• Happy Reading! •"Tumben belajar?" tanya cowok berambut sedikit ikal, dengan headbang merah tersampir di dahinya. Kepada cowok berpenampilan klimis, rambut rapi mengkilat karena gatsby dan sebuah kacamata bertengger di antara hidungnya.
"Gue udah gagal naik kelas, kalau gagal lagi nanti emak gue nangis," balas nya dengan suara yang kelihatannya sedikit terpaksa. Ragas, cowok ber-headbang merah itu terkekeh, tertawa geli lebih tepatnya.
Dirinya beranjak menenteng jaket kulitnya di punggung, kemudian menepuk bahu cowok yang sibuk belajar itu.
"Semangat, Reza Prabu Atmaja!" ujarnya menyemangati, yang sebenarnya hanya angin lalu saja di telinga Reza. Perginya Ragas juga tidak terlalu berarti bagi Reza yang berusaha bisa mencatat sesuatu.
Kronologi tidak naik kelasnya seorang Reza Prabu Atmaja sebenarnya klise, hanya karena tidak pernah mengumpulkan tugas, ujian dijawab secara asal, sering tidur dikelas. Dan, parahnya Reza membawa nama Blaze sebagai tameng bahwa dirinya sibuk dengan komunitas itu, sehingga terlalu sibuk untuk sekedar belajar.
"Reza Prabu Atmaja, yang mana orangnya?"
Sejujurnya, Reza sudah sangat malas menanggapi segala hal yang akan menimpanya, dirinya sudah bernegosiasi kepada Nathan dan Reyn, untuk hiatus sejenak. Demi naik kelas tahun ini.
'sret!
Seseorang duduk didepannya. Reza hanya melirik, ternyata perempuan. "Siapa?" tanya Reza dingin.
Dari sudut mata Reza, dirinya bisa menilai bahwa perempuan ini adalah sosok yang sedikit kasar. Penampilannya dengan rambut panjang kusut yang dikuncir kuda secara asal, jaket hitam yang menunjukkan kesan sangar. Meski wajah perempuan itu jauh dari kata sangar.
"Gue Chiona Merlisa, dari kelas 10-5, lu ngapain deh," jawabnya dengan gaya sok akrab, kelihatannya sedang berusaha untuk mendekati Reza.
"Belajar."
"Anak geng, kayak lu? Apa gara-gara gak naik kelas?" tanya nya dengan spontan. Reza menggenggam erat bolpoin snowman nya, bibirnya berusaha agar tidak berkata kasar seperti yang biasa ia katakan ketika tidak nyaman dengan seseorang.
"Berisik lu, gak usah ganggu gue!" titah Reza sepelan mungkin agar tidak terlihat emosi. Bahkan sebelum melihat dengan jelas wajah gadis bernama 'Chiona Merlisa' itu pun, dirinya sudah emosi.
"Jangan ditahan, ngomong kasar aja kalau lu mau, ini udah pulang sekolah," balas Chiona tanpa rasa takut. Kalimat kalimat kasar dan pedas, itu sudah biasa baginya, hatinya sudah kuat seperti batu.
Reza memilih diam dan tidak menanggapi, ia terus menulis catatan pada buku tulisnya, sedari dulu pekerjaan mencatat adalah yang paling dirinya benci, tapi mau bagaimanapun dirinya harus berubah.
"Ini huruf apaan?" tanya Chiona sambil menunjuk salah satu huruf yang ditulis oleh Reza. Huruf itu seperti tanda plus (+) yang sangat besar sampai keluar garis. Memang tulisan tangan Reza lebih buruk dari cakar ayam.
"Itu T."
"T?" Chiona tentu saja bingung, huruf itu jelas tidak terlihat seperti huruf T.
Chiona menghela napas, mengambil bolpoin snowman milik Reza, kemudian menuliskan huruf T yang benar.
"Garis tidurnya agar keatas, kalau ditengah-tengah jatohnya malah kayak tanda +," jelas Chichi.
"Wah, ternyata lu orang baik, makasih loh!" pekik Reza dengan senang. Segera dirinya ganti beberapa huruf yang telah dibenarkan oleh Chiona.
Reza itu sulit sekali jatuh cinta, dirinya adalah remaja labil yang hanya fokus pada kegiatan geng saja. Semenjak ditunjuk menjadi kapten divisi 1, Reza mengabdikan dirinya hanya untuk Blaze Gank.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE
Teen Fiction"Diluar bahaya. Pulang, atau lo mati." "Dengar baik-baik, siapa pun yang berani ganggu orang paling berharga dalam hidup gue, akan mati." Huang Jean memegang kendali Blaze dengan tangan besi. Dingin dan kejam, reputasinya membuat siapa pun gemetar k...