6. Terikat

98 81 73
                                    

WARNING
Bahasa suka suka
Banyak typo
Happy Reading
.
.
.

Suara Lila yang menghilang bersama dengan sosok pria tua itu di lorong meninggalkan kesan mendalam pada Jessica dan Sekar. Keduanya keluar dari gedung tua dengan napas memburu, perasaan mereka masih dipenuhi oleh rasa takut dan kebingungan.

Mereka hanya bisa menatap bangunan itu dari kejauhan, masih berdiri kokoh meskipun menyimpan rahasia kelam yang baru saja mereka lihat.

Sekar, yang biasanya cukup tenang, kini menggenggam lengan Jessica dengan gemetar. "Jess, kita beneran harus berhenti. Ini udah kelewatan. Aku nggak mau terjebak kayak mereka di sana."

Jessica menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Aku tahu, Kar. Tapi kita nggak bisa berhenti sekarang. Ada sesuatu yang lebih besar di sini, dan aku... aku merasa kita nggak akan bisa lari begitu saja dari semua ini."

Sekar menatap Jessica, terlihat bingung dan ketakutan. "Kenapa kamu yakin banget, Jess? Ini bukan cuma tentang kita. Ini lebih besar, lebih... gelap."

Jessica mengangguk, setuju. "Aku tahu. Tapi kalau kita berhenti sekarang, kita nggak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lila, surat-surat itu, pria tua tadi, mereka semua mencoba memperingatkan kita. Tapi kita belum tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan."

Sekar masih tampak ragu. "Apa menurutmu kita masih bisa keluar dari ini semua tanpa terluka?"

Jessica menatap Sekar dalam-dalam, lalu menggeleng. "Aku nggak tahu. Tapi aku punya firasat kalau kita nggak akan bisa mundur sekarang. Sesuatu di gedung itu, aku rasa itu nggak akan membiarkan kita pergi begitu saja."

Keduanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Langit semakin gelap, dan hawa dingin mulai menyusup ke tulang-tulang mereka.

Jessica merasa ada sesuatu yang mengawasi mereka, meskipun tidak ada yang terlihat di sekelilingnya. Ia tahu, rahasia ini lebih dalam dari yang mereka kira, dan waktu mereka semakin terbatas.
.
.
.
.
Keesokan harinya, Jessica berusaha menjalani rutinitas sekolah seperti biasa. Tapi pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian di gedung tua itu.

Suara Lila yang mengatakan bahwa mereka sudah 'terlalu jauh' terus terngiang di kepalanya. Setiap kali ia memandang ke arah gedung tua dari jendela kelas, perasaan bahwa ada sesuatu yang mengintai mereka semakin kuat.

Di kantin, Sekar duduk di seberangnya, masih tampak pucat. "Kamu nggak bisa berhenti mikirin tentang kemarin, ya?" tanya Sekar pelan.

Jessica mengangguk. "Aku cuma nggak ngerti. Lila bilang kita terlalu jauh, tapi dia juga bilang ada rahasia yang lebih besar di balik surat-surat itu. Apa kamu nggak penasaran?"

Sekar menggeleng pelan. "Aku penasaran, tapi aku lebih takut, Jess. Apa kamu nggak inget betapa anehnya semua itu?"

Jessica tersenyum tipis. "Iya, tapi justru karena itu aku nggak bisa berhenti. Kita udah terlalu dalam sekarang."

Sebelum Sekar bisa membalas, seseorang mendekat ke meja mereka. Jessica mengangkat kepala dan mendapati Lila, berdiri di depan mereka dengan senyum dingin yang sama seperti kemarin.

Hanya saja, kali ini matanya terlihat lebih tajam, seperti menyimpan rahasia yang siap untuk terungkap.

"Senang bisa melihat kalian lagi," kata Lila dengan nada tenang, tapi penuh dengan sesuatu yang tersembunyi. "Kalian benar-benar tidak bisa berhenti, kan?"

Jessica menatapnya, merasa jantungnya berdebar. "Apa maksudmu, Lila? Kenapa kamu tahu tentang surat-surat itu? Apa yang kamu sembunyikan?"

Lila tertawa kecil, tapi tawanya tidak membawa kehangatan. "Aku? Menyembunyikan sesuatu? Oh, Jessica, seharusnya kamu tahu lebih baik dari itu."

Sekar menggigit bibirnya. "Kita cuma mau tahu apa yang sebenarnya terjadi, Lila. Apa yang kamu ketahui tentang gedung itu?"

Lila menatap Sekar sejenak sebelum kembali menatap Jessica. "Kalian berdua sudah terlalu jauh untuk berhenti sekarang. Gedung itu, bukan sekadar gedung tua. Dan surat-surat itu bukan sekadar surat. Kalian sudah membuka pintu yang seharusnya tetap tertutup."

Jessica merasakan bulu kuduknya berdiri. "Pintu? Maksudmu pintu ke lorong di bawah gedung itu?"

Lila tersenyum dingin. "Ya, pintu itu. Tapi lebih dari itu. Kalian sudah membuka jalan menuju sesuatu yang lebih gelap. Sesuatu yang tidak bisa kalian bayangkan. Dan sekarang, kalian bagian dari itu."

Sekar menelan ludah, tampak semakin cemas. "Bagian dari apa? Apa yang kamu bicarakan?"

Lila mendekat, berbisik, "Kalian sudah terikat dengan rahasia itu. Dan satu-satunya cara untuk keluar adalah menyelesaikannya. Atau kalian akan terjebak, sama seperti mereka yang pernah mencoba sebelumnya."

Jessica menatap Lila dengan tatapan tajam. "Mereka? Siapa mereka?"

Lila tersenyum samar, lalu menoleh ke arah gedung tua di kejauhan. "Kalian akan tahu, cepat atau lambat. Tapi berhati-hatilah, Jessica. Rahasia ini tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja."

Tanpa menunggu jawaban, Lila berbalik dan pergi, meninggalkan Jessica dan Sekar dalam kebingungan dan ketakutan.

Sekar memandang Jessica dengan wajah penuh kekhawatiran. "Jess, kita nggak bisa lanjut. Ini terlalu berbahaya."

Jessica menghela napas dalam-dalam, tapi di dalam dirinya, ia tahu bahwa mereka tidak bisa mundur. Mereka sudah terlalu jauh, dan rahasia itu semakin menarik mereka ke dalam. "Aku tahu, Kar. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Kita harus menyelesaikan ini semua."
.
.
.

Makasih ya yang udah mampir dan baca cerita ini🥰

Tapi, kalian penasaran nggak sih, siapa sebenarnya Lila? Kenapa Lila teman sekolah Jessica dan sekar (Part 4) bisa tahu banyak banget soal gedung tua itu..

Jangan-jangan... Lila yang ini sama aja dengan hantu Lila yang sering dibicarain anak-anak sekolah (Part 2)....

Hmm pokoknya jangan lupa vote⭐️, comment 💬 dan tungguin part selanjutannya🫶🫶🫶

(20/10/24)
Sunniee 💥

LilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang