Sudah hampir 10 hari dari uploudan yang menggemparkan dan sudah seminggu dari kejadian tempo hari yang membuat Sabila dan Rava kini hanya berdiam diri diapartemen bersama putra pertama mereka.
Seperti apa yang sudah dikatakan oleh Revan dan Rian tempo hari jika rava dan Sabila masih memilih untuk terus bersama maka semua fasilitas yang mereka gunakan dari kedua orangtua mereka masing-masing akan dicabut, dan semua itu akhirnya terjadi dihari kedua setelah mereka mengunjungi keduanya.
Mobil, apartemen serta kartu debit ataupun kredit yang sempat diberi oleh Rian dan Revan untuk Sabila dan Rava akhirnya diambil alih kembali oleh mereka. Bahkan beberapa cabang Nias Cafe milik Sabila dicabut izinnya yang membuat Sabila harus menutup dan menghentikan beberapa karyawannya, dari 9 cabang Nias Cafe yang sudah tersebar dibeberapa kota kini hanya tinggal 2 yang bertahan yaitu pusatnya diJakarta dan Nias Cafe diBandung.
Sedangkan Rava, schedulenya dibulan ini hampir semua dibatalkan alasannya karena berita yang menghebohkan tentang Rava yang diberitakan merebut tunangan dari rekan artisnya Danendra Aro sampai wanita itu hamil bahkan kini mempunyai anak, serta asumsi negatif lainnya tentang keduanya. Bahkan nama Sabila yang awalnya dikenal sebagai Bussines Women yang berhasil membangun Nias cafe dengan usahanya sendiri kini dicap jika Nias dibangun dengan hasil dirinya sebagai tunangan Aro dan selingkuhan Rava.
Semua cibiran serta makin dari banyak orang disosial media serta jika bertemu langsung dengan keduanya itu sempat membuat Sabila stres, wanita itu pernah seharian full menangis didalam kamar karena waktu itu ia sempat ke minimarket yang berada disatu gedung yang sama dengan apartemen mereka seorang diri untuk membeli keperluan Kalendra dan bertemu dengan beberapa orang yang mengenalinya dan secara terang-teranganan mencemoohnya dipublik.
"Oh ini anak dari bos TV tapi kelakuannya minus banget selingkuh sama temen tunangannya sendiri sampe punya anak lagi"
"Katanya Bussines Women tapi kelakuannya gak mencerminkan Independent Women kayak wanita yang lainnya ya, murahan!"
"Ehh katanya memang selama ini sianak bos Tv itu suka kumpul kebo sama siartis tau"
Serta banyak cibiran lainnya yang langsung ia dengar, tapi saat itu Sabila menulikan telinganya. Ia tetap berjalan dengan membawa tentengan berisi keperluan anaknya itu namun dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Sesampainya diapartemen Sabila membuka pintu dengan keras yang membuat Rava dan Kalendra yang sedang duduk santai disofa ruang tengah sambil menonton Tv itu terlonjak kaget, bahkan Kalendra sampai menangis.
"El apaan-apaan sih kan bisa buka pintunya pelan-pelan, Kale sampe kaget gini" tegur Rava sambil membawa putranya untuk ia gendong.
Sabila hanya memperhatikan kedua lelakinya itu sebentar, lalu melangkah kedapur untuk menyimpan tentengan yang ia bawa dan tanpa berkata apaapun Sabila malah masuk kedalam kamar dan kembali membuka dan menutup pintunya dengan keras yang membuat Kalendra juga makin mengeraskan tangisannya.
Emosi Rava naik kepermukaan saat melihat tingkah istrinya itu, ia memejamkan matanya untuk menetralkan amarahnya karena masih ada Kalendra dalam gendongannya.
"Mas maafin mima ya, nanti baba coba tegur mimanya. Sekarang mas Kale tidur siang dulu ya" ujar Rava mencoba memberi pengertian pada putranya.
Kebetulan waktu tidur siang Kalendra memang sudah tiba jadi tidak butuh waktu lama Rava untuk menidurkan anak lelaki itu. Setelah dibawa kedalam kamarnya dan diberi susu serta diberi usapan embut akhirnya bayi lelkai itu tertidur.
"Mas maafin baba ya, karena baba kamu jadi sampe keabisan susu dan kita juga jadi diem diapartemen terus. Baba belum bisa ngajak jalan Kale jalan-jalan kayak biasanya. Tapi baba janji mas, baba akan terus berusaha dan memperjuangkan kebahagiaan kamu dan mima, tapi tolong baba ya nak. Tolong tetap sabar dan temenin baba untuk melewatinya" ujar Rava sambil mengusap sayang kepala putranya lalu meninggalankannya dulu untuk menghampiri istrinya dikamar mereka.
"El buka pintunya, kamu kenapa? Gak biasanya pintu kamu kunci"
tok..tok..tok
Ini sudah ketukan kesekian kalinya yang Rava lakukan namun masih belum mendapatkan respon dari seseorang yang berada didalamnya.
"El buka pintunya! Coba ngomong jangan kayak gini, aku bukan cenayang yang bisa tau jalan fikiran kamu!"
Kesabaran Rava mulai menipis.
"Elaina buka pintunya!" suara Rava mulai meninggi.
"Buka El! Atau aku dobrak pintunya!"
Rava masih belum mendapat jawaban, ia terus mengetuk pintu itu dengan kuat persetan dengan anaknya yang mungkin akan terbangun karena suara berisik ini tapi kini emosinya sudah naik kepermukaaan namun disisi lain juga ia khawatir karena kini bukan suara tangis anaknya ia dengar namun suara tangis istrinya yang bisa ia dengar dengan jelas.
Tak ingin menunggu lebih lama lagi, akhirnya Rava mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintunya dan
brraaakkk
Rava berhasil membuka pintunya dengan paksa, ia langsung masuk kedalamnya namun ia tak bisa menemukan siapapun dikamarnya itu namun saat melihat pintu kamar mandi terbuka dan suara gemircik air serta tangis Sabila yang saling bertautan membuat laki-laki itu berlari untuk melihatnya.
Begitu terkejutnya saat ia sudah berada tepat didepan pintu, ia bisa melihat Sabila yang duduk dipojok ruangan dengan air yang mengalir dari shower yang berada diatas Sabila. Wanita itu duduk sambil memeluk kakinya dan menyembunyikan wajahnya disanaa, namun tangis wanita itu masih terdengar dan sangat menyakitkan.
Emosi Rava yang awalnya akan meluap tiba-tiba luruh seketika melihat kondisi istrinya. Ia mendekat perlahan, mematikan showernya lebih dulu lalu ikut berjongkok didepan Sabila.
"Sayang" panggilnya lembut.
"El kamu kenapa?" Rava mencoba menyentuh kedua lengan Elaina namun langsung ditepis oleh wanita itu.
"Jangan sentuh aku! Aku kotor! Aku murahan!" teriaknya sambil mengangkat kepalanya menatap Rava.
"El kamu ngomong apasih"
"Jangan sentuh aku!" jeritnya lagi.
Wanita itu bangun dari duduknya, kembali ia menyalakan shower dan berdiri sambil memukul bagian depan tubuhnya.
"Aku bodoh! Aku kotor! Aku selingkuh! Aku wanita murahan!" katanya lagi.
Rava binggung, namun hatinya serasa diiris mendengar ucapan Sabila.
Rava bangun membawa wanita itu kedalam pelukannya meski mendapat penolakan dari Sabila namun tenaga Sabila kalah oleh dekapan Rava, akhirnya wanita itu luruh juga. Badannya terasa lemas, ia menjatuhkan tubuhnya lagi namun kini diikuti oleh Rava yang masih setia mendekapnya. Keduanya berada dibawah guyuran air shower yang menetes dengan penuh aiar mata juga diwajah keduanya.
Rava memang belum tau apa yang membuat wanitanya itu sampai begini, namun ia sangat yakin jika ini ada hubungan dengan dirinya yang membuat rasa emosi digantikan dengan rasa yang bersalah yang naik kepermukaan.
Tak ada yang membuka mulut untuk berbicara, namun keduanya seolah berbicara lewat dekapan serta air mata yang terus mengalir.
Thankyou
Kutunggu qrt, vote dan komennya ya
your feedback would be appreciated <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Osadha
Teen FictionCerita fullnya ada di X https://x.com/callmebunaa/status/1842167760048292074?t=n7aaRh_7tZOzDMPjJrT4sg&s=19