Rava berlari dikoridor rumah sakit, padahal ruangan itu sudah terlihat diujung matanya namun rasanya masih sangat jauh untuk ia gapai.
"Abang"
Rava kini bisa melihat adiknya yang berada didepan ruangan itu. Setelah tepat berada didepan Gazala ia mencoba mengatur nafasnya lebih dulu.
"Sabila mana? Kale mana?"
"Minum dulu bang" ujar Gazala sambil menyodorkan sebuah botol air mineral. Rava meminum air mineral itu sampai tandas.
"Mana Kale sama mimanya za?" tanyanya lagi.
"Kak sabil sama Kale ada didalem" tunjuk Gazala pada ruangan yang dipintunya tertulis PICU.
"Sebenernya kenapa za? Bukannya tadi Kale cuma kebentur meja kan? Kenapa harus sampai di PICU?"
"Bang sebelum aku ceritain kekamu aku mau kamu janji dulu"
"Apa?"
"Kamu jangan pernah nyalahin kak Sabil. Ini semua sama sekali bukan kesalahan kak Sabila, ini pure musibah bang"
"Kapan abang nyalahin Sabila?"
"Aku cuma ngingetin. Karena daritadi kak Sabila gak berhenti nyalahin dirinya sendiri, dia terus berfikir kalau ini semua karena dia gak bisa jadi ibu yang baik buat Kale"
"Bisa to the point aja gak za? Kale kenapa?"
"Kale kepalanya udah kebentur dua kali kan?"
"Iya"
"Kemarin jatuh dari ranjang Kale sempat kejang dan demam juga kan?"
"Iya"
"Dan dikejadian kedua ini juga Kale ngalamin hal yang sama, bahkan kata kak Sabil kali ini kejangnya Kale lebih parah dari yang pertama"
"Kemarin kita uda sempet konsul sama dokter juga lewat online, tapi kata dokternya demam itu biasa kalau anak abis jatuh"
"Iya awalnya juga dokter disini nyangkanya juga gitu. Tapi tadi pas diapart Kale kejangnya parah mas, pupil matanya membesar terus muntah juga makanya kenapa kita bawa Kale kerumah sakit, dokter sempet gak percaya tapi gak berselang lama setelah Kale diinfus Kale kejang lagi dan sama pupil matanya membesar, muntah lagi bahkan semua badannya sampe biru"
"Terus apa kata dokter?"
"Kale patah tulang tengkorak dan ada pendarahan didalam kepalanya"
deeggggg
Bagai disambar petir seketika tubuh Rava melemas, tubuhnya jatuh kebawah untung saja Gazala cepat menahannya.
"Abangg"
"Za Kalee za"
"Iya bang sekarang tugas kita doain Kale semoga Kale bisa segera membaik. Ayo duduk disana" ujar Gazala sambil membantu Rava bangkit dan menggiring Rava untuk duduk dikursi tunggu.
Rava dan Gazala terdiam sibuk dengan fikirannya masing-masing sampai suara pintu dibuka dari dalam, dan nampak Sabila yang berjalan menunduk keluar dari ruangan. Rava yang melhat istrinya itu langsung berdiri menghampiri wanitanya.
"Sayang" panggil Rava pelan.
"Er" jawab Sabila lirih.
"Er Kale er, anak kita er" lanjutnya, kini tangisnya kembali turun
Rava langsung menarik Sabila masuk kedalam pelukannya, Rava tau pasti Sabila lebih rapuh darinya. Apalagi mendengar dari Gazala jika wanita itu terus menerut menyalahkan dirinya karena keadaan Kale yang seperti ini. Bohong jika Rava tak kesal, membaca pesan dari Sabila tadi dan mendapatkan penjelasan Gazala tadi yang ternyata Sabila tkurang memperhatikan Kale rasa kesalnya naik kepermukaan tapi ini bukan saatnya ia meluapkan kekesalannya pada Sabila karena benar perkataan Gazala ini bukan pure kesalahan Sabila tapi memang musibah yang siapapun tak akan tau ini akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Osadha
Novela JuvenilCerita fullnya ada di X https://x.com/callmebunaa/status/1842167760048292074?t=n7aaRh_7tZOzDMPjJrT4sg&s=19