-15-

124 6 0
                                    

Bagi para trainee Neo City, pergi ke lantai 3 gedung dan menunggu di balik pintu besar cokelat seperti menunggu pengutus keberlangsungan takdir mereka. Perasaan takut dan khawatir itu ada saat berhadapan dengan yang di balik pintu sana, tetapi mereka juga menaruh harap yang besar. Seperti Hyunjin saat ini yang dentuman jantungnya mungkin akan mengalahkan pengeras suara di ruang latihan.

Hyunjin sekali lagi menarik napas dan merapalkan mantra positif dalam hati agar tetap tenang. Dia menepuk-nepuk pelan pipinya, kemudian menarik senyum seperti remaja inosen sebelum mengetuk pintu.

"Permisi, Tuan, Hyunjin akan masuk," ujarnya sopan dan berhati-hati.

"Masuk."

Begitu pintu terbuka, tepat sosok 'Tuan' yang disebut langsung terlihat di tengah ruangan sedang menyandar dengan raut wajah congkak seperti biasa. Ruang kantor khusus eksekutif bisa dibilang menyaingi ruang latihan untuk idol yang sudah debut dan trainee kelas tinggi. Meski tak jauh dari kantor bisnis yang memiliki komputer canggih keluaran baru serta rak dokumen, ruangan itu juga menampung rak album dari artis-artis di agensi, dan poster besar tiap grup memenuhi sebagian dinding.

Namun, Hyunjin yang terlalu terfokus menilai mood yang dimiliki Eksekutif Han hari ini melupakan satu sosok yang berdiri di ujung kiri meja. Badan tegap dengan pundak lebar memunggunginya sehingga Hyunjin tidak dapat menebat siapa itu. Dia berjalan hingga ke depan meja eksekutif dan otomatis menengok ke sebelah kiri.

"Lama tidak bertemu."

Haa!

Hyunjin terkesiap. Kakinya tiba-tiba melangkah mundur, tetapi dia buru-buru menormalkan keterkejutannya.

Di samping kirinya, Jeno tersenyum kecil setelah melontarkan sapa yang bagi Hyunjin terdengar tidak bersahabat. Sosok yang sudah lebih dulu di kantor direktur itu kembali menghadap Tuan Han seolah-olah Hyunjin hanya interupsi kecil yang tidak perlu diperhatikan.

Kenapa si loser ini malah ada di sini? Bukannya dia di penjara???

Suara deham keras dari Tuan Han mengalihkan atensi Hyunjin kembali. Dia tiba-tiba merasa keringat dingin menuruni pelipisnya.

"Cepat katakan apa perlumu ke sini, saya masih banyak janji pertemuan yang lain."

"S-saya ...?"

"Siapa lagi yang baru datang?"

"I-itu, saya eung mau menyampaikan evaluasi saya," ucap Hyunjin terbata-bata.

Tuan Han menaikkan sebelah alisnya merasa aneh dengan tujuan Hyunjin. Pria tua itu mengetuk-etuk mejanya sembari menopang pipi, memperhatikan Hyunjin lekat-lekat. Seolah-olah dia menunggu pemuda dengan potongan rambut mullet itu mengungkapkan langsung tujuan utamanya.

Hyunjin cepat-cepat berbicara melihat Tuan Han yang seolah menunggunya. "Eung, itu, ada pertimbangan dari pelatih setelah latihan hari ini."

"Baik, saya akan memeriksanya nanti," jawab Tuan Han datar.

Pria tua ini jelas tidak berminat berbicara denganku dulu, gumam Hyunjin dalam hati. Dia membungkuk dalam kepada Tuan Han, tetapi sebelum itu Hyunjin menyempatkan melirik Jeno dari ujung matanya. Hyunjin hampir menjengit ketakutan melihat aura di wajah lelaki berambut hitam tersebut.

Pasalnya Jeno juga melirik Hyunjin, tetapi jelas sorot matanya begitu gelap dan tajam. Jeno tampak tidak peduli akan kehadiran Tuan Han yang bisa menangkap basah ekspresi membunuh itu.

"S-saya kembali ke ruang latihan dulu." Hyunjin cepat-cepat melarikan diri setelah mendapat respon dari Tuan Han.

Hyunjin yang setelah keluar dari kantor Tuan Han merasa detak jantungnya berpacu semakin cepat. Napasnya pun tiba-tiba menjadi pendek dan hampir terengah-engah. Dia bersandar pelan di balik pintu sambil memproses yang baru saja terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blanc Swan [NoRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang