Vard berdiri dan berkacak pinggang, betapapun Mia berusaha menenangkan tapi sepertinya tidak berguna. Berita yang didengarnya dari Jules dan Kimmy itu begitu mengejutkan, tak tahu lagi harus sedih atau bahagia. Berulang kali dia mondar-mandir di dalam ruangan yang luas itu dan membuat Kimmy merasa sakit mata.
"Bisa kau duduk saja?" tanya Kimmy dengan menyilangkan tangannya.
"Aku maunya begitu, tapi ... pikiranku sedang kacau," tukas Vard tidak mengindahkan ucapan Kimmy.
"Kacau? Kamu harusnya senang, ada harapan hidup atas kakakmu. Berapa lama aku membujuk agar dia menerima prosedur itu? Dan kini dia menyetujuinya, kita ... jangan menyiakan kesempatan," balas Kimmy dengan tenangnya.
"Aku tahu, tapi tetap saja aku merasa tak adil untuk, Jules." Vard tidak meneruskan kalimatnya, hanya menatap ke arah manusia yang hadir di ruangan itu bergantian. Sayangnya Jules tampak tidak peduli, dia dengan tenang memainkan smartphone yang digenggamnya, sebelah kakinya goyang-goyang.
"Memangnya? Dunia ini adil? Jules yang mengajukan diri, Vard. Keponakanmu itu sudah dewasa," sahut Kimmy yang berusaha berasa di sisi Jules.
Vard kemudian duduk di samping Mia yang tak menyumbang kata sedikitpun. Dia tahu sekali situasi ini seperti apa. Wanita itu meremas pelan tangan kekasihnya, dia tahu pasti apa yang dirasakan olehnya. Dia ingin kakaknya sembuh tapi tak ingin Jules berkorban sendirian tanpa imbalan. Tentu saja ini bukan imbalan uang, kalau cuma uang Jules tak pernah kekurangan, vard memberi lebih.
"Bagaimana prosentase keberhasilannya? Apakah ada jaminan berhasil?" tanya Vard dengan menggigit kukunya, dia gugup.
Kimmy menggeleng. "Tak ada jaminan apapun. Selama ini, darah Jules tak pernah ditolak oleh tubuh hagen, tentu saja harapanku tinggi sekali."
Vard terlihat berpikir dan ragu. "Lalu, prosedur itu. Apakah akan menyakiti Jules?"
Kimmy tertawa kecil, dilihatnya wajah kuatir seorang paman itu dengan seksama sebelum akhirnya dia bicara, "Tentu saja, sedikit banyak ... pasti. Tapi jangan kuatir, kami akan buat dia merasa lebih nyaman."
Vard melirik ke arah Jules yang duduk di sofa dengan malas seolah tak peduli dengan keributan yang disebabkan oleh pamannya itu. Tadi, ketika menyampaikan kabar itu, pamannya seperti beku untuk beberapa waktu. Vard berkata kalau dirinya harus memikirkan lagi, keputusan itu tidak boleh diambil dengan gegabah. Lagipula harapan untuk berbaikan dengan Hagen, belum tentu juga terlihat wujudnya nanti.
"Kenapa kalian ribut sekali?" tanya Jules dan Mia segera meraih tangan pemuda itu, situasi dengan tidak bagus, Vard sudah mulai marah-marah.
"Kami sedang membahasmu, anak muda," balas Vard dengan sengit. Dia kesal bukan kepalang.
"Apa lagi yang mesti dibahas? Aku mengajukan diri. Andai tak ada motif pun, anggap saja ini kemanusiaan. Kenapa kalian malah heboh sendiri?" tanya Jules yang masih juga duduk bersandar dengan malas di atas sofa.
"Jules, kami tidak sedang heboh sendiri," tukas Kimmy gemas, bocah ini selalu saja menggampangkan semua.
"Baiklah, terserahh, aku menyerah. Terserah kamu mau apa! Dan kamu sudah di sini sekarang, kenapa tidak dimulai saja?" teriak Vard dengan kemarahan yang tertahan, membuat Kimmy dan Jules saling pandang dan tertawa terbahak. "Kalian berdua memang kurang ajar."
Vard menunduk, memejamkan mata. Tawa itu terdengarnya menyenangkan. Anak keras kepala itu, Jules sedang mengatakan kalau dia adalah seorang Alston tanpa banyak bicara. Semua manusia bermarga Alston memang keras kepala. Telusuri saja semua, mulai dari Hagen, dirinya sendiri, juga keponakan yang tampak polos namun sudah mulai nakal itu.
***
Kimmy merangkul Jules dengan gemas. Di matanya, pemuda itu tetaplah bocah kecil yang menyenangkan untuk digoda. Dia yang begitu keras kepala, kepala batu, entah apalagi gelar yang bisa disematkan kepadanya lagi. Dia sudah seperti adik sendiri baginya, meski keluarga mereka hanyalah berteman.
"Nanti, kamu akan bertemu dengan psikolog, Jules. Dia akan mengajakmu berbincang dan melakukan pendampingan," kata Kimmy lembut penuh kasih sayang.
"Aku tidak butuh psikolog," balas Jules congkak dan membuat Vard yang baru saja luluh itu membulatkan matanya lagi.
"Jaga bicaramu, anak muda," sahut Vard dengan tegas.
"Itu prosedurnya, Sayangku," balas Kimmy seolah tidak terpancing dengan sikap pemuda itu.
Jules mengernyitkan sedikit keningnya, mulai tertarik. "Bicara tentang prosedur, bisa jelaskan prosedur apa saja yang akan akan jalani nanti?"
Kimmy memandang dengan heran. "Kamu, belum tahu?" tanyanya dan Jules menggeleng.
Vard tak bisa menahan lagi tawanya. "Aku tak tahan lagi ingin mengataimu, bodoh. Bagaimana bisa kamu iya saja, mengajukan diri tapi tak tahu prosedurnya, prosesnya nanti seperti apa. Bagaimana kalau mengancam nyawa, selesai proses, kamu mati."
Kimmy segera berdiri. "Hentikan, Vard."
"Aku cuma bercanda," balas Vard ketus dan angkuh.
"Kalau nanti ternyata aku mati, tak mungkin paman sekarang bisa tertawa dan mengejekku seperti itu," balas Jules menyindir dan Vard langsung terdiam.
"Skakmat, Paman Vard," sahut Kimmy dengan senang melihat pria yang begitu keras kepala itu bisa diam. Dia menoleh ke arah Jules. "Baiklah, aku jelaskan. Dengar baik-baik."
"Aku siapkan kedua telingaku," balas Jules dengan serius.
Kimmy mulai menjelaskan, ada beberapa tahapan ketika ada yang mau mendonorkan sel puncanya. Pertama nanti akan ada konseling yang akan menjelaskan itu, jadi mungkin Jules akan mendengarkan lagi seorang dokter yang akan menjelaskan ini. Akan ada beberapa tes untuk memastikan kecocokan dan kondisi kesehatan.
Nanti Jules akan menjalani tes kecocokan HLA, kepanjangan dari Human Leukocyte Antigen. Pemeriksaan itu melibatkan analisis antigen dan antibodi untuk menemukan kecocokan yang paling tinggi. Akan ada tes darah lengkap, karena pelu menghitung jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan kadar hemoglobin. Jadi Jules harus dipastikan sehat tanpa menderita anemia atau infeksi yang bisa mempengaruhi sang papa sebagai penerima.
Adalagi tes infeksi dan pemeriksaan fisik, Itu hanya pemeriksaan wajar seperti memeriksa tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh dan berat badan. Rekam medis juga akan dilacak untuk memastikan tak ada kondisi medis yang bisa beresiko. Ada juga tes fungsi organ vital seperti fungsi hati dan ginjal juga paru-paru. Kalau perlu ada tea generik tambahan juga tes kesehatan mental.
"Jadi, kalau semua lancar dan dinyatakan lolos. Kamu akan lanjut ke proses persiapan dan prosedur pengambilan sel itu." Kimmy mengakhiri ceramah panjangnya.
Jules tampak bengong sesaat, tak menyangka banyak sekali yang harus dilewatinya. Tidak semudah donor darah yang rutin dilakukannya setiap 3 bulan sekali itu. "Aku pikir selesai dan segera masuk prosedur. Ternyata ada persiapan juga?" tanyanya.
"Tentu saja, sebelum dipanen masih ada beberapa tahapan buat memastikan kamu siap secara fisik dan sel itu dalam jumlah optimal. Kamu akan diberi obat perangsang sel punca itu, G-CSF. Bisa 4-5 hari sebelum panen. Jadi setiap hari, kamu akan diperiksa dan dipantau untuk memastikan jumlah sel punca dalam darah kamu cukup tinggi atau tidak," jelas Kimmy dengan sabar, tampak Vard segera membuang muka dan tertawa.
"Dipantau?" tanya Jules tak paham.
"Ya, dipantau. Maaf sekali, dalam tahap ini selain menerima G-CSF setiap hari, kamu juga harus menjalani tes darah setiap hari. Kalau jumlahnya belum cukup. Terpaksa ... panen itu ditunda atau menambah dosisnya," tambah Kimmy dan Jules kembali bengong.
"Kamu, boleh berubah pikiran, Jules," sahut pamannya tiba-tiba.
Pemuda itu melengos. Sudah sampai di sini tidak mungkin akan menyerah. Pamannya akan meledeknya habis-habisan. Jules menghela napas dalam. Sepertinya Kimmy benar, dia perlu konseling.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Sang Pewaris.
Teen FictionJules tidak pernah minta dilahirkan, tapi dia berada di dunia ini. Kehadirannya dulu pernah diinginkan oleh keluarganya, namun setelah tragedi itu bahkan papanya sendiri itu membencinya. Yang diinginkan olehnya begitu sederhana, hanya cinta dari or...