9. Aurora Untuk Alaska

6 1 0
                                    

HALO SEMUA

HOW ARE YOU?

I HOPE YOU ALWAYS GOOD

HAPPY READING!!

──────────────────────────

"Ganteng sih, tapi nyebelin."
- Aurora Avelin Harvey -

✧✧✧

"Sayang, bangun!! Ditungguin tuh sama Laska di bawah." Ucap mama sambil mengguncang tubuh Rora sebab sang empu tak kunjung bangun.

Mendengar kalimat terakhir sang mama seketika Rora membuka matanya dan duduk dengan wajah terkejut.

"Hah!? Ngapain!?" Tanya Rora masih terkejut.

Mama menghela napas, "Ya jemput kamu lah!" Ucapnya geram.

"Tapi kan aku gak minta jemput?" Rora kebingungan.

"Udah sana buruan mandi dan siap-siap, terus turun sarapan." Ucap mama sebelum keluar dari kamar putri tercintanya.

Rora hanya mengangguk, lalu segera masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.

"Pagi, ma, pa." Rora memasuki ruang makan.

"Pagi, sayang." Ucap papa dan mama kompak.

"Laska nya nggak disapa?" Tanya mama menyadarkan Rora kalau Laska juga ada disana.

Rora langsung mengalihkan pandangannya pada sosok lelaki yang semalam bertunangan dengannya. "Pagi, Las." Ucapnya.

"Pagi, my fiancee." Laska tersenyum tipis pada Rora.

Jantung Rora berdetak cepat hanya karena mendengar kata terakhir yang Laska ucapkan. Tapi gadis itu berusaha bersikap biasa saja dan duduk disebelah Laska.

Mereka akhirnya memulai sarapan dengan tenang. Laska terus mencuri-curi pandang pada Rora yang sedang sarapan dengan lahap tapi tetap anggun. Orang tua Rora yang melihat itu hanya bisa saling tatap dan tersenyum penuh arti.

"Rora udah selesai. Rora berangkat ya, ma, pa." Ucap Rora setelah menghabiskan jus jeruknya.

"Laska juga udah selesai. Kami berangkat dulu, om, tante." Laska beranjak, mengikuti Rora yang menyalimi tangan orang tuanya.

"Hati-hati. Jangan ngebut nak Laska." Ucap papa.

"Iya om."

Keduanya keluar dari mansion menuju motor Laska yang terparkir di depan. Rora membelalak saat mengetahui bahwa Laska membawa motor, bukan mobil.

Laska yang melihat ekspresi Rora mengernyit. "Kenapa? Gak suka naik motor?" Tebaknya.

Rora menggeleng, "Gak gitu." Cicitnya.

"Terus?" Laska menaikkan satu alisnya.

Rora tak menjawab, tapi matanya bergerak menatap kebawah.

Laska mengikuti arah pandang Rora, dan seketika dia menepuk keningnya. "Astaga! Gue lupa." Ucapnya.

Laska langsung melepas jaketnya dan mengikatkannya di pinggang Rora. "Pake!" Titahnya tak ingin dibantah.

Untuk sesaat Rora bergeming, masih terkejut dengan tindakan Laska.

"Naik, Ra." Laska menyadarkan Rora.

Buru-buru gadis itu naik ke motor Laska dengan berpegangan pada bahu laki-laki itu.

RORSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang