Dyren membuka pintu kamar. Ia dapat melihat Sutsujin yang kini sedang berada di pinggir tempat tidur sambil bermain ponselnya, tentu saja dengan tidak serius.
Dyren masuk ke kamar dan mendekat, membuat Sutsujin menoleh. Dyren tersenyum kikuk, kemudian duduk di atas kasur Hazle, yang berada di samping milik Sutsujin.
"Kenapa? Lo ngga lanjut main?" tanya Sutsujin bingung. Seharusnya, Dyren lah yang excited bermain game itu, namun sekarang ia malah melihat Dyren di kamar, sambil tersenyum canggung dan sesekali mengusap-usap tengkuk.
"Anu, Ko..." ucap Dyren. Sutsujin makin mengernyitkan dahinya. Aneh sekali si Dyren ini.
"Apa?" tanya Sutsujin lagi.
"Sorry ya..." akhirnya, Dyren berbicara. Namun, Sutsujin makin bingung. Untuk apa Dyren minta maaf?
"Sorry kenapa?" tanya Sutsujin. Dyren menghela napas sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke paha.
"Itu, tadi gue maksa lo banget buat jawab pertanyaan itu. Sorry ya kalau bikin lo ngga nyaman..." ucap Dyren. Sutsujin menghela napas, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
Padahal, dia sama sekali tidak marah. Memang ia tidak ingin saja menjawab pertanyaan itu. Kalau soal ia tidak mau main lagi, itu memang karena murni keinginannya.
"Lo ngga marah kan, Ko?" tanya Dyren, membuat Sutsujin menghela napasnya.
"Gue ngga marah..." ucap Sutsujin. "Jujur, gue emang ngga nyaman sama pertanyaan itu, karena... ada sesuatu."
"Gue belum bisa cerita sekarang. Tapi suatu saat, gue janji akan cerita ke kalian." ucap Sutsujin jujur. Ucapan Sutsujin itu membuat Dyren tersenyum kecil kemudian mengangguk.
"Iya, Ko. Sorry ya udah bikin lo ngga nyaman." ucap Dyren, yang disahuti Sutsujin dengan anggukan kepala. "Kalau lo mau cerita, tenang aja, Ko. Kita berlima bakal dengerin lo."
Sutsujin tersenyum kecil, walaupun ia kembali berpikir. Apakah jika ia bercerita, lima temannya itu tidak akan menghakiminya? Namun, Sutsujin memilih untuk menepis pemikiran itu terlebih dahulu dan menghargai ucapan Dyren. Setidaknya, Dyren berjanji bahwa mereka akan mendengarkan ceritanya, dan Sutsujin, merasa seperti ia dirangkul oleh ucapan itu.
"Iya. Thanks, Ren." ucapnya. Dyren mengangguk-angguk.
"Nah, sekarang ayo lah kau main lagi! Mana seru mainnya cuma berempat. ML aja main berlima." ucap Dyren, membuat Sutsujin kembali mengalihkan perhatiannya pada ponsel.
"Males. Game bocah." ucap Sutsujin. Dyren mendengus.
"Kau sama aku pun masih bocahan kau!" seru Dyren. Sutsujin terkekeh pelan mendengar ucapan Dyren.
"Iya kalau soal umur." ucap Sutsujin. "Tapi kalau soal tingkah, bahkan lo lebih bocah daripada Praba."
Sutsujin kemudian membalikkan tubuhnya membelakangi Dyren, sementara Dyren asik berceloteh.
"Enak aja! Asal kau tahu, ya! Praba tuh..." Dyren terus-terusan berbicara, merasa tidak terima kalau ia dibandingkan dengan Hazle, anggota termuda mereka. Sementara Sutsujin, sibuk dengan ponselnya, berusaha menulikan pendengaran dari celotehan-celotehan Dyren.
Ya, Dyren tetaplah Dyren.
***
Minggu ini, lagi-lagi RRQ akan bertemu dengan EVOS.
Semua orang tahu bahwa RRQ sedang berada di puncak performa mereka. Winstreak yang belum sama sekali terputus, serta chemistry yang sudah terbangun. Sementara EVOS di lain sisi, tampak kesulitan dengan permainan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
trust.
FanfictionIni tentang Sutsujin, yang berusaha untuk mengatasi ketakutannya, lalu belajar untuk membuka hatinya kembali. Ini juga tentang Skylar, Rinz, Dyren, Idok, dan Hazle yang berusaha meruntuhkan tembok yang dibangun tinggi oleh Sutsujin, membantunya meng...