Kaela berjalan cepat, melangkah dengan kaki yang gemetar namun penuh tekad, diikuti Nara dan pria misterius yang tak mengenalkan diri. Hujan yang sebelumnya turun pelan kini semakin deras, menambah rasa dingin yang menggigit kulit mereka. Jalanan gelap, hanya diterangi oleh lampu jalan yang remang-remang, menciptakan bayangan panjang yang mengiringi langkah mereka.
Nara terus menatap Kaela, mencoba mencari jawaban di balik setiap langkahnya, namun wajah Kaela tetap tertutup, seolah ada sesuatu yang sangat berat yang sedang dia tanggung.
"Kaela, siapa mereka?" tanya Nara akhirnya, suara rendah dan penuh ketegangan. "Kau bilang organisasi itu mengendalikan segalanya, tapi aku masih nggak paham. Kenapa mereka ingin menghancurkanmu?"
Kaela terdiam sejenak, langkahnya sedikit terhenti. "Karena aku tahu terlalu banyak, Nara." Jawabnya pelan, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. "Aku tahu rencana mereka. Mereka berencana untuk menguasai segalanya—pemerintahan, ekonomi, informasi. Mereka ingin mengendalikan dunia ini dari bayang-bayang."
Nara merasa seakan sebuah beban berat baru saja ditimpakan di atas pundaknya. "Tapi apa yang membuatmu begitu penting bagi mereka? Kenapa mereka mengejar kita? Apa yang mereka inginkan?"
Kaela menatap Nara, matanya penuh keraguan. "Aku bukan siapa-siapa, Nara," katanya, suara seraknya mulai terpecah. "Tapi mereka melihatku sebagai ancaman. Karena aku tahu lebih banyak daripada yang mereka ingin aku tahu."
Pria misterius yang berjalan di belakang mereka, yang sejak awal diam saja, akhirnya membuka mulutnya. "Kami harus terus bergerak. Jika mereka sudah mengendus jejak kita, kita nggak punya banyak waktu."
Kaela menoleh ke pria itu. "Mereka pasti tahu kita keluar. Tapi jika kita berhenti, kita akan semakin dekat pada bahaya."
Nara bertanya, "Siapa mereka sebenarnya? Apa tujuan mereka?"
Pria itu menatap mereka berdua, ragu sejenak. "Tujuan mereka sudah jelas. Mereka ingin membuat dunia ini lebih terkendali, lebih mudah dipengaruhi—lebih mudah dikuasai. Mereka ingin menghilangkan siapa saja yang bisa menghalangi rencana mereka."
Nara menelan ludah, menyadari betapa besar bahaya yang sedang mereka hadapi. Namun di balik semua kekhawatiran itu, ada satu pertanyaan yang terus mengusik pikirannya. "Jika mereka begitu kuat, kenapa kita harus melawan mereka? Apa yang bisa kita lakukan?"
Pria itu berhenti sejenak, menatap langit yang gelap dan penuh awan. "Karena jika kita tidak melawan mereka, tidak ada lagi yang akan punya kebebasan untuk memilih. Mereka akan mengendalikan setiap langkah hidup kita, Nara."
Kaela mendengus pelan, tatapannya semakin kosong. "Aku nggak ingin kalian terlibat lebih jauh. Kalau kalian terus ikut, kalian akan jadi sasaran mereka juga."
Namun Nara tidak mundur. "Aku nggak akan meninggalkanmu, Kaela. Kita sudah terperangkap dalam ini bersama-sama."
Mereka terus berjalan dalam diam, hanya suara hujan yang terdengar gemericik di sekitar mereka. Setiap langkah semakin membawa mereka menjauh dari tempat yang aman, dan semakin mendekatkan mereka pada dunia yang penuh dengan ancaman yang tak terlihat.
Beberapa blok dari situ, mereka memasuki gang sempit yang gelap. Lampu jalan tak sampai ke sini, dan suasana makin mencekam. Kaela mempercepat langkahnya, matanya terus mengawasi sekeliling dengan cemas. "Kita harus cepat," ujarnya dengan suara penuh ketegangan.
Tiba-tiba, sebuah suara melintas di udara, terdengar sangat dekat. Suara langkah kaki yang berat. Kaela menahan napas dan melihat ke sekitar. "Mereka di sini," katanya dengan cepat. "Kita harus cari tempat bersembunyi."
Pria itu mengangguk, segera menyuruh mereka masuk ke dalam sebuah bangunan yang tampak kosong di ujung gang. Begitu masuk, Kaela menutup pintu dengan pelan dan memeriksa setiap sudut ruangan. "Jangan bicara," bisiknya kepada Nara. "Mereka bisa mendengar kita."
Nara mengangguk, mencoba menenangkan dirinya. Matanya terus mencari tahu siapa sebenarnya yang mereka hadapi. "Kaela..." suaranya hampir berbisik. "Ada sesuatu yang aneh di semua ini. Aku merasa... kita nggak hanya dikejar oleh orang-orang yang nggak kita kenal."
Kaela menatapnya dengan mata yang penuh kebingungan, "Apa maksudmu?"
Nara mendekat dan menundukkan kepalanya, suara berbisik. "Aku merasa seperti... kita sedang diperhatikan. Seperti ada sesuatu yang mengendalikan semua ini. Mereka, orang-orang yang mengejar kita, sepertinya lebih tahu dari yang mereka katakan."
Kaela menatap Nara dalam keheningan. Apa yang Nara katakan memang benar—terdapat sesuatu yang lebih besar dari sekadar organisasi yang mengejar mereka. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih tersembunyi, yang mungkin hanya Kaela yang tahu. Tapi dia juga tahu, ada banyak hal yang belum siap dia ungkapkan.
"Kita tidak bisa terus berlari, Nara," kata Kaela pelan. "Tapi kita juga nggak bisa berhenti. Mereka tahu kita."
Sebelum Nara bisa menjawab, suara ketukan terdengar keras di pintu belakang bangunan itu. Langkah-langkah yang berat terdengar semakin dekat.
Kaela melirik pria itu, wajahnya kembali menegang. "Mereka sudah di sini."
Pria itu memberi isyarat pada mereka untuk tetap diam dan berpindah ke sudut ruangan. Kaela dan Nara bergerak perlahan, bersembunyi di balik rak-rak kayu yang penuh debu. Mata mereka bertemu, penuh ketegangan dan rasa takut yang tak terungkapkan. Hanya suara langkah-langkah di luar yang bisa mereka dengar, semakin dekat. Seperti bayangan yang datang menunggu mereka.
CZYTASZ
Alterego sisi lain Kaela
Teen FictionKaela selalu merasakan ada yang berbeda dalam dirinya. Sejak kecil, ada perasaan aneh-sebuah kekuatan dalam dirinya yang tak bisa dijelaskan, seperti ada dua sisi dalam dirinya yang saling bertentangan. Ketika ia bertemu dengan Nara, seorang remaja...