A year later.
Head chef yang sedang menerangkan menu barunya sempena Chinese New Year dipandang fokus. Sesekali tangannya yang memegang pen berlari didada kertas.
"You should taste this." Piring kecil ditolak ke arah Elena. Belum sempat sudu teh dicapai getaran iPhone membuat skrin yang tadinya gelap menyala, memaku pandangannya.
"El, we lost Eshal."
Tubuh spontan berdiri tegak. "What do you mean you lost her?"
"We are in the mall, and while I was picking up my stuff I didn't realise she was gone..."
"Alone?"
"Yes."
"Please send me the location, mummy." Tanpa menunggu jawapan balas, panggilan dimatikan. Kakinya laju melangkah tanpa menoleh ke belakang, tak dihirau wajah-wajah yang memandangnya bingung.
Tengku Amira yang sedang menangis memenuhi kornea matanya. Rentak kaki semakin laju seakan tidak sabar untuk sampai.
"Mummy..."
Kepala di angkat. "El..."
Tubuh Tengku Amira dipeluk. "It's okay mummy. We're gonna find her."
"I'm sorry..."
Bahu Tengku Amira ditepuk lembut. "Don't be." Pelukan dilepaskan. "I need to see someone who is in-charge here."
"What the hell are you doing?!" Kolar shirt bodyguardnya ditarik kasar.
Tubuh dipusing ke arah suara tinggi Emir. Anak matanya tepat memandang Emir yang sedang menarik kolar baju bodyguardnya.
"You'll pay with your own life kalau kau tak jumpa anak aku hari ni!" Belum sempat kepalan tangannya dihayung ke perut Salleh ketua bodyguardnya, tangan terasa digapai. Kepala spontan dikalih dan anak matanya yang kemerahan menahan amarah menikam tepat ke wajah Elena.
"Emir..." Telapak tangan kirinya ditahan ke dada Emir dan tangan Emir yang digenggam tangan kanannya dilepaskan. Anak mata dipaku ke anak mata hazel Emir. "No one is to blame. Let's find Eshal, she needs you and me now." Dada Emir ditepuk lembut, meredakan amarah lelaki itu.
Tubuh dipusing tepat memandang Salleh yang sedang menunduk. "You should start looking for Eshal, please."
"Baik puan." Serentak lima suara bersatu.
Tubuh kembali dipusing mengadap Emir. "Can I meet someone in-charge?"
"Come." Tanpa menunggu jawapan balas, tangan Elena ditarik lembut.
Kertas ditangan dipaku pandang, tak menghiraukan suara-suara yang sedang berbincang mencari solusi untuk mencari anaknya.
"Where is this place?" Anak mata tepat memaku pandang ke wajah Encik Kamal, polis bantuan yang sedang berbincang dengan Emir.
"Tingkat empat puan."
"Thanks." Tanpa menunggu, kakinya dulu laju melangkah. Emir mengejar langkah Elena diikuti Encik Kamal dan Razak, bodyguardnya.
Anak mata dililau ke segenap ruang dengan langkah yang perlahan. Hati tak henti bertasbih memohon pertolongan dari Tuhannya. Sudah puas dia menangis disepanjang perjalanan dan kini dia harus terlihat kuat agar tak sama-sama rebah dengan yang lainnya.
YOU ARE READING
Hening Rindu
Romance"I am not interested in marriage." Dan tanpa tahu betapa gadis itu benar memaknakan sebaris ayat itu, tidak dia sedar keputusan nekad yang diambilnya sekali lagi berakhir dengan luka yang dalam, menghancur lumat hati yang telah retak terbelah itu. E...