O n e

219 46 8
                                    

Prefektur Gunma, 1816

 

“Sasuke! Aku tidak bisa menemukan Noritoshi!” gadis kecil berambut merah muda itu menangis tersedu-sedu di antara semak-semak, merasa tidak berdaya saat tidak bisa menemukan orang yang dicarinya.

“Jangan khawatir, Sakura, Noritoshi tidak lebih pandai bersembunyi dari kita. Kau akan menemukannya sebentar lagi.”

“Tapi bagaimana kalau ia... di culik oleh beruang?”

“Beruang tidak ada di tempat ini. Aku sudah memastikannya sebelum kau mengajak kami untuk bermain petak umpat.”

“Benarkah? Mengapa kau melakukan itu?”

“Karena aku tahu kau sangat suka bermain petak umpat, dan kemungkinan Noritoshi yang tersesat saat bermain.”

Kedua mata gadis kecil itu berbinar-binar karena terharu. Ia memeluk boneka kucingnya lalu berkata dengan pipi bersemu merah. “Kurasa aku menyukaimu.”

“Apa?”

“Kau adalah teman yang baik.”

Mulut Sasuke cemberut. “Jadi kau hanya menganggapku sebagai teman?”

“Tentu saja. Memangnya bukan?”

“Kalau kau menyukaiku, seharusnya kau tidak menganggapku sebagai teman.” Sasuke membungkuk lalu mencium bibir mungil Sakura.

Karena terkejut, Sakura langsung mendorong bahu Sasuke agar menjauh darinya. “Apa yang baru saja kau lakukan kepadaku?”

“Menciummu.”

“Jadi seperti ini rasanya berciuman.” tukas Sakura seraya menyentuh bibirnya sendiri.

“Umurku lima belas tahun sekarang. Dan aku sudah pernah tidur dengan perempuan, asal kau tahu.” ungkap Sasuke dengan bangga. “Aku melakukannya tiga minggu yang lalu di Edo.”

“Aku juga sudah pernah tidur dengan anak laki-laki. Pada musim panas yang lalu kau, aku dan Noritoshi tidur bersama di kamar Noritoshi, ingat?”

“Bukan tidur yang seperti itu yang ku maksud.”

Sakura mengernyit. “Kalau bukan itu lalu apa?”

“Tapi kau harus berjanji untuk tidak mengatakannya kepada siapapun.”

“Aku berjanji.”

“Tidur yang ku maksud adalah melakukan hubungan intim dengan lawan jenis.”

“Apa itu hubungan intim?”

“Kau akan tahu suatu hari nanti.”

“Jadi suatu hari nanti, apakah kita akan melakukan hubungan intim juga?”

“Itu tergantung. Jika kau sudah menikah, maka kita tidak bisa melakukannya.”

“Mengapa begitu?”

“Karena kau hanya akan melakukan hubungan intim dengan suamimu.”

Mereka terdiam selama sesaat. Hembusan angin sore di pinggir sungai membuat keduanya sedikit menggigil. Sasuke mengusap bahu Sakura agar gadis itu tetap merasa hangat. Lalu saat Sakura menyandarkan tubuhnya di bahunya, Sasuke membungkuk lalu mengecup bibir gadis itu lagi.

“Sasuke, mengapa kau suka sekali mencium bibirku?”

“Karena aku memang suka.”

Sakura mengerjap. “Kalau kau suka, apa kau akan menikah denganku?”

“Entahlah. Apa kau ingin menikah denganku?”

“Aku ingin menikah denganmu karena aku ingin melakukan hubungan intim denganmu.”

Sin (Historical Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang