"Acap kali raga tak terduga atma menjadi alasan segaris senyum kembali pada pemiliknya."
- Decoration of Seven Loves -
💜💜💜
Kaki gempal Michellia berhenti di samping gerbang Sambara's House. Dilihatnya dari balik pohon bougenville milik Kenjiro, pintu rumah di sana terbuka lebar. Akan tetapi, entah mengapa kini hatinya mulai ragu. Ia menunduk, memandangi pakaian yang tiba-tiba terasa membuatnya tak nyaman.
"Gue keliatan gemuk banget nggak sih pake baju ini? Apa nggak jadi aja, ya?" monolognya tak percaya diri.
Perempuan yang sudah berkarir di bidang fashion sejak SMA itu memandangi celana jeans yang membalut kaki dan paha besarnya. Semakin ke atas ia perhatikan lagi outer putih yang menutupi inner crop top berenda manis yang sama sekali tak membantu dalam membentuk pinggang. Michellia melenguh, gamang betulan dengan outfitnya kali ini. Padahal tadi ia sudah merasa cantik di rumah, tapi mengapa detik ini tidak sama sekali?
Tes.
Kepala dengan rambut gelombang yang digerai itu mendongak kala beberapa bulir air membasahi tangannya. Di atas sana langit begitu gelap, padahal bekum genap jam lima sore. Seolah diyakinkan oleh semesta, Michellia berbalik badan di tengah rintik-rintik hujan. Untuk memenuhi rindu, niat bertemu itu akan ia ganti dengan bertelepon saja. Ya, meski belum tentu dijawab. Masih mending jika hanya direject, nomor Michellia sudah beberapa kali kena blokir. Hanya saja gadis itu cukup bebal dan sering tak punya gengsi. Jadi, ia terus meminta kepada Alfito untuk dibukakan blokiran sampai pria itu jengah sendiri.
Suara pintu gerbang yang dibuka membuat langkah Michellia urung. Ia menoleh cepat dan didapatinya sang manager Hello Future Decor di sana. Keduanya sempat beradu tatap, membuat Alfito buru-buru mengalihkan pandangan seolah tak melihat apa-apa.
"Alfito! Yuhuuu~" seru Michellia ketika Alfito sudah setengah jalan melarikan diri. "Ih, nggak usah pura-pura budeg deh!" lanjutnya sembari mendorong gerbang setinggi dadanya itu.
Alfito sontak menghentikan langkah, memilih berbalik sebelum tamu tak diundang itu masuk ke rumah. Kalau saudara-saudaranya tahu ada Michellia, bisa habis diceng-cengin. Yang ada perempuan itu makin getol mendekatinya. "Stop, stop, stop! Biar gue yang ke situ," katanya seraya mendekat.
"Baru kali ini kamu mau nyamperin aku, jadi terharu. Meskipun cuma beberapa meter dari sana ke sini, tapi kamu udah effort loh buat aku, Alfito. Kenapa?"
"Harusnya gue yang tanya, kenapa lo ada di sini?" Alfito segera menukas. Sebenarnya ia tak begitu terkejut dengan kelakuan penggemarnya yang sering tak tertebak ini, tapi melihat Michellia datang hanya berjalan kaki cukup membuatnya heran.
"Nggak tau deh, Fit. Tadi tuh aku jalan-jalan sore doang, eh terus tiba-tiba aja gitu sampe sini. Kayaknya kaki aku tau ke mana dia harus melangkah menuju masa depan," beber Michellia yang jauh dari keinginan pendengarnya.
Baru akan merespon keterangan melantur dari rekan kerjanya, pembicaraan mereka disela oleh tetangga yang kebetulan lewat di depan mereka.
"Eh, ternyata lo Fito yang berdiri di belakang pager. Gue kirain kurir nganter drum minyak. Baru aja mau gue bantuin ngangkat," ucap pemuda tak tahu sopan santun itu sambil sesekali melirik Michellia.
Alfito melangkah maju sembari menarik pergelangan tangan Michellia pelan dengan pergerakan yang cepat, tapi samar. Hampir tak terlihat. Kini pria berbalut celana cargo selutut dan kaus oblong itu berada satu langkah di depan sang gadis. "Masih sore begini mata lo udah burem aja. Periksa ke dokter gih biar nggak salah liat dan nggak asal jeplak aja cocotnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Decoration of Seven Loves
Fanfiction[Kisah baru 7 cucu Eyang Suro. Bisa dibaca dengan ataupun tanpa mengikuti cerita Terpaksa Mengejar Surga.] Setiap manusia punya cara untuk memperindah kehidupannya. Dengan mengabadikan setiap momen bahagia, berbagi canda dengan orang-orang kesayanga...