Ketegangan di udara semakin menebal saat mereka terus berlari. Langkah mereka semakin cepat, tetapi rasa cemas di hati mereka semakin membesar. Arkana sudah dekat, dan mereka tahu bahwa setiap langkah bisa menjadi langkah terakhir.Di depan mereka, pria misterius itu terus memimpin, tetap tenang meskipun situasi semakin genting. Zen, yang berjalan di belakang, terus memikirkan kata-kata pria itu. Arkana tidak akan membiarkan mereka pergi begitu saja. Mereka tahu, waktunya semakin sempit. Namun, di dalam hati Zen, ada satu hal yang terus mengusik. Pria itu-yang tampaknya memiliki informasi tentang Arkana-tiba-tiba mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa mereka abaikan. Keberadaan Armand, yang ternyata merupakan pendiri dari Arkana, membuka sebuah kenyataan yang jauh lebih gelap.
"Mengapa Armand yang pernah memberi informasi tentang ibu kita?" Zea bertanya dengan suara bergetar. "Kenapa dia yang memberi petunjuk kepada kita tentang ibu?"
Zen menoleh ke arah Zea, merasa bingung dan cemas. "Itu adalah sesuatu yang belum bisa kita pahami sepenuhnya, Zea. Armand... Dia memang memberi informasi tentang ibu kita. Tapi mengapa dia melakukan itu, dan mengapa dia tetap tersembunyi di balik semuanya-itu yang harus kita cari tahu."
Mina berjalan di samping Zen, menatapnya dengan khawatir. "Kita harus cepat. Mereka sudah semakin dekat." Suaranya penuh kecemasan, namun ia tahu Zen benar-benar fokus pada tujuan mereka, meski masalah yang mereka hadapi semakin membingungkan.
Tiba-tiba, pria misterius itu berhenti dan menoleh ke mereka. "Kalian harus tahu," katanya dengan suara serak, "Armand tidak hanya pendiri Arkana, tapi dia juga punya alasan pribadi untuk melakukan semuanya. Apa yang dia lakukan bukan hanya untuk kekuasaan. Itu jauh lebih dalam dari yang kalian kira."
Zen mengernyitkan dahi, matanya tetap tajam. "Apa maksudmu?"
Pria itu menarik napas panjang sebelum menjawab. "Armand tahu banyak tentang kalian. Tentang ibu kalian. Tentang semua yang kalian hadapi saat ini. Semua yang dia lakukan, setiap langkahnya-itu bukan hanya untuk Arkana. Itu untuk sesuatu yang lebih besar. Untuk masa lalu yang lebih gelap."
Zea menatap pria itu dengan intens. "Apa yang dia inginkan dariku? Daripada Zen?"
"Dia ingin memanfaatkan kalian," jawab pria itu pelan, dengan nada penuh penyesalan. "Mereka-Arkana-selalu memanfaatkan orang-orang yang dekat dengan mereka. Dan Armand tahu cara memanipulasi segalanya. Bahkan kalian."
Zen merasa sebuah gelombang dingin merayapi tubuhnya. Apa yang baru saja mereka temui di vila dan dalam flash drive itu, ternyata bukan hanya sekadar informasi yang bisa meruntuhkan Arkana. Ternyata ada sesuatu yang lebih besar yang harus mereka hadapi.
"Kita harus pergi ke tempat yang aman," Zen berkata, suaranya kembali tegas. "Kita tidak punya waktu untuk berbicara lebih banyak. Mereka sudah di belakang kita."
Namun, saat mereka melanjutkan perjalanan, rasa tidak pasti terus menggerogoti mereka. Setiap langkah terasa semakin berat, karena semakin dalam mereka menyelami misteri yang ada, semakin banyak jawaban yang justru membuka pintu untuk pertanyaan baru.
Akhirnya, setelah beberapa waktu berjalan dengan penuh kewaspadaan, mereka tiba di sebuah tempat yang tampaknya lebih aman. Sebuah rumah kecil yang tersembunyi di antara pepohonan, jauh dari keramaian dan ancaman yang mengejar mereka. Zen melangkah masuk pertama kali, diikuti oleh yang lain.
Di dalam rumah itu, suasana tenang namun tegang. Meja besar dengan beberapa perangkat teknologi yang tampak canggih menjadi pusat perhatian. Pria misterius itu segera mengambil flash drive yang mereka temukan di vila dan memasukkannya ke dalam perangkat komputer yang ada di meja.
Beberapa detik kemudian, layar menyala, memunculkan sebuah file yang berisi informasi yang jauh lebih sensitif dari yang mereka bayangkan. Zen menatap layar itu dengan serius, matanya bergerak cepat mengikuti data yang tertera. Ada daftar nama, operasi-operasi gelap, dan rencana-rencana besar Arkana yang disembunyikan dengan rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
zea milik si berandalan[THE END]
Misteri / ThrillerHujan membawa kenangan kelam yang tak pernah hilang dari ingatan Zea Safira Winata. Di hadapan nisan ibunya, ia menyimpan pertanyaan yang tak pernah terjawab: apakah kematian ibunya benar-benar kecelakaan, atau ada sesuatu yang jauh lebih mengerikan...