Usai kekalahan melawan EVOS di week 7 kemarin, untungnya RRQ tidak terbawa arus losestreak. Usai kekalahan itu, mereka berhasil reset dan meraih hasil yang baik pada dua match selanjutnya. Mereka berhasil mengalahkan GEEK di hari ketiga week 7, dan berhasil mengalahkan DEWA di hari pertama week 8.
Hari ini, di sore menjelang malam, mereka akan melawan Alter Ego. Di siang harinya, mereka berkumpul bersama di ruang tengah, melakukan kegiatan masing-masing.
Skylar dan Dyren asyik main PES, sementara Rinz memerhatikan mereka. Idok merebahkan diri di atas sofa sambil sibuk memainkan ponselnya. Di lain sisi, Hazle sedang mengerjakan PR-nya, tentu saja dengan Sutsujin di sampingnya.
Meskipun sering terkena omelan karena sulit menangkap materi, Sutsujin tetaplah satu-satunya harapan bagi Hazle. Jadi, ketika Sutsujin mengomelinya, ia hanya akan diam dan mendengarkan, daripada Sutsujin tidak mau lagi mengajarinya.
"Prab, ini loh." Sutsujin menghela napas panjang, kemudian kembali menunjuk angka-angka di buku Hazle.
"Kalo mau nyelesain persamaan yang ini, harus nyari nilai X dan Y di dua persamaan yang ini dulu. Caranya pake sistem eliminasi." ucap Sutsujin dengan suara yang tertahan.
Hazle berusaha fokus, namun ia benar-benar tidak mengerti. "Sistem eliminasi itu apa, Ko?" tanyanya sambil terkekeh penuh rasa gugup.
Sutsujin mengusap wajahnya. Benar-benar melelahkan mengajari Hazle, namun entah kenapa ia tidak bisa menolak tiap kali anak itu meminta bantuan. Hazle seumuran dengan adik perempuannya, sehingga mungkin itu menjadi salah satu faktor Sutsujin yang tidak bisa menolak.
"Lo sekolah 12 tahun ngapain aja, Prab?" tanya Sutsujin. Hazle menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Eliminasi itu pelajaran SMP." lanjut Sutsujin.
"Ya udah lupa lah aku, Ko. SMP itu udah lama loh." ucap Hazle.
"Halah. Alasan kau, Prab. Aku pelajaran SD pun masih ingat." ucap Dyren.
Hazle mendengus kesal. "Coba apa?!" serunya.
Dyren tetap fokus dengan PS-nya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Hazle.
"Pelajaran SD? Gampang lah. Ikan bernafas dengan? Insang. Manusia bernapas dengan? Hidung." ucap Dyren.
Sutsujin menggeleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar kosong.
"Goblok kau, Ren! Belajar dimana itu?" celetuk Rinz.
"Ya di SD ku lah." ucap Dyren. "Sekarang kutanya. Kau bernapas pakai apa sekarang?" lanjutnya.
"Ya pakai hidung." ucap Rinz. "Eh iya juga?"
Sutsujin menatap teman-temannya iba. Jadi, julukan "unschool" untuk mereka itu benar adanya.
"Bodoh." ucap Hazle. "Lebih parah dari aku kalian." lanjutnya.
Skylar yang sedari tadi fokus pada gamenya, akhirnya menimbrung pembicaraan absurd teman-temannya. "Dengerin gue nih, Prab. Sebagai orang dewasa." ucapnya. Hazle bergidik, menatap Skylar dengan tatapan yang seolah mengatakan "cringe lo!"
"Kalau lo mau survive di dunia, lo harus menguasai dua skill dasar: ngitung duit dan ngeles pas ketahuan nyontek." ucapnya.
Benar-benar tidak ada benarnya. Sutsujin menggeleng-gelengkan kepalanya dan berseru bingung dalam hati. Kenapa ia harus terjebak di antara manusia-manusia sesat ini?
"Jadi, maksudnya, pas SD lo belajar nyontek?" tanya Hazle, sambil melipat tangannya di dada, kesal. Skylar tidak menjawab, sementara Idok menimpali.
"Pantesan ngga ada benernya hidup lo, Ler." ucap Idok pedas.
"Weh, mulutmu Do!" seru Skylar. "Kita tuh ya..." Skylar memulai sesi pembicaraan sok bijaknya.
"Harus belajar menerima diri sendiri, Do. Kalau hidupku begini yaudah aku harus terima. Ngga usah kita dengar orang lain!" seru Skylar dengan nada yang sok bijak. Ia kemudian menyenggol lengan Dyren. "Ya ngga, Ren?"
"Banyak gayanya ya kau, ku tengok!" seru Dyren.
"Iya, sok-sok jadi Mario Teguh lo, Ler." cibir Rinz. Skylar berdecih.
"Iri aja kalian." ucapnya.
"Udah, Prab. Kau diemin aja mereka bertiga itu. Kau belajar aja yang rajin ama Arthur." ucap Idok pada Hazle.
Sutsujin yang sedari tadi hanya diam, kemudian bersuara.
"Perlu gue ajarin eliminasi lagi?" tanya Sutsujin. Hazle kembali fokus pada bukunya, kemudian menggeleng.
"Ngga usah, Ko. Ntar gue belajar sendiri aja." ucap Hazle. "Udahan dulu ah. Cape otakku."
Sutsujin menghembuskan napas. Padahal sedari tadi, Hazle hanya menulis apa yang Sutsujin ucapkan tanpa berpikir sama sekali.
"Woy, udah jam segini masih santai-santai ya kalian." Xoxo tiba-tiba keluar dari kamarnya dan mendapati enam anaknya sedang bersantai. Padahal, pukul setengah 5 sore mereka sudah harus tiba di arena.
"Lagi bonding, Bang Xo. Lagian masih jam segini." ucap Skylar sambil melirik jam dinding. Jam menunjukkan pukul 2 siang sekarang.
"Udah. Siap-siap sekarang! Kayak yang ga akan rebutan kamar mandi aja kalian." ucap Xoxo. "Cepat, sebelum kumatikan listriknya ya!"
"Iya tuh, Bang Xo. Ler, Dyren, sama Rinz kan belum mandi dari pagi." ucap Hazle.
Skylar dan Dyren mematikan PS mereka, kemudian beranjak dari duduknya.
"Aku mandi duluan!" seru Skylar. Dyren tidak terima, kemudian berjalan lebih dulu dari Skylar.
"Aku duluan! Kau mandi lama!" seru Dyren sambil mempercepat langkahnya.
"Eh, anjeng kau ya! Aku duluan woy!" Skylar tak mau kalah. Ia berlari mendahului Dyren, namun kemudian Dyren turut berlari untuk menyusul Skylar. Mereka berlomba untuk sampai ke kamar mandi di lanatai dua terlebih dahulu, menciptakan kerusuhan dengan menyenggol barang-barang di sepanjang jalan.
Sutsujin, Idok, dan Hazle menghela napas muak. Mereka akhirnya ikut beranjak dari tempat mereka untuk juga bersiap-siap.
Xoxo yang melihat tingkah ribut Skylar dan Dyren hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Memang seperti itu siklusnya. Skylar dan Dyren berebut kamar mandi di lantai 2, sementara Rinz memilih untuk mandi di kamar mandi lantai 1. Yang waras ngalah.
"Kadang bingung gue. Ini tim e-sport atau kumpulan anak TK?" ucap Xoxo.
***
hai, chapter ini agak pendek ia hehe maaf. bercanda ria dulu kita, karna mau kucampur sama pertandingan mereka lawan AE di week 8, tapi ngga nyambung gitu dah. jadi bagian itu akan ku lanjut di part selanjutnya.
terima kasih sudah baca yeahh, jangan lupa vote comment.💗💗💗
![](https://img.wattpad.com/cover/383872896-288-k427722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
trust.
FanfictionIni tentang Sutsujin, yang berusaha untuk mengatasi ketakutannya, lalu belajar untuk membuka hatinya kembali. Ini juga tentang Skylar, Rinz, Dyren, Idok, dan Hazle yang berusaha meruntuhkan tembok yang dibangun tinggi oleh Sutsujin, membantunya meng...