WARNING
Bahasa suka suka
Banyak typo
Happy Reading
.
.
.Jessica memandang buku besar yang terbuka di tangannya dengan napas tertahan. Kata-kata di halaman itu terasa seperti serpihan-serpihan masa lalu yang kini menghidupkan kembali ingatan yang seharusnya terlupakan.
"Kisah Korban Terakhir" tertulis di sampulnya, memberikan suasana menyeramkan di ruangan yang sudah dingin dan sunyi ini.
"Jadi, korban terakhir itu benar-benar mengorbankan dirinya demi menyelamatkan yang lain." gumam Jessica, suaranya pelan tetapi jelas terdengar di ruangan sunyi.
Sekar menatap gambar-gambar yang ada di dinding, memperhatikan gambar-gambar samar yang seolah mengisahkan kisah kelam. "Jess, menurutmu, apa mungkin korban terakhir itu adalah seseorang yang dekat dengan kita?"
Jessica menoleh menatap Sekar, dan ikut memperhatikan gambar-gambar di sana. "Maksudmu Lila?
Sekar mengangguk menjawab pertanyaan Jessica. "Iya, bukannya dari petunjuk dan keanehan yang terjadi semua mengarah pada sosok Lila?"
Jessica menggeleng pelan, tetapi hatinya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Sejak pertama kali mereka mulai menelusuri misteri ini, Jessica merasa ada ikatan yang menariknya, sebuah perasaan yang seolah memanggilnya dari masa lalu.
"Aku tidak tahu, Kar," katanya dengan suara pelan, "tapi aku merasa harus menyelesaikan ini semua, kita harus tahu secepatnya siapa korban terakhir itu"
Jessica membalik halaman buku itu, berharap menemukan petunjuk lebih lanjut. Di halaman berikutnya, terdapat sebuah gambar altar batu yang mirip dengan yang ada di ruangan ini.
Gambar itu memperlihatkan sekelompok siswa yang duduk mengelilingi altar, dan di bagian bawah gambar, terdapat tulisan yang sudah pudar, tetapi masih terbaca:
"Pengorbanan untuk keselamatan,
kutukan untuk kebebasan."Jessica merasakan jantungnya berdebar. "Sepertinya mereka mengadakan ritual di sini, Kar. Ini mungkin adalah tempat terakhir mereka, tempat mereka semua terjebak."
Sekar menelan ludah, mencoba meredakan rasa takutnya. "Tapi kenapa mereka melakukan itu? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
Jessica menggigit bibirnya, memandangi simbol-simbol kuno yang terpahat di sekitar altar. "Menurut buku ini, mereka mungkin melakukan ritual permainan untuk membuka portal ke dunia lain, tetapi mungkin sesuatu berjalan tidak sesuai rencana."
Saat Jessica melanjutkan membaca, ia menemukan catatan yang lebih pribadi, seperti sebuah jurnal yang ditulis dengan tangan yang terburu-buru:
"Kami tidak punya banyak waktu. Aku tahu bahwa aku adalah satu-satunya yang bisa menghentikan ini. Jika kau membaca ini, ketahuilah bahwa aku rela mengorbankan segalanya. Aku berharap pengorbananku tidak sia-sia. Lila, jika kau membaca ini, maafkan aku."
Jessica merasakan tenggorokannya tercekat. "Lila, dia disebut di sini," bisiknya, memandang Sekar dengan mata melebar.
Sekar menatap catatan itu dengan bingung. "Jadi, Lila juga terlibat dalam ritual ini. Mungkin dia adalah saksi dari pengorbanan korban terakhir?"
Jessica mengangguk. "Atau mungkin lebih dari itu. Mungkin korban terakhir itu adalah seseorang yang dekat dengannya, seseorang yang dia kenal dengan baik."
Keduanya terdiam, memandang buku itu dengan campuran rasa takut dan penasaran. Mereka tahu bahwa semakin mereka membaca, semakin dalam mereka terseret ke dalam kutukan ini.
Tetapi perasaan untuk mengetahui kebenaran begitu kuat, seolah-olah takdir memaksa mereka untuk tetap berada di tempat ini.
Ketika mereka melangkah lebih jauh ke dalam ruangan, Jessica mendapati dirinya semakin terhanyut dalam gambaran-gambaran masa lalu.
Di dinding lain, terdapat lukisan besar yang menggambarkan seorang gadis berdiri di tengah api, wajahnya tampak putus asa namun juga penuh keberanian. Sekilas, Jessica merasakan sesuatu yang aneh, seperti mengenali wajah gadis itu.
Sekar yang melihat reaksi Jessica, bertanya, "Jess, kamu baik-baik saja?"
Jessica menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, tapi gadis ini, aku merasa seperti pernah mengenalnya."
Sekar memandangi lukisan itu, memperhatikan setiap detailnya. "Aku merasa gadis ini mirip sekali denganmu, atau mungkin ia memiliki hubungan denganmu, Jess?"
Jessica menggeleng pelan, ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tetapi hatinya merasakan lebih dari sekadar dugaan.
Wajah gadis di lukisan itu terlihat sangat akrab, dan semakin lama Jessica memandangnya, semakin ia merasa seperti sedang melihat cerminan dirinya sendiri.
"Apakah mungkin ada hubungannya denganku?" lirih Jessica bertanya pada dirinya sendiri.
.
.
.Di malam harinya, setelah kembali ke rumah, Jessica berbaring di tempat tidur sambil memikirkan segala hal yang telah ia temukan. Pikirannya dipenuhi oleh wajah gadis di lukisan itu, bayangan dari masa lalu yang entah bagaimana terasa begitu dekat.
Jessica menutup mata, mencoba menenangkan pikirannya, tetapi begitu ia tertidur, mimpi-mimpi aneh mulai menghampirinya.
Dalam mimpinya, Jessica kembali berada di ruangan altar itu, tetapi kali ini ia dikelilingi oleh sosok-sosok samar. Bayangan siswa-siswa angkatan 1995 berdiri di sekelilingnya, memandangnya dengan mata kosong. Di antara mereka, Lila berdiri paling dekat, menatapnya dengan tatapan yang penuh makna.
Di tengah mimpi itu, seorang gadis dengan wajah yang mirip dengan Jessica melangkah maju. Gadis itu memegang sebuah lilin yang menyala hampir padam, dan memandang Jessica dengan mata yang dalam dan penuh misteri.
"Kamu harus menyelesaikan ini," bisik gadis itu.
Jessica terbangun dengan jantung berdebar kencang. Ia duduk dengan cepat, mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
Mimpi itu terasa begitu nyata, seolah gadis di dalamnya benar-benar berusaha berkomunikasi dengannya.
"Apa artinya semua ini?" gumam Jessica, masih merasa kebingungan.
.
.
.Keesokan harinya, di sekolah, Jessica menemui Sekar dan menceritakan mimpi yang dialaminya. "Kar, aku bermimpi tentang gadis itu lagi. Gadis yang mirip denganku, dia bilang aku harus menyelesaikan ini."
Sekar mendengarkan dengan serius. "Mungkin ini adalah petunjuk, Jess. Mungkin kamu benar-benar punya hubungan dengan angkatan 1995."
Jessica mengangguk. "Entahlah, aku tidak bisa memastikan itu, tapi sekarang aku merasa korban terakhir bukanlah Lila namun seseorang yang memiliki ikatan denganku. Aku harus mencari tahu siapa dia."
Mereka kembali ke perpustakaan, mencari arsip-arsip yang mungkin ada nama korban terakhir atau petunjuk lebih lanjut tentang hubungannya dengan Jessica.
Ketika mereka memeriksa daftar nama angkatan 1995, nama yang sama muncul berkali-kali dalam catatan-catatan yang mereka temukan: Hanifa Lestari.
Jessica merasakan sesuatu yang aneh ketika membaca nama itu. "Hanifa Lestari, aku merasa namanya tidak asing."
Sekar menatapnya dengan penuh perhatian. "Mungkinkah dia adalah keluargamu, Jess?"
Jessica menggeleng, merasa semakin bingung. "Aku harus mengetahui lebih lanjut tentang Hanifa. Jika dia adalah korban terakhir, mungkin dia memiliki pesan yang hanya bisa aku pahami."
Dengan tekad yang semakin bulat, Jessica berjanji pada dirinya sendiri untuk menyelidiki lebih jauh tentang Hanifa, korban terakhir yang mengorbankan dirinya demi keselamatan angkatan 1995.
Jessica tahu bahwa kutukan ini telah menunggunya, dan mungkin Jessica adalah satu-satunya yang bisa mengakhiri semua ini.
.
.
.
.Makasih ya yang udah mampir dan baca cerita ini🥰
Jangan lupa, vote⭐️, comment 💬 dan tungguin part selanjutannya🫶🫶🫶(14/11/24)
Sunniee 💥
KAMU SEDANG MEMBACA
Lila
Mystery / ThrillerJessica, seorang siswa SMA yang ceria, tak pernah menduga hidupnya akan berubah setelah menemukan surat-surat misterius yang tersembunyi di balik gedung sekolah. Surat-surat itu bukan hanya membawa kenangan masa lalu, tetapi membuka pintu menuju rah...