu menikmati proses itu disetiap detiknya.

Karena Zora ditakdirkan hanya untuknya. Demi dirinya. Dan masa depannya hingga mereka lansia.

Elano tak sabar menanti moment ia mengucapkan kalimat sakral dengan pakaian putih bersih dan Zora yang memakai tiara di kepalanya. Elano tak sabar menanti ucapan manis dan lucu saat anaknya nanti memangilnya papa. Elano juga tak sabar menanti dirinya dan Zora menikmati indahnya senja di usia yang tak lagi muda dengan ditemani cucu atau cicit mereka.

.
.
.
Halu nya Elano lancar banget ya haha..

Next..

Elano (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang