13

58 13 13
                                    

Hari itu, Anna baru saja menyelesaikan pekerjaannya di rumah Jay. Langit senja memancarkan warna jingga yang lembut, namun perasaan Anna terasa berat. Saat ia berjalan pulang, suara telepon dari dalam tasnya membuatnya terhenti. Ia mengambil telepon dengan cepat, melihat nama Niki terpampang di layar.

"Niki ?" sapanya, nada suaranya penuh keheranan. Jarang sekali Niki menelepon pada jam seperti ini.

"Kak..." Suara Niki terdengar gugup dan terbata-bata di ujung telepon. "Aku... aku dalam masalah"

Hati Anna mencelos. "Apa yang terjadi ? Kau di mana ?"

"Aku di lapangan basket" jawab Niki pelan, hampir tidak terdengar.

"Baiklah, aku akan ke sana sekarang" jawab Anna cepat, meski rasa cemas sudah memenuhi benaknya. Ia segera mempercepat langkahnya menuju lapangan tempat Niki sering bermain.

Saat Anna tiba, suasana lapangan terasa tegang. Beberapa anak laki-laki yang biasa bermain di sana berdiri berkerumun dan di tengah mereka, Niki terlihat berdiri dengan kepala tertunduk. Wajahnya penuh rasa bersalah. Di depannya, seorang pria dewasa sedang berbicara dengan nada tajam.

"Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja" kata pria itu, menatap Niki dengan tajam. "Kaca tokoku pecah dan ini adalah tanggung jawab anak ini!"

Anna bergegas mendekat. "Permisi" ucapnya, suaranya sedikit gemetar. "Apa yang sebenarnya terjadi ?"

Pria itu menoleh ke arah Anna, wajahnya tampak kesal. "Adikmu, dia dan teman-temannya bermain basket terlalu liar. Bola mereka menghantam kaca tokoku hingga pecah. Aku tidak peduli siapa yang melakukannya yang jelas dia terlibat dan aku ingin ganti rugi sekarang"

Anna menatap Niki, yang tampak semakin menciut di tempatnya. "Niki, apakah ini benar ?" tanyanya dengan suara lembut namun tegas.

Niki mengangguk pelan, tidak berani menatap kakaknya. "Aku... aku tidak sengaja kak, bolanya terpental, aku benar-benar tidak bermaksud"

Pria itu menyela. "Baiklah, aku tidak peduli apakah itu disengaja atau tidak yang penting seseorang harus membayar kerugian ini. Kaca itu mahal dan aku tidak akan menunggu lama"

Anna menelan ludah, berusaha tetap tenang meski pikirannya mulai kacau. "Berapa biaya ganti ruginya ?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Dua juta rupiah" jawab pria itu tanpa ragu. "Aku butuh uang itu paling lambat akhir minggu ini"

Dua juta rupiah. Angka itu terasa seperti pukulan keras bagi Anna. Ia hampir tidak punya uang terlebih lagi ia sedang memikirkan cara bagaimana melunasi hutang kepada Jay dengan cepat dan sekarang ia harus mencari cara untuk mendapatkan jumlah sebesar itu dalam waktu singkat.

"Kak, aku minta maaf..." ujar Niki pelan, suaranya penuh rasa bersalah. "Aku akan mencoba membayar sebagian, aku janji"

Anna menggeleng cepat, mencoba menenangkan adiknya. "Jangan khawatir, Niki. Aku akan mengurus ini" katanya sambil menatap pria itu. "Aku akan membayar ganti ruginya Tuan. Beri aku waktu sampai akhir minggu"

Pria itu mendengus, namun akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi jangan coba-coba melarikan diri atau aku akan laporkan ini ke pihak berwajib"

Setelah pria itu pergi, Anna berbalik menatap Niki. Adiknya terlihat begitu menyesal, matanya mulai berair. "Kak, aku benar-benar tidak bermaksud"

Anna menarik napas panjang, kemudian menepuk pundak Niki dengan lembut. "Tidak apa-apa. Tapi lain kali, kau harus lebih hati-hati" katanya, suaranya lebih lembut. "Aku akan mencari cara untuk membayar ini yang penting sekarang, kau jangan khawatir"

"Tapi kak..." Niki ingin membantah, namun Anna memotongnya.

"Sudah cukup, Niki. Aku kakakmu dan aku akan selalu memastikan semuanya baik-baik saja untukmu. Biarkan aku yang mengurus ini"

Master ft Jay Park of EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang