"Hati kita tercipta dengan banyak ruang dan segala jenis kasih sayang. Meski begitu, setiap posisinya hanya bisa ditempati oleh satu orang."
- Adyatama W. Arsaji -
( Decoration of Seven Loves )💜💜💜
Selain Fari, seseorang yang selalu menanti kepulangan Kenjiro dan Nico dari berbelanja adalah Arsa. Sulung berkumis tipis tersebut turut duduk di depan pintu utama sembari menimang satu hamster penuh kasih sayang bak anak sendiri. Meski paling dewasa di antara Sabara Bersaudara, tapi terkadang sifat kekanak-kanakannya muncul kala dihadapkan dengan sesuatu yang membuat jiwa kecilnya bersuka cita. Seperti sekarang contohnya.
"Oh my God. How do you get such beautiful bananas, Jiro?" tanya Arsa ketika mendapati buah pisang di tangan Kenjiro yang tampak kuning sempurna tanpa ada cacat. Matanya berbinar, seakan-akan sedang melihat harta karun yang telah terkubur jutaan tahun.
Laki-laki bertubuh paling kecil di sana mengulas senyum tipis, terus melanjutkan langkah dari ambang pintu menuju dapur. Bukan apa-apa, hanya saja sudah ada Fari yang heboh memblokir jalan Nico di ruang tamu untuk mengecek jumlah pesanan susu cokelat dingin. Jika ia ikut berhenti, maka dapat dipastikan semua barang belanjaan akan berantakan di depan sana.
Arsa masih membuntuti sang adik, lebih tepatnya dua sisir pisang ambon putih yang sudah memanggil-manggil minta untuk dinikmati. Bibirnya melengkung lebar kala Kenjiro meletakkan pisang di atas meja, seolah mempersilakan dirinya untuk mengambil. Namun, belum juga menyentuh buah favoritnya, seseorang telah merampas itu dari sana.
"Eits, punya gue." Senan berhasil membawa pisang-pisang ke dalam dekapan.
Muncul raut tak terima di wajah Arsa. "No. It's mine, Senan."
"Dih, ngaku-ngaku. Gue tadi titip uang ke Ko Jiro buat dibeliin gedhang. Emangnya yang boleh makan gedhang cuma lo doang?" beber pemuda berkaus oblong gambar kecap.
Arsa memasang wajah cengo ke arah Kenjiro. Ia meminta sebuah penjelasan.
"Iya, Bang. Tadi Senan emang titip pisang, tapi di warung Cing Lela cuma tinggal dua. Nanti gue cariin lagi di supermarket khusus buat lo," terang Kenjiro sembari menyiapkan alat masak untuk membuat sarapan.
Bahu Arsa kontan melorot, kecewa dengan kenyataan yang ada. Detik berikutnya ia memandang Senan yang tengah menarik ujung kulit pisang ke arah bawah, menampilkan daging buah yang lembut dan begitu manis saat digigit. Arsa menelan ludah, lantas berucap dengan intonasi netral.
"Gue beli pisang lo sekarang. Berapapun yang lo mau," ucap Arsa.
Bersamaan dengan itu Alfito dan Anan muncul dari ruang tengah. Dua manusia kembar beda orang tua tersebut cukup terkejut dengan sepotong kalimat si sulung. Begitu pula dengan Senan yang langsung memegangi pisangnya. Bukan, bukan dua sisir buah pisang di dekapan, tetapi pisang yang lain.
"Nggak! Emang gue cowok apaan?" sewot Senan, lantas bersembunyi di balik tubuh besar Alfito dan Anan.
Arsa berdecak malas. "Pisang ambon, Senan. Bukan yang lain. Sini gue beli," jelasnya dengan suara yang masih terdengar nyaman di telinga.
Senan keluar dari persembunyian. Ekspresinya begitu tengil dengan mulut yang sibuk mengunyah. "Nggak usah beli. Gue kasih," katanya, praktis membuat wajah Arsa berseri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Decoration of Seven Loves
Fanfiction[Kisah baru 7 cucu Eyang Suro. Bisa dibaca dengan ataupun tanpa mengikuti cerita Terpaksa Mengejar Surga.] Setiap manusia punya cara untuk memperindah kehidupannya. Dengan mengabadikan setiap momen bahagia, berbagi canda dengan orang-orang kesayanga...