Malam itu, ruangan di rumah terasa lebih hening, hanya suara detak jam di dinding yang mengisi kesunyian. Lampu-lampu lembut yang dipasang di sekitar ruang makan memberikan suasana yang hangat dan intim, menciptakan bayang-bayang halus di dinding. Di luar jendela, langit malam dihiasi bintang-bintang yang bersinar, menambah kesan romantis dalam atmosfer rumah tersebut.
Alayna duduk di meja makan, secangkir anggur merah terletak di depan tangan yang gemetar sedikit, tak sabar. Wajahnya tampak penuh perhatian, seolah memikirkan sesuatu yang besar. Matanya berbinar, dan senyum tipis tak pernah lepas dari wajahnya. Dia menatap Jay yang baru saja memasuki ruang makan, kemudian menyandarkan tubuhnya dengan anggun di kursi. Jay, yang baru kembali dari kantor, duduk di seberangnya dengan wajah yang tampak letih, tapi matanya tetap tajam dan penuh kewaspadaan.
"Jay, ada yang ingin aku bicarakan," suara Alayna terdengar lembut, tapi penuh keyakinan. "Aku rasa kita sudah lama sekali tidak memiliki waktu hanya untuk kita berdua"
Jay menatapnya dengan mata setengah terpejam, meskipun dia sudah merasa sedikit curiga dengan nada suara istrinya yang terdengar penuh harapan. "Apa maksudmu ?" jawab Jay dengan nada yang agak tegas, mencoba meredakan rasa cemas yang mulai menyelinap ke dalam dirinya.
Alayna tersenyum lembut, kemudian menatap Jay dengan mata yang penuh harapan. "Aku berpikir, bagaimana kalau kita pergi berbulan madu lagi ? Hanya kita berdua, beberapa hari, jauh dari segala rutinitas. Aku sudah menemukan beberapa tempat yang menurutku sangat cocok. Bagaimana kalau ke luar negeri ? Mungkin Paris, Maladewa atau tempat-tempat yang indah. Kita butuh ini, Jay"
Jay mengerutkan keningnya, merasa sedikit terkejut dengan usulan Alayna. Tidak ada yang salah dengan ide itu, tentu saja, tapi dia merasa ketegangan di dalam dirinya semakin bertambah. Di saat yang sama, dalam pikirannya, ada hal-hal lain yang jauh lebih mendesak. Jay menahan napas sejenak, berusaha menenangkan diri.
"Alayna" ucap Jay dengan nada lebih lembut, berusaha menjaga agar suaranya tidak terdengar menolak. "Aku tahu, kita memang jarang punya waktu bersama, tapi aku sedang sibuk dengan banyak hal. Ada banyak urusan yang harus aku selesaikan"
Alayna tetap tersenyum, tidak kehilangan semangatnya. "Aku mengerti itu, Jay. Tapi ini kesempatan kita untuk benar-benar menikmati waktu tanpa gangguan. Aku sudah lama merindukan waktu kita yang dulu, ketika kita hanya fokus pada satu sama lain" Dia mengangguk pelan, seperti meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah hal yang tepat.
Jay kembali diam, matanya menatap kosong ke meja makan. Alayna memang selalu tahu cara untuk membuatnya merasa bersalah, untuk membuatnya merasa seperti tidak memberikan perhatian yang cukup. Namun, di balik itu ada juga sesuatu yang menekan di dalam dirinya. Pergi berbulan madu hanya berdua dengan Alayna tentu akan membuat segala sesuatu lebih sulit untuk dirinya. Dan di saat yang bersamaan, dia tidak bisa sepenuhnya mengabaikan Anna.
"Aku perlu waktu untuk berpikir" jawab Jay akhirnya, berusaha mengalihkan perhatian dengan suara yang datar.
Alayna tidak kehilangan senyumannya, bahkan semakin ceria. "Tidak masalah, Jay. Aku hanya ingin kita kembali merasakan kebersamaan itu lagi. Aku yakin ini akan membuat kita lebih bahagia."
Suasana malam yang tenang ini terasa semakin tegang. Jay hanya mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan keraguannya. Dalam hati, dia tahu, meskipun dia ingin menolak, sepertinya dia tak akan bisa menolaknya begitu saja.
***
Paginya, matahari pagi menyinari ruang makan dengan lembut. Aroma kopi dan roti panggang mengisi udara, menciptakan suasana pagi yang nyaman. Alayna duduk di meja makan, mengenakan gaun santai berwarna pastel yang memancarkan keceriaan. Wajahnya berseri-seri dengan senyum yang tidak kunjung hilang sejak semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master ft Jay Park of Enhypen
Fanfiction"You are my escape so don't ever leave me" - Jay Park.