HARI sudah mulai gelap. Langit sudah bertukar menjadi keunguan dan sedikit jingga."Aku lelah. Izinkan aku beristirahat sejenak," ucap Aura keletihan akibat sihir dan bermain-main air. Sebahagian besar keletihannya diakibatkan oleh sihir, karena itu adalah efek sampingan yang dimaksud Laevuna.
Laevuna menganggukkan kepala. Menurutnya, Aura sudah bisa menggunakan sihir yang ia ajarkan. Namun, gadis itu masih butuh latihan. Karena, ia belum mampu mengendalikan air secara keseluruhan, itu yang membuat tenaganya cepat terkuras. Seperti, saat cobaan pertamanya tadi. Gadis itu justru ditimpa oleh tsunami kecilnya.
"Beristirahatlah di kursi batu itu," ujar Laevuna. Bibirnya mengukir senyuman. Hatinya lega saat melihat Aura hanya keletihan, tidak sampai pingsan. Itu karena Aura merupakan seorang huspire.
Aura mengayunkan kakinya ke arah kursi batu. Lengannya terasa lenguh. Ingin saja ia pulang dan berbaring di kasur empuknya, namun ia harus menunggu sampai sesi latihan ini selesai. Lebih-lebih, ia ingin melihat Annovra berlatih.
Sesampainya di kursi batu itu, Aura duduk di sana, ia memiringkan kepalanya menghasilkan suara tulang patah. Lega rasanya.
Kemudian, ia menekuk jari-jemarinya satu persatu dan turut menghasilkan bunyi tulang patah.
Dari kejauhan, Aura dapat melihat Annovra sudah mulai bersiap-siap. Dalam hati, ia berharap tiada apa yang akan berlaku pada gadis itu. Annovra merupakan seorang manusia. Jujur, Aura takut jika ada hal buruk yang akan berlaku padanya. Moga-moga saja semuanya berjalan dengan baik.
"Dowr folya ow gorhemmynn!" Annovra mulai meluruskan tangannya ke depan. Ia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam.
Mencoba menyesuaikan diri dengan sihir itu. Ia mulai memfokuskan perhatiannya pada suara air sungai.
Ia membayangkan hanya dirinya berada di tepi sungai itu, hanya dirinya. Perlahan tangannya bergerak naik dengan lembut seraya mengucapkan mantra. Beberapa saat menahan posisi, ia kembali menurunkan tangannya.
Naik lagi, turun. Naik lagi, dan turun.
"Dowr folya ow gorhemmynn. Dowr folya ow gorhemmynn. Dowr folya ow gorhemmynn."
Sedang ia memusatkan perhatiannya sepenuhnya. Tiba-tiba ia merasa telinganya berdesing. Tak lama, kepalanya mulai berdenyut-denyut.
Wajah Annovra mulai berkerut menahan sakit. Namun, ia mencoba untuk kembali fokus. Ia pasti sihir itu sudah mulai mengikuti arahannya.
Ia menenangkan diri sebelum kembali fokus.
Laevuna yang berdiri tidak jauh dari Annovra mengukir senyuman di wajahnya. Ia suka dengan keseriusan Annovra. Gadis itu benar-benar ingin menguasai sihir.
Namun, Laevuna tidak peka dengan riak wajah Annovra.
"Eugh!" erang Annovra. Matanya terbuka. Urat-urat leher dan tangannya mulai terlihat ketika ia menarik tangannya ke atas.
Sedikit demi sedikit air sungai ikut tertarik ke atas. Seolah ada tali yang mengikatnya dengan tangan Annovra.
"Berat..."
Rasanya seperti menarik tabung gas, berat sekali. Itu air berisikan batu kah?
Aura yang menyaksikan peristiwa itu dari jauh turut bersemangat. Wah, tidak ia sangka yang Annovra dengan mudah menyesuaikan diri.
"Bagus, Annovra," puji Laevuna. Ia mengayunkan kakinya– menjauh dari Annovra. Melangkah ke arah kursi batu yang diduduki Aura.
Air sungai yang dikendalikan Annovra itu sudah mencapai ketinggian lebih tinggi dari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Annovra's Adventures [OG]
Fantasy[Fantasy, Adventure] Cerita ini mengandung sedikit unsur kekerasan dan sadisme. Harap bijak dalam membaca! Pada liburan akhir semester, Annovra pulang ke kampung halaman bersama ibu dan kakaknya. Namun, petualangan tak terduga menanti saat ia dan se...