Park Jimin, seorang Pengacara kasus Kriminal Bisnis yang terkenal, kaya raya, berani, dan nyaris tidak pernah kalah di meja hijau.
Jimin sempat pindah haluan menjadi pengacara perceraian selebriti, demi dapat memberi waktu lebih untuk kekasihnya.
N...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌷🌷🌷
Manusia bisa menjadi sangat buruk dan jahat karena satu kesalahan, dahulu Park Jinjae dikenal memiliki sifat baik dimata keluarga, rekan kerja, dan dimata masyarakat.
Sekarang segala kebaikanya tidak lagi dianggap, selayak sampah tidak berguna. Dia melakukan kejahatan yang menjijikkan dan tiap kali mengingat apa yang sudah dia lakukan bertahun-tahun silam, selalu berhasil menyempitkan aliran udara di paru-parunya.
Park Jinjae melanjutkan hidup bersama rasa salah yang menggerogotinya sampai ke ulu hati. Waktu terasa berputar sangat lama tiap kali dia merenungi kesalahan yang menyakiti keluarga dan anak-anaknya, juga masa tua yang seharusnya dihabiskan di rumah bersama cucu-cucunya.
Tetes demi tetes embun yang menumpuk perlahan jatuh dari sudut mata Jinjae yang sayu, saat sapuan angin musim dingin menyapa dari beranda belakang lapas yang luas. Pandangan Jinjae mengelana, mengingat banyak kenangan hangat yang selama ini dijalani bersama keluarganya.
Sesal kian menyesakkan jiwa, andai dia punya keberanian lebih memberitahukan masalah yang selama ini membuatnya patah arang, niscaya, putra terbaiknya akan membantunya keluar dari masalah itu. Andai dia berani, Jimin pasti akan melakukan pembelaan hukum atas pemerasan yang dilakukan teman-temannya dari video sekstorsi.
Mungkin hari ini, Jinjae masih bisa melihat putra kebanggaannya tersenyum hangat kepadanya.
Namun apa daya, terkadang manusia punya segudang alasan melankolis demi menutupi segala keegoisannya. Selama menjalani hukuman di penjara, Jinjae nyaris seperti mayat hidup, dokter menyatakan Jinjae depresi berat, bahkan sebulan belakangan dokter semakin khawatir karena kejiwaan Jinjae nyaris memprihatinkan.
"Jinjae, putramu pasti memaafkanmu. Sekarang saatnya, kau mulai belajar untuk memaafkan dirimu sendiri."
Kalimat dokter psikiater penjara berdengung menyakitkan di telinga Jinjae, dia kebingungan, bagaimana cara memaafkan dirinya sendiri?
Hari-hari Jinjae lebih banyak dihabiskan dengan menyendiri di bawah pohon maple di halaman belakang atau meringkuk di sel tahanan selama berjam-jam tanpa makan. Tekanan darahnya terus turun, bobot tubuhnya menyusut drastis, pandangan mata Jinjae nyaris selalu kosong.
Keadaan Jinjae semakin parah, saat akhirnya dia diberitahu, Mishil dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
Berbulan-bulan dirawat intensif tapi keadaan Jinjae tidak banyak berubah, sekarang kesehatan organ tubuh Jinjae ikut melemah dan tidak bekerja dengan baik. Dipicu asupan makanan yang jauh dari standar kesehatan, Jinjae sama sekali tidak berusaha menyembuhkan dirinya.
Dan pada akhirnya tadi pagi Jinjae kolaps, terjatuh saat dia selesai mandi, mengalami benturan kepala dan dilarikan ke rumah sakit. Pihak rumah sakit lapas menghubungi Jungkook, sebagai satu-satunya orang yang akan dihubungi bila Jinjae mengalami keadaan gawat darurat.