Jangan lupa voment ya.
Happy reading!
Di Sekolah, Heksa menjalankan aktivitasnya seperti biasa, tidak ada yang spesial kecuali tingkahnya yang semakin menjadi-jadi. Heksa sekarang berencana untuk memanjat benteng setelah pengumuman hasil Ulangan fisika.
Ulangan fisika memang sudah dilaksanakan tadi pagi sekali. Jujur itu membuat Heksa sangat pusing, jam 8 sudah ulangan itu membuatnya hampir tidak bertahan.
Tibalah dimana guru mengumumkan orang yang nilai fisikanya tertinggi. Betapa terkejutnya Heksa saat mendengar namanya menjadi orang yang mendapatkan nilai tertinggi, padahal Ia hanya belajar sebentar, itupun karena terpepet.
Semua orang bertepuk tangan, apalagi teman-temannya seper-bangorannya yang juga bertepuk tangan kagum, mereka tidak menyangka ketua Badung mereka mendapat nilai tertinggi. Ya memang sih Heksa sudah di gadang-gadang pintar dari kelas 10, tetapi Ia kan Badung.
---
Setelah hasil tadi, Heksa dan teman-temannya memutuskan untuk merayakan itu di kantin, ya hitung-hitung hiburan setelah menanti pengumuman termenegangkan itu, kan? Saat sedang asik-asik bercanda tawa dengan teman-temannya, tiba-tiba Ia mendapatkan telepon.
"Siapa tuh, Sa?" Tanya temannya yang bernama Jino, Heksa mengangkat bahu. Padahal tertera jelas 'Papa' disana.
"Ooh, bokap lo. Angkat gih, siapa tau mau kasih lo hadiah Hahahah." Ucap temannya lagi bernama Nino, Nino dan Jino adalah anak kembar berbeda 20 menit.
"Iya bener tuh, kali-kali gitu." Imbuh seorang lainnya bernama Renja, Renja itu anak yang paling waras disini, Ia mengikut Heksa hanya karena teman sebangku saja.
"Aelah apaan sih lo pada? Ngeledek ya?" Ketiga temannya tertawa pelan, "Sedikit doang Sa, asli." Ucap Nino mewakili, Heksa merolingkan mata malas.
Ia mengangkat panggilan itu, "halo. Kenapa, Pa?" Ucapnya malas. Sebenarnya hanya mengucapkan Pa saja Heksa sangat malas, rasa bencinya lebih besar daripada rasa sayangnya kepada Papa
Papa di seberang sana tersenyum tipis, "Papa dengar, Esa dapet nilai tertinggi ulangan fisika ya?" Heksa hanya berdehem untuk ini, "Anak Papa hebat, Esa hebat. Esa mau apa dari Papa? Anggap aja ini bentuk apresiasi Papa pada Esa yang udah kerja keras."
Apresiasi.. sejujurnya ini membuat Heksa sedikit terharu, karena baru kali ini. Usahanya akan di apresiasi Sang Papa.
Tetapi, lagi-lagi bayangan Mama pergi membuat Heksa kembali menghela napas kasar, "Esa nggak butuh apa-apa. Esa cuma butuh Mama."
Tut
Panggilan suara itu diputuskan begitu saja oleh Heksa, air matanya perlahan turun tanpa tertahankan, Heksa mengusap air matanya kasar. Sial! Ia jadi merindukan Sang Mama lagi.
Sedangkan disisi lain Papa menjatuhkan handphone nya. Tidak menyangka bahwa kata 'butuh mama' akan muncul dan menjadi kalimat terakhir sebelum sambungan itu terhenti.
Gue adalah Papa brengsek yang udah buat anak gue mempunyai luka besar. Bahkan dia sekarang nggak butuh apresiasi dari gue, ya? Batin Papa frustrasi.
Omong-omong, Papa Heksa dan Marlo itu adalah seorang pengusaha sukses yang usahanya memang sudah naik pesat sedari tahun ke tahun. Ia adalah usahawan bernama Javier Edama Danuarta.
Atau sering di panggil Papa javi oleh Marlo saat Ia masih kecil. Javier memang masih terbilang muda, saat memiliki Marlo dulu, Ia baru berusia 20 tahun. Itu sebabnya Ia masih muda seorang.
Javier sebelum menjadi pengusaha hanya seorang karyawan biasa yang kerjanya dari pagi hingga sore, kala itu Marlo masih berusia 7 tahun dan Heksa berusia 6 tahun. Tetapi Heksa sering Ia titipkan pada Ibunya karena Mama Heksa dan Marlo itu pernah sakit yang lumayan lama.
Itu menyebabkan Javier jarang bahkan tidak pernah bermain atau menyempatkan waktu dengan Heksa, sampai akhirnya Ia menjadi pengusaha sukses yang jam terbangnya semakin pesat. Itulah mengapa Heksa sangat dekat dengan Ibunya dan Mamanya.
Dengan berat napas, Javier mencoba menghubungi anak sulungnya. Si sulung yang selalu bisa Ia andalkan sedari dulu.
"Halo, Abang?"
"Halo, Pa? Kenapa?"
"Papa boleh meminta tolong, nak?"
"Boleh, meminta tolong apa Pa?"
"Kamu pulang sekolah nanti mampir dulu ya beli kue salju kesukaan si adek Esa, terus kamu bilang sama dia, dia pulang sama Renja aja, nanti Papa chat Renja kok."
"Oke Pa, tapi kenapa tiba-tiba banget Pa? Kalo kuenya nanti nggak diterima Esa gimana, Pa?"
"Itu.. Papa ingin Kasih kue salju buat adek mu karena dia sudah berusaha keras saat ulangan dan mendapatkan nilai tertinggi.. Papa ingin mengapresiasi kerja kerasnya. Jika kuenya tidak diterima, Abang makan aja."
"Ohh HAHAHA, Esa tuh emang pinter banget deh Pa, sayang dia males aja sama bandel! Yaudah semoga kuenya Esa terima ya Pa? Soalnya itu kan kue kesukaannya HAHAHA."
"Iya Abang, makasih ya? Abang udah maafin Papa dan bahkan menerima Papa setelah Papa.. dan Abang juga udah menjaga adek dengan sangat baik."
"Papa.. Abang akan selalu memaafkan Papa dan menjadi tempat bersandar Papa, Esa mungkin nggak bisa karena dia dulu deket banget sama Mama.. Tapi Abang yakin, Esa itu sayangg banget sama Papa seperti Abang sayangg sama Papa, Papa semangat kerjanya, Jangan capek-capek Papa!"
"Iyaa, terimakasih Abang alo."
"Sama-sama Papa javi."
Tut
Panggilan berakhir, perasaan bersalah Javier semakin meningkat, Ia merasa sangat gagal menjadi Ayah untuk kedua anaknya. Bahkan Marlo bisa memaafkannya setelah Ia membuat Ibu mereka meninggalkan mereka berdua.. Apakah Heksa akan memaafkannya juga?
TBC!
Note : nggak panjang2 ah chapternya, ngetik tuh cape banget guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I can't | Haechan, Mark And Jaehyun Nct.
FanfictionIni cerita Heksa. Si anak bungsu yang sayangnya jarang atau bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang Papa karena beliau terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Suatu ketika, sebuah kejadian terjadi di hidup Heksa, kejadian berat yang membuatnya sangat...