9. A Thin Line Between Love and Hate

131 29 15
                                    

HI! SO SORRY KARENA MENGHILANG SEKIAN LAMA:"))

Well, part kali ini cukup panjang (kompensasi udah lama ngilang) jadi semoga enjoy membaca cerita chapter ini yang cukup sulit dibuat karena harus bertarung dengan writer's block WKKWKWKWKW

***

Part 9 - A Thin Line Between Love and Hate


Rintik hujan di pagi hari menenggelamkan kota Seoul dalam keheningan yang melankolis, berselimut awan kelabu yang menggantung rendah. Pola - pola acak tercipta dari bulir air yang jatuh lembut membasahi kaca mobil dalam perjalanan mengantar sang Putra Mahkota Sunghoon dan Wonyoung menuju sekolah.

Ini bukan pertanda baik—pikir Wonyoung kala memandang langit mendung dari jendelanya. Menurutnya, hujan di hari pertama ia dan Pangeran Sunghoon tampil bersama di hadapan publik bukanlah kebetulan melainkan pesan dari semesta. Sayangnya, siap tidak siap ia harus menjejakkan kakinya keluar dari mobil mewah yang mengantarnya ke sekolah pagi ini dan menghadapi cecaran wartawan yang pasti menantinya di lobby sekolah layaknya hyena kelaparan.

Wonyoung menyandarkan kepalanya pada kaca jendela, menatap pasrah pemandangan pohon ginkgo yang kini basah terkena rintik gerimis. Dedaunan keemasannya yang nampak indah berguguran perlahan layaknya lukisan, seolah membantunya mengenyahkan pikiran - pikiran buruk yang membayangi benaknya. Keberangkatannya bersama Sunghoon pagi ini jelas memperumit keadaan, konsekuensi dari kecerobohannya sendiri. Dalam hati ia membenarkan ucapan Sunghoon, seandainya ia tidak melewatkan makan tentu dirinya tidak akan jatuh pingsan dan membuat segalanya menjadi lebih rumit.

Decakan pelan lolos dari bibirnya saat ingatan soal tawaran—yang lebih cocok disebut ancaman—dari Pangeran Sunghoon semalam tiba - tiba melintas kembali dalam benaknya. Wonyoung memalingkan pandangannya ke kaca jendela, menatap pantulan bayangan Sunghoon dengan tatapan permusuhan. Cih, pria menyebalkan itu bahkan masih berlagak tenang setelah percakapan kemarin disaat Wonyoung bahkan hampir tak bisa tidur setelahnya karena memikirkan tawaran yang disodorkan Sunghoon.

Menyebalkan!

Bahkan sejak mobil mereka mulai melaju pandangan dingin sang Pangeran hanya terkunci pada iPad di tangannya. Seolah dunia luar tak layak mendapat perhatiannya.

SRRRTTT SRRRTTT

"Ada yang mau lo omongin?"

Wonyoung nyaris tersedak ludahnya sendiri ketika suara baritone milik Sunghoon tiba - tiba memecah keheningan seolah membaca pikirannya. Bersamaan dengan itu, kaca pembatas antara area kemudi dan kursi penumpang dinaikkan, memberi ruang privasi yang sebenarnya ia nanti sejak tadi namun tak berani ia pinta.

Wonyoung menarik napasnya dalam, bersiap membombardir Sunghoon dengan rentetan pertanyaan yang mengganggu tidurnya. Namun, alih-alih pertanyaan, yang keluar dari mulut Wonyoung malah desahan frustasi saat melihat atensi lelaki di sebelahnya itu masih terpaku pada layar iPadnya. Bahkan saat berbicara, lelaki itu sama sekali tidak menoleh.

"Apa? Gue mana ngerti isi pikiran lo kalo diliatin doang?" Tanya Sunghoon tak sabar karena Wonyoung tak kunjung bicara, meski fokusnya masih sibuk mengetik. "Gue bukan dukun yang bisa baca isi pikiran lo, ya."

Wonyoung berdecak sebal, "Ya gue mana ngerti lo dengerin gue atau nggak kalau mata lo nempel terus sama iPad." Sindirnya ketus sambil memicing sebal menatap Sunghoon yang seolah berbicara pada angin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCESS ON TRAINING || JANGKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang