Jimin menghabiskan malam itu tanpa tidur di apartemen lantai 48, sampai dia dan Jungkook menemukan video yang mereka cari. Video itu mereka temukan di dalam dipan tempat tidur. Jimin mengernyitkan dahi untuk keanehan Junhyung menyembunyikan barang-barang, cara Junhyung menyimpan mirip dengan kelakuan anak kecil.
"Mungkin dia punya traumatik pada masa kecil." Jungkook berkomentar, setelah mengecek isi video di unit Jimin di lantai 17. "Orang-orang yang memiliki orientasi seksual menyimpang, 80% terjadi karena peristiwa pelecehan dimasa kecil atau berada di lingkungan sejenis."
Jimin tidak berkomentar, dia masih meneliti video secara seksama, tanpa menyadari matanya kini telah berkaca-kaca. Di dalam video, jelas terlihat ayahnya jatuh dan tertidur di lantai setelah menanyai Heeseung yang berada di ranjang, pertanyaan sederhana tetapi bisa membuat Jimin merasa lega teramat besar.
"Apa yang kau lakukan di sini, ini pesta orang dewasa. Pulanglah, Ayahmu pasti cemas kalau kau tidak pulang."
Ayahnya tidak pernah melecehkan Lee Heeseung, pria kedua datang dan merekam punggung ayahnya, memasang penutup mata pada Heeseung lalu keluar dari kamar. Lalu sosok bajingan yang asli datang ke kamar, melakukan hal tidak senonoh pada Heeseung. Dari pergerakannya, Jimin yakin Heeseung pingsan setelah sentuhan pertama.
Sekarang jadi masuk akal, kenapa Heeseung hanya mengingat sosok Ayahnya sebagai pelaku dan kenapa Ayahnya tidak ingat pada anak itu. Kemungkinan selain mabuk, Jinjae diberi HGB yang bisa memangkas ingatan seseorang. Atau efek hangover setelah pesta, membuat Jinjae tidak meneliti video dengan benar.
Jimin masih termangu depan TV setelah video selesai, Jungkook menyibak tirai jendela dan matahari pagi menerangi ruangan. Sinar matahari pagi ini tidak cukup kuat menghangatkan dirinya, Jungkook menyelinap turun membeli kopi setelah tidak menemukan apa-apa di dapur.
"Ini," kata Jungkook, seraya menyodorkan kopi panas pada Jimin. "Mau sarapan di bawah atau kau mau tidur sebentar di sini?"
"Tidak keduanya," jawab Jimin, menyesap kopi sampai tersisa setengah. "Aku perlu ke kantor, membuat laporan tentang video ini. Setidaknya kita telah mengumpulkan lebih dari setengah kejahatan Junhyung, aku juga perlu membicarakan revisi tuntutan pada tim pengacaraku."
Jungkook menatap Jimin sambil menggelengkan kepala, hafal betul bukan perkara mudah membuat Jimin berhenti bekerja, tapi kemudian dia mengangguk dan menghabiskan kopinya.
Hari ini akan jadi hari yang panjang dan melelahkan, tapi Jimin percaya sanggup melewatkan semuanya demi mempercepat proses persidangan.
☘☘☘
Jimin benar-benar sampai di kantornya satu jam kemudian. Dia melahap sepotong roti isi yang dibawa Kirana dari rumah, di bawah tatapan menilai dari asistennya itu. Sambil menyesap kopi hitam di tangan yang lain, Jimin akhirnya bersuara untuk pertama kali semenjak tiba di kantor.
"Kenapa, kau juga merasa kasihan karena Ayahku ditangkap?" ucap Jimin, sinis.
"Jim, aku bahkan tidak berkata apa-apa."
"Pandanganmu terlalu menilai, Kirana. Oh, terima kasih untuk sarapannya," tukasnya.
"Kau tidak pulang semalaman?"
"Aku bersama Jungkook, mencari barang bukti."
"Kau sudah memberi kabar pada istrimu?"
"Dia sudah tahu aku sedang bekerja, bukan selingkuh dengan wanita lain."
"Jadi sampai sekarang kau tidak mengabari istrimu, karena semalaman tidak pulang?"
"Memangnya Jungkook memberimu kabar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Moon
FanfictionPark Jimin, seorang Pengacara kasus Kriminal Bisnis yang terkenal, kaya raya, berani, dan nyaris tidak pernah kalah di meja hijau. Jimin sempat pindah haluan menjadi pengacara perceraian selebriti, demi dapat memberi waktu lebih untuk kekasihnya. N...