BISING 6

253 117 4
                                        

Kesal yang membara.

•••

"Mau atau ga? Jaminan aku berhasil bebas, apapun."

"Deal."

Siapa yang tak mau terikat lebih dekat dengan crush. Jika dengan jalur seperti ini masih tak berhasil, memang belum waktunya. Tuhan punya rencana, Kita punya doa.

•••

Diperjalanan menuju kediaman Edgar, Edgar tak berniat berbicara atau memberi wejangan pada Nadlyne.

Nadlyne merasa ia harus memulai percakapan, jika tidak mungkin ia akan terlihat seperti orang hilang dikediaman orang yang ditaksirnya ini. "Gimana kira-kira respon orang tuanya kaka?"

"Ya ga gimana-gimana, sebisanya aja."

"Loh keliatan banget dong kalo boong." papar Nelsha.

"Ya gapapa. Biar bunda sadar, dengan bunda yang kukuh jodohin aku ga buat aku senang." terang Edgar tanpa beban.

Nadlyne menghela napas lega, karena perjodohan ini hanya dirancang satu inti, bukan dari turun temurun.

"Tapi harus peran kayak pacar kan?"

"Hm."

"Harus kayak pacar atau gimana?" ulang Nadlyne mendapat jawaban yang kurang memuaskan.

"Iya, nanti kalo keliatan bohong ya jujur. Kalo ga keliatan bohong, ya terus aja bohongnya. Untuk mencapai kepuasan, kebohongan tak menjadi masalah besar."

"Emang kalo kaka ditipu kaka mau?" Nadlyne terlihat kurang setuju dengan gagasan Edgar.

Edgar melirik Nadlyne dari sepion sepeda motornya,"Lihat masalahnya, diposisi aku sekarang kamu ga bakal cuma pasrah tanpa mencoba mengubah yang tak terduga bukan? Kamu tenang aja,  inti masalahnya di aku, kalo ada apa-apa aku yang tanggung jawab."

"Bunda itu suka type cewek kayak kamu. Aku tau bunda. Kamu perlu iringin permainan drama aku aja."

Jangan lupakan keadaan Nadlyne dibonceng Edgar, dengan pose badan yang begitu kaku mencoba tak terseret turun agar tak menyentuh badan Edgar. Nadlyne masih tau diri, walau batinnya ingin sekali memeluk Edgar saat melihat punggung tegapnya itu.

"Yang sopan, normal, yang penting sopan." tegas Edgar pada kata 'sopan'.

Sopan, Nadlyne masih bisa menerima. Ya jelas dirumah orang harus sopan. Tapi kayak normal? HAH, emang Nadlyne ga normal? "Loh emang aku ga normal?"

"Coba liat spion?"

"Apaan mana ada ga normal, orang cantik gini kok. Siapa yang bakal ga tertarik?" pd Nadlyne.

"Hadeh, oke. Seperempat kambing."

"HEH,"

.

.

.

Nadlyne nervous parah saat tiba didepan  pintu rumah Edgar. Tentu diawali melihat mobil-mobil lebih dari sepuluh berjejer rapi didepan gerbang rumah Edgar.

Terpaan RenungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang