09. Mother?

15 7 1
                                    

Yuta berlari di koridor rumah sakit dengan tergesa gesa. Pasalnya, tadi wali kelas Chenle menelfon dan mengatakan bahwa Chenle di bawa ke rumah sakit.

Mondar mandir lah Yuta mencari ruangan dimana Chenle berada. Sesekali bertanya pada para suster yang lewat. Sampai pada akhirnya, dia melihat wali kelas Chenle di depan salah satu ruangan.

"Permisi! Bagaimana... Bagaimana keadaan Chenle!? Dan apa yang terjadi padanya!?" Tanya Yuta heboh sekaligus cemas dengan nafas yang naik turun.

Sontak si empat lelaki itu bangun dari duduk nya dan memperhatikan dua orang dewasa di depan mereka.

"Pak, tolong tenang, pak" ujar si wali kelas. "Dokter bilang, kondisi Chenle udah mulai membaik. Hanya saja belum bisa pulang"

"Dan soal kronologi kenapa bisa Chenle seperti ini, saya tidak tau"

Yuta mendesah gusar dan mengacak rambut nya. Dia pun duduk di kursi panjang sana.

"Eee... Kalau begitu, saya pamit dulu---"

"Silahkan" potong Yuta terkesan tak peduli.

"Anak anak, ayo"

Jeno dan yang lain mengangguk. Yuta baru menyadari bahwa sedari tadi ada empat siswa cowo disana. Hal itupun menarik perhatian nya.

"Kalian temennya Chenle?"

Keempat nya yang hendak pergi pun kini saling lempar tatap.

BUKAN!

"Ehh hehe, iya, om" balas Haechan sambil tersenyum kaku.

Yuta hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu setelah nya membiarkan lima orang itu pergi dari sana.

"Maafin Daddy yang lalai jaga kamu, Chenle" gumam Yuta merasa bersalah.

































































Malam harinya.

"Bener nih udah gapapa?"

"Iya Dad, gapapa"

Chenle sudah bangun dari pingsan nya. Dan Yuta juga diperbolehkan untuk masuk. Kondisi Chenle tidak terlalu parah, tapi tetap harus menginap untuk satu malam ini saja.

Yuta terlihat tidak tega untuk meninggalkan Chenle. Tapi atasan nya menelfon untuk segera ke kantor. Ada sesuatu yang Yuta lewatkan karena tidak fokus sedari tadi. Sang atasan pun hanya meminta waktu nya sebentar kok.

Dengan segera lah dia pergi untuk menemui sang atasan.

Chenle menghela nafas panjang setelah Yuta keluar.

Jendela sana memang dibiarkan terbuka. Angin sejuk menerobos masuk, membuat kesan nyaman disana.

Malam yang tenang. Di atas sana, sang rembulan bersinar terang tanpa terhalang apapun. Dan ditemani oleh bintang bintang.

"Bintang... Bintang nya cantik banget, Chenle suka..."

"Kata Daddy bunda itu cantik. Pengen deh walau hanya satu kali, Chenle ketemu bunda. Tapi dimana haha" pemuda itupun tertawa miris.

"Cantik, pasti bunda yang itu tuh" tangan nya dengan riang menunjuk salah satu bintang yang teramat indah.

Senyuman hangat nan manis tertempel di bibirnya. Matanya menyipit. Terlihat sangat menggemaskan dan tampan secara bersamaan.

"Sebenarnya, Chenle butuuuh banget tempat cerita. Iya iya tau, masi ada Daddy kan. Tapi Chenle gak mau nambah beban pikiran Daddy"

"Kalo bunda ada disini, pasti Chenle bakal meluk bunda, cerita ke bunda dan ngeluarin apa yang selama ini Chenle pendam"

'✓Pleace, Stop [Chenle]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang