Posisi dilematis.
Jaemin membatu dengan dua preferensi berat yang bercokol di benaknya. Belum lagi pandangan seakan-akan menghakimi seluruhnya berpusat pada Jaemin. Kesalahan masa lalunya memang berakibat pada banyak hal, termasuk jeratan agensi yang mulai memanfaatkannya kini.
Ia mengingat Tuan Han yang mengangkat sudut bibirnya menggelikan. Inilah kartu AS yang mereka pegang tengah diluncurkan untuk menyudutkan Jaemin pada dunia infiniti yang tak pernah habis. Sehingga terlalu sulit baginya memilih jalan keluar yang melegakan diri.
Kematian Jikyung saat adiknya itu sudah terikat kontrak membuat ibu Jaemin hampir jatuh pingsan. Orang-orang utusan agensi tersebut seperti tak memiliki belas kasih pada ia dan ibunya. Datang menghampiri ke rumah duka bukan untuk berbela sungkawa, tetapi menagih penalty kontrak yang belum terselesaikan dengan nilai cost mustahil.
Jaemin kala itu masihlah seorang mahasiswa yang menjalani kuliah di luar negeri bersama Renjun. Belum mempunyai apa pun yang cukup berharga membayar penalty yang ditagih orang-orang agensi. Selain itu, ibunya sudah mati-matian membiayai ia dan adiknya, Jaemin tak ingin ibunya kerepotan lagi.
Hanya berbekal ilmu composition yang sedang ia ambil sebagai jurusannya di Juilliard, Jaemin menjanjikan kemampuan komposeringnya untuk agensi tersebut.
Keputusan pertamanya waktu itu sudah membuat Jaemin dalam genggaman. Hanya tinggal menjebaknya semakin erat agar ia sepenuhnya terikat. Akan tetapi, Neo City Ent menjadikan Jaemin di bawah kekuasaan agensi dengan kata lain sebagai artis tanpa harus dibayar.
"Baiklah, kuberi penawaran. Karena Jaemin memang bukan bagian dari agensi, di antara Anda yang ingin kembali meneruskan aransemenmu kepada kami dengan penambahan waktu atau ...
mengambil posisi salah satu di antara mereka yang gugur?"
"Ck! Kedua pilihan itu sama saja." Jaemin memijat pelipis kanannya, pusing dan bimbang menggelayutinya seperti parasit. Punggung badannya semakin menyender pada kursi, matanya terpejam erat demi menghapuskan bayang-bayang wajah yang menatapnya jengkel.
Pilihan yang sama dengan jangka yang berbeda, Jaemin sadar itu tentunya. Tetap pada pilihan mengomposisi lagu terhadap agensi itu untuk dua tahun setengah lagi hanya membuang waktunya percuma. Tidak semua lagunya benar-benar bisa diterima dan melejit hingga harga fantastis. Namun, jika ia memilih menjadi salah satu anggota boygroup maka ....
"Aku akan berhadapan dengan enam orang yang mungkin saling menjatuhkan dan
melepaskan Renjun dari pengawasan ...."
______________
Renjun berjalan dengan sedikit melompat kecil-berusaha menginjak bayangannya yang belum benar-benar tampak. Sesekali melangkah biasa, berusaha terlihat normal ketika orang lain melewatinya. Bias matahari membantunya pagi ini, cukup cerah, tidak terlalu terik atau redup yang membawa sumringah kecil di sudut bibir Renjun ketika menapaki trotoar.
Walau senyum itu terlampau kontradiksi dengan hatinya yang berteriak ADA MASALAH.
Terlalu pagi untuk mengawali hari ini karena jadwal yang Renjun punya sebenarnya masih satu jam ke depan. Akan tetapi, ia memilih bangun pagi sekali menghindari tatap muka dengan seseorang yang mengacaukan kinerja jantungnya sangat aneh kemarin.
Malam penuh embun sisa guyuran hujan tepatnya, saat afeksinya diobrak-abrik dengan tidak jelas oleh emosi yang terpancar dari pemuda 24 tahun di hadapannya. Renjun merasa begitu bingung, bimbang dan tidak mengerti apa lagi yang membuat hatinya semakin berdenyut setiap kali mengingat sentuhan kenyal teramat halus menempel di dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blanc Swan [NoRen]
FanficBalet adalah kehidupan Renjun yang paling penting. Harapan kebanggaan dari ibunya yang harus ia pertahankan. Hanya saja lika-liku dunia seni tidak mudah untuk dilalui. Bisa saja begitu indah lalu detik berikutnya menjadi pahit. Besok bertemu teman d...