bonus chapter

47 18 0
                                    

BUKU PELAJARANSANG BUNGSU-✧_________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BUKU PELAJARAN
SANG BUNGSU-✧
_________________________

Bertahun-tahun telah berlalu, rasanya
waktu bagaikan tidak ingin berhenti. Mereka semua telah tumbuh dewasa dan hari ini ialah hari yang di nanti nanti yaitu pernikahan Taufan.

Mereka mengadakan pernikahan sederhana di rumah dengan mendirikan tenda, bukan karena budget tapi memang mereka menginginkan yang sederhana saja yang penting semuanya terlaksana dengan baik.

Ice sedang membantu mengaitkan kancing baju kembarannya, bukan nya tidak bisa tapi ada benang yang membuat nya susah di pasang. Sekarang mereka sudah rapi dengan baju batik.

Sesi pernikahan berlangsung dengan baik, sekarang Duri ─ anak bungsu itu sedang duduk di pojokan belakang panggung. Dia sangat lelah dan sedang tidak ingin berinteraksi dengan yang lain.

Gempa datang dan menanyakan keadaan nya, dia hanya menjawab "gpp".

"Mau makan?" Gempa.

"Di ambilin?" Duri.

"Heh..Iyah, pakai sambel?" Gempa.

"Engga lah" Duri.

"Oke oke" Gempa kembali pergi untuk mengambil kan Duri nasi.

Remaja itu sekarang berusia 22 tahun, dia bekerja di sebuah kantor polisi dan itu memang cita cita nya karena dulu melihat sang ayah yang bekerja, sekarang itu sudah tercapai. Ternyata 7 tahun itu tidak terasa, semenjak Solar meninggal kan dunia ini...

Mengapa di hari yang berbahagia dia malah teringat masa lalu? Harusnya dia enjoy dengan acaranya, berdiam diri di belakang panggung benar benar bukan seperti dirinya.

"Kalau dilihat lihat banyak bocah, kalau di isengin sabi kali yah?" Duri dengan pikiran jahatnya.

"Duri jangan pikir macem macem" ucap Blaze yang entah datang darimana, dia meminum air aqua namun layaknya anak kecil dia tidak meminumnya menggunakan sedotan melainkan digigit.

"Iya" Duri.

"Ga bosen?" Blaze.

"Engga, malah pusing di sana" Duri.

"Oh" dia duduk di kursi hijau sebelah Duri.

Mereka berdua jarang mengobrol karena seiring berjalan nya waktu yang membuat mereka semakin sibuk dengan urusan masing masing, yah seperti itulah mereka sekarang.

Gempa mendatangi mereka berdua dan memberikan sepiring nasi dengan lauk pauk kepada Duri.

"Makasih" Duri.

"Loh ada di sini toh Blaze? Kalau tau gitu sekalian" Gempa hendak pergi kembali.

"Eh eh gausah! Gw belum laper kok" ucapnya.

Karena kata kata nya Gempa pun kembali dan duduk di samping mereka berdua, Duri tidak peduli dan dia hanya melanjutkan makannya.

Petang datang membawakan warna oranyenya, tamu tamu undangan kian berdatangan. Duri sudah benar benar tidak tahan dengan suara musik yang diputar terlalu keras, dia akhirnya menjauh dari sana dan memutuskan untuk berjalan jalan di lapangan yang dekat.

Dia akhirnya bisa menghirup udara segar, dari tadi yang ia cium hanyalah bau parfum yang bercampur dengan parfum lainnya. Baiklah tidak lupa dengan aroma bakso tadi, itu sangat lezat.

Handphone nya berdering menandakan seseorang sedang memanggil nya. Dia mengambil nya dari saku dan mengangkat panggilan tersebut.

"Samlekom!"

"Waalaikumsalam"

"Eh kayaknya bakalan lama deh sampenya soalnya macet ni di jalan, mau lewat tol Abang gw takut bawa kenceng kenceng"

"Yakin macet? Biasanya abang lu bawa mobil kek siput"

"Kagak lah anjir, ini beneran macet"

"Oke deh, lagian acaranya sampe jam 11 malem"

"Gua kaget si kenapa halilintar ga nikah duluan, malah adeknya bjir!" Suaranya berbeda, telepon itu telah di rebut dari tangan Sori dan ya ini Supra.

Telepon itu langsung dimatikan sepihak oleh Duri.

Dia menaruh kembali handphone nya, kembali menikmati pemandangan di sana dengan damai. Namun karena angin kuat yang menerpa sebuah kertas tiba tiba berada di wajahnya.
Tentu sangat sangat kesal dan dia hampir saja merobekkan kertas itu tapi seorang anak kecil berteriak.

"JANGAN KAK!"

Duri tersentak kaget, apa mungkin karena dirinya tidak pernah di panggil kakak lagi?.

"Eh eh kenapa ini?!" Duri.

"Kertas itu punya gw!" Ucap anak kecil itu.

Duri sungguh kesal, mengapa anak jaman sekarang benar benar tidak sopan pada yang lebih tua apalagi sepertinya bocah ini baru berumur 7 tahun.

"Yee yaudah nih nih" Duri tidak sengaja membaca sedikit tulisan dari kertas itu.

Anak itu mengambil kertasnya dan melipat lipat hingga menjadi kecil lalu dia menaruh nya di saku celana, dia berbalik badan hendak pergi namun Duri menanyakan namanya.

"Nama kamu siapa?" Duri.

Anak itu berbalik kembali "cahaya, kenapa?" Ucapnya.

Dia tersenyum dengan tulus dan mengatakan "kakak kenal kamu"

"Ha? Dimana???? Perasaan kita baru ketemu" Cahaya.

"Ga tau, kayak pernah liat aja" Duri.

"Ga jelas" dia benar benar pergi dari sana.

Seperti nya dia adalah salah satu anak dari tamu undangan karena pakaian nya yang rapi, tapi kenapa? Kenapa dia berada disini?. Bukankah gerobak mainan berada di sana juga banyaknya anak anak yang bermain.

Duri kembali pergi ke tenda, di jalan dia terus memikirkan kata kata yang ada di kertas tadi.

Menjelajahi dunia

Memang benar, Duri pernah bertemu dengannya.

"Kali ini kau akan mewujudkan nya"

-

Buku Pelajaran Sang Bungsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang