Selamat Membaca 🌼✨
Jam arloji yang melingkar di tangan ramping Bulan menunjukkan pukul delapan malam.
Gadis itu baru saja turun dari mobil sedan berwarna kuning miliknya yang ia beli dengan uangnya sendiri selama bekerja kurang lebih beberapa tahun di perusahaan tempat ia bekerja sekarang.
Perempuan itu terlihat cantik hanya dengan blouse berwarna biru muda serta celana panjang berwarna beige. Rambut panjang sedadanya ia cepol. Tampak rapi, dan tentu saja menunjukkan leher panjangnya yang mulus dan putih.
Wangi parfum lavender menguar dari tubuhnya. Aroma manis menghanyutkan itu begitu ia suka.
"Malam Mbak, sudah reservasi sebelumnya?" sapa pelayan restoran ramah ketika gadis itu mendorong pintu kaca restoran yang tinggi menjulang dengan gagang terbuat dari kayu jati.
"Ah, teman saya yang pesan. Atas nama Sandy Baskara," kata Bulan.
Tadi pagi Baskara mengirim pesan padanya. Mengatakan ingin berjumpa membahas hal penting di restoran. Hal penting yang Baskara maksud adalah masalah hubungan mereka. Awalnya Bulan kaget diajak bertemu. Namun, mengingat Baskara pernah mengaku suka, ia jadi menebak-nebak apa yang akan Baskara katakan.
Mungkin saja menyatakan cinta dan melamarnya?
Bulan tidak mau narsis, tapi nyata Baskara mengatakan secara gamblang kalau ia ingin membahas hubungan mereka. Bulan tahu arahnya kemana karena Baskara juga jelas mengatakannya.
"Aku mau bahas masa depan kita. Kira-kira tentang pernikahan. Kalau kamu mau, kamu silahkan datang. Tapi kalau kamu menolak, kamu boleh gak datang. Itu pilihan kamu, Bulan."
"Oh, mari kami tunjukkan," kata pekerja itu. Ia meminta temannya untuk mengantar Bulan memasuki restoran yang ramai pengunjung. Mereka masuk semakin dalam. Bulan dapat melihat mereka baru saja keluar dari gedung satu untuk pindah ke gedung yang lain.
Ruang-ruang berdinding kaca yang diisi beberapa orang ataupun masih dalam keadaan kosong menjadi tempat VVIP pengunjung restoran.
Bulan diminta untuk masuk dan diberikan buku menu sembari menunggu Baskara.
"Pak Baskaranya udah pesan makanan dan minuman untuk Ibu. Sementara menunggu, kami sediakan cemilan dan minuman untuk Ibu. Silahkan pilih yang mana Ibu suka," kata sang pelayan.
"Hmm... Saya pesan es krim rasa strawberry aja satu ya Mbak," kata Bulan.
Sang pelayan mengangguk lalu pamit.
Sementara menunggu, Bulan membuka ponselnya lalu memberitahu Baskara kalau ia sudah sampai.
Pesan yang ia kirim sudah tersampaikan, tapi sang pemilik ponsel tidak menghidupkan paket internetnya. Pesan itu tidak akan terbaca sebelum sang pemilik ponsel menghidupkan internet.
Ah, mungkin karena Baskara masih di jalan.
Sudah satu suguhan ia habiskan. Es krim merah muda yang ia pesan tadi sudah tak bersisa, tapi Baskara tak kunjung datang.
Bulan masih setia menunggu. Bahkan ia mengambil majalah di dalam ruangan bernuansa kebun yang dihiasi tanaman tanpa bunga.
Satu, dua, bahkan sampai lima majalah sudah ia buka selama menunggu kehadiran Baskara.
Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, tapi Baskara tak kunjung datang.
"Permisi, Mbak," salah seorang pelayan masuk ke dalam ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
✓ 49. J - Our Sweet Dreams (Jangkku Ver)
Literatura Feminina"Ini kapan kita nikahnya?" ⚠️ Berisi keuwuan